Anda di halaman 1dari 8

Diare Akut 1. Faktor resiko: a.

Jenis kelamin: tidak ada kaitannya jenis kelamin dengan faktor resiko terjadinya diare, karena diare dapat terjadi pada semua jenis kelamin. b. Usia: diare dapat terjadi pada semua usia. c. Tempat tinggal: diare rentan diderita oleh pasien yag tinggal di lingkungan padat, sanitas buruk, kebersihan lingkungan yang tidak terpelihara. d. Kebiasaan: diare rentan diderita oleh pasien dengan kebersihan makanan dan minuman yang tidak baik. 2. Keluhan utama dan subjektif Karakteristik Gambaran Tinja : Non Inflamatory WateryVolume >>Leukosit (-) Inflamatory Bloody, mukusVolume sedangLeukosit PMN Demam Nyeri Perut Dehidrasi Tenesmus Komplikasi (-) (-) (+++) (-) Hipovolemik (+) (+) (+) (+) Toksik (+) (+)/(-) (+)/(-) (-) Sepsis Penetrating MukusVolume sedikitLeukosit MN

a. Diare adalah buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bayi kira-kira mengeluarkan tinja 5 g/kgBB/hari, jumlah ini meningkat pada dewasa yang mengeluarkan tinja kira-kira 200 g/24 jam. Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan di usus. b. Seberapa sering buang air besar: N 2-3x sehari sampai 2x seminggu pada dewasa, dan 0-7 kali pada bayi. Namun, hal ini dapat berbeda disetiap individu tanpa keterangan yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan keadaan usus, seperti, pada bayi yang diberi ASI frekuensi defekasinya lebih sering, dan pola makan setiap individu.
1

c. Sejak berapa lama: Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik. d. Keadaan feses: i. diare disertai lender dan darah: hal ini disebabkan adanya invasi dan sitotoksin di kolon oleh mikroorganisme. ii. diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah disebabkan karena adanya enterotoksin yang mengakibatkan sekresi berlebih akibat osmolarotas yang menngkat di dalam lumen. e. Demam: karena adanya invasi dari mikroorganisme. Invasi dari Berbagai macam agen infeksius, imunologis atau agen yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengibas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini dalah sitokin, misalnya interleukin (IL-!, IL-1, IL-6), factor nekrosis tumor (TNF, TNF-), dan interferon- (INF). Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2, yang kemudian titik-ambang naik ke tingkat demam dan selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan konversasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu di bagian dalam tubuh meningkat. f. Muntah: terjadi akibat ingesti dari toksin bakteri di usus halus bagian proksimal. Distensi atau iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk muntah. Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, perut, dan bagian atas dari usus halus. Dan impuls saraf yang ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagal dan saraf simpatis ke berbagai nuclei yang tersebar di batang otak yang semuanya bersama-sama disebut "pusat muntah." Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran pencernaan bagian atas, melalui saraf vagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot perut. g. Tenesmus: adalah rasa ingin buang air besar walaupun sebennarnya tidak terdapat feses di dalam usus (rasa tidak puas). Tidak semua diare disertai gejala seperti ini.
2

Tenesmus terjadi akibat adanya inflamasi di usus akibat infeksi mikroorgaisme sehingga terjadinya gangguan dari motilitas usus yang merangsang rasa ingin buang air besar. h. Nyeri perut: terjadi karena adanya kerusakan permukaan usus halus akibat invasi mikroorgnisme yang selanjutnya merangsang reseptor nyeri (nosiseptor mekanis) yang akan diteruskan ke otak. i. Haus: atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengaturan utama asupan air. a. Pengaturan haus. Mekanisme haus dikendalikan oleh pusat haus dalam hipotalamus. Pusat ini mengandung saraf spesifik yang disebut osmoreseptor yang letaknya dekat dengan neuron yang mensekresi hormon antidiuretik (ADH) b. Stimulus utama untuk pusat haus adalah peningkatan osmolalitas plasma dan penurunan volume darah. i. Peningkatan osmolalitas CES seperti yang diakibatkan oleh ingesti natrium klorida menyebabka osmoreseptor kkehilangan air mengecil dan berdepolarisasi. Impuls memberi sinyal korteks serebral untuk memulai sensasi haus yang dapat dihilangkan dengan meminum air. ii. Penurunan volume darah (dan tekanan darah), seperti yang terjadi akibat hemoragi, dirasakan oleh baroreseptor kardiovaskular dan impuls ditransmisi ke osmoreseptor dalam hipotalamus untuk mengaktivasi mekanisme haus. Juga pelepasan renin oleh ginjal mengakibatkan produksi angiotensin yang langsung bekerja pada otak untuk menstimulasi sensasi haus. iii. Mulut dan kerongkongan kering menyebabkan sensasi haus. j. BAK berkurang: hal ini dikarenakan kurangnya cairan di dalam pembuluh darah (plasma darah), sehingga produksi urin di ginjal juga akan menurun. Peningkatan osmolalitas plasma juga menstimulasi osmoreseptor hipotalamus dan

menyebabkan refleks sekresi ADH. Peningkatan konsentrasi ion natrium ( hipernatremia) dan glukosa (hiperglikemia) plasma merupakan stimulus utama untuk pelepasan ADH. k. Dehidrasi: terjadi karena kegagalan proses penyerapan kembali elektrolit dan H2O ke dalam pembuluh darah. Seperti, terjadi karena rusaknya bidang penyerapan di usus halus, atau motilitas usus halus yang meningkat dan kolon tidak mampu menyerapnya kembali. i. Derajat dehidrasi:
3

Kolom A
Anamnesis - Frekuensi - Muntah - Haus < 4x sehari Tidak ada atau sedikit Tidak ada

Kolom B

Kolom C

4-10x sehari Kadang-kadang Haus

>10x sehari Sering sekali Sangat haus atau tidak bisa minum

- Kencing

Normal

Sedikit pekat

Tidak kencing selama 6 jam

Inspeksi - Keadaan umum Baik Jelek, mengantuk, gelisah, rewel - Air mata - Mata Ada Normal Tidak ada Cekung Lesu, lunglai, rewel atau tidak sadar Tidak ada Sangat cekung dan kering - Mulut dan lidah - Nafas Palpasi kulit - Turgor - Nadi Cepat kembali Normal Kembali pelan Normal/cepat Sangat pelan Sangat lemah sampai tak teraba - Fontanel mayor Berat Badan Kesimpulan Normal Kehilangan <2,5% Dehidrasi (-) Cekung Kehilangan 2,5-10% Sangat cekung Kehilangan >10% Basah Normal Kering Lebih cepat Sangat kering Sangat cepat dan dalam

2 tanda atau lebih 2 tanda atau lebih Dehidrasi ringan atau Dehidrasi berat sedang

3. Pemeriksaan fisik a. Status generalis Keadaan umum Kesadaran compos mentis Somnolen : : : sadar penuh : keadaan mengantuk. Kesadaran pulih setelah

diberi rangsangan. Pasien mudah dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri. Sopor : kantuk yang dalam. Penderita masih dapat

dibangunkan dengan rangsangan yang kuat, namun kesadarannya akan segera menurun kembali. Pasien masih dapat mengikuti perintah singkat, masih terlihat gerakan spontan, reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar, tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari penderita. Gerakan motorik menangkis nyeri masih baik. Koma-ringan : tidak ada respon terhadap rangsangan verbal,

refleks (korne, pupil) masih baik. Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan. Reaksi terhadap rangsang nyeri merupakan gerakan primitif. Koma : tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban

sama sekali terhadap rangsangan nyeri sebagaimanapun kuatnya.

Tanda vital

: suhu tubuh

: febris/tidak (36,5-37,2)

(alasan febris = manifest klinik)


5

Age

Heart Rate (beats/min)

Blood Pressure (mm Hg) 55-75/35-45 65-85/45-55 70-90/50-65 80-100/55-65 90-105/55-70 95-110/60-75 100-120/60/75 110-135/65/85 Pernapasan : N:

Respiratory Rate (breaths/min) 40-70 35-55 30-45 25-40 20-30 20-25 14/22 12-18

Premature 120-170 * 0-3 mo 3-6 mo 6-12 mo 1-3 yr 3-6 yr 6-12 yr 12 * yr 100-150 * 90-120 80-120 70-110 65-110 60-95 55-85

Meningkat: dapat menggambarkan keadaan asidosis akibat kurangnya cairan plasma Tekanan darah Meningkat: osmolaritas sehingga : N: kompensasi dalam tubuh karena

darah

meningkat,

renin-angiotensin-aldosteron

terangsang sehingga terjadi retensi natrium dan peningkatan frekuensi nadi Menurun: syok Nadi Meningkat: : N: kompensasi tubuh dalam

keadaan osmolaritas dalam darah yang meningkat. Menurun: syok

Antropometri: BB menurun: Pada bayi, sekitar 80 % berat badannya adalah air. Karena bayi memiliki area permukaan yang lebih besar dibandingkan berat badannya bayi mengalami kehilangan air tak kasat mata (difusi molekul air melalui selsel kulit). Bayi, lansia dan orang yang obesitas sangat rentan terhadap
6

kehilangan air. Kekurangan air (dehidrasi) dapat terjadi dengan cepat selama berlangsungnya mekanisme kehilangan air seperti berkeringat, demam, diare dan muntah.

b. Status lokalis Mata cekung, mulut, lidah kering: karena cairan ekstrasel yang berkurang atau dalam keadaan hipertonis, sehingga cairan intrasel akan keluar sampai tekanannya seimbang, namun keluarnya cairan intrasel ini dapat mengakibatkan sel yang ditinggalkannya menjadi menciut. Cairan tubuh dibagi 2: intrasel (dlm sel2 tubuh) dan ekstrasel (interstitial&intravaskuler). Turgor kulit menurun: idem mata Fontanel mayor cekung:

Abdomen: 4. Pemeriksaan laboratorium

5. Pemeriksaan penunjang lainnya 6. Diagnosis a. Definisi b. Etiologi c. Epidemiologi d. Patofisiologis e. Diagnosis banding f. Terapi g. Prognosis 7. Rencana penatalaksanaan
7

8. prognosis

Anda mungkin juga menyukai