Anda di halaman 1dari 16

JETri, Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK
Liem Ek Bien & Peter* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract
In ice block industry, usage of electrical power for induction motor as prime mover of compressor is very high. Level of usage of electricity at ice block industry base on change of refrigeration media temperature. Referring to the mentioned, hence mass flow rate of refrigerant circulating in system, refrigeration effect per kilogram, comparison of compression of compressor, refrigeration capacities and mechanic energy which must be yielded by the compressor to circulate the refrigerant determining transfer of heat system performance as work principle of cooler machine can be determined. This Final Assignment present an economical technique of usage of electrical power of induction motor that is by product the ice block when of media refrigeration temperature reach the lowest level that is night time with method comparison of usage of electrical power of induction motor as prime mover of compressor at ice block industry which giving result the lowest usage of electrical power. Case study done at ice block factory that is PT. KARAHARJA TIRTATAMA. Key words: Induction Motor, Refrigeneration Temperature, Electrical Power

1. Pendahuluan Semakin besarnya permintaan produksi es balok untuk memenuhi kebutuhan pengawetan makanan memerlukan industri es balok dengan kapasitas produksi yang besar. Untuk mengatasi masalah tersebut kebutuhan daya listrik yang dibutuhkan industri es balok khususnya untuk menggerakkan kompresornya dengan menggunakan motor induksi harus semakin besar pula. Kenyataan yang terjadi adalah 50 % dari pemasukan industri es balok adalah untuk membayar tagihan listrik dan tidak jarang pula para pengusaha yang tidak bertanggung jawab mengambil jalan mudah dengan menggunakan listrik secara ilegal dengan berbagai cara. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini akan dibahas teknik penghematan penggunaan daya listrik dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut di atas dengan cara memproduksi es balok pada waktu temperatur media pendinginan terendah yaitu malam hari dengan

* Alumni Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

metode perbandingan penggunaan daya listrik motor induksi sebagai penggerak kompresor pada industri es balok yang memberikan hasil berupa penggunaan daya listrik terendah. Tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah untuk mencari cara untuk menghemat kebutuhan daya listrik dari industri es balok untuk menggerakkan kompresornya dengan menggunakan motor induksi.

2. Teori Dasar Motor Induksi Motor induksi tiga fasa terdiri dari dua tipe yaitu motor induksi rotor sangkar dan motor induksi rotor belitan (menggunakan slip ring). Kedua tipe ini mempunyai kesamaan dalam konstruksi kecuali pada rancangan rotor. Masing-masing mempunyai tiga kumparan stator yang terpisah, satu untuk setiap fasanya yang terdistribusi secara merata dan saling bergantian di sepanjang inti stator untuk mencapai jumlah kutub yang diinginkan (Djuhana, 1997: 1-2). Ketika stator disuplai dengan tegangan listrik tiga fasa ke masingmasing kumparan yang terpisah 120 derajat listrik dari kedua fasa lainnya, maka arus listrik akan mengalir dalam kumparan stator dan menghasilkan gelombang medan magnet yang berputar pada stator. Pada waktu yang sama fluks stator akan menginduksikan kumparan rotor dan menghasilkan medan magnet pada rotor. Kutub medan magnet dari rotor akan tertarik dan mengikuti kutub medan stator yang berputar, menyebabkan rotor berputar. Rotor dari motor induksi selalu berputar pada kecepatan berapapun dibawah kecepatan medan putar stator. Jika kecepatan rotor sama dengan kecepatan medan putar stator, konduktor dari kumparan rotor tidak akan memotong fluks medan putar stator, dalam hal ini tidak ada tegangan yang akan diinduksikan pada rotor dan rotor akan tidak mempunyai kutub magnet. Oleh karena itu, rotor akan selalu berputar pada kecepatan di bawah kecepatan medan putar stator jadi konduktor dari kumparan rotor akan secara terus menerus memotong fluks medan putar stator dan menghasilkan slip. Perbedaan antara kecepatan rotor dan medan putar stator disebut slip rotor. Semakin besar beban motor, semakin besar nilai slip rotor. Walaupun

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

nilai slip berubah hanya sedikit saat penambahan atau pengurangan beban, dan sangat kecil bahkan pada saat beban penuh, motor induksi tiga fasa biasanya dianggap sebagai motor dengan putaran konstan. Slip =
ns n ns

(1)

Dimana: ns = kecepatan medan putar stator (rpm) n = kecepatan putar rotor (rpm) Dengan mengabaikan slip rotor, kecepatan dari motor arus bolak balik adalah fungsi dari frekuensi dan jumlah kutub stator. Kecepatan medan putar stator dari motor arus bolak balik dapat ditulis sebagai persamaan berikut: ns = 120 f P Dimana: f = frekuensi (Hz) P = jumlah kutub (2)

Gambar 1. Rangkaian pengganti motor induksi (Djuhana, 1997: 6). Slip rotor juga mengukur rugi daya pada motor. Persentase slip adalah total daya masuk ke motor yang diubah menjadi panas. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara besarnya slip dan efisiensi motor. Semakin besar slip, semakin rendah efisiensi motor.

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Pmek Pmp

(3)

Pmek = m . I22 . r2 ( 1 s ) s Pmp = m . I22 (

(4)

r2 ' ) s

(5)

m.I 2 .r2 (

1 s ) s = (1-s ) '2 ' 1 m.I 2 .r2 ( ) s


'2 '

Dimana: = efisiensi motor Pmek = daya mekanik yang diukur pada poros Pmp = daya medan putar stator m = jumlah fasa I2 = arus rotor yang diacu pada stator r2 = resistansi rotor yang diacu pada stator s = slip motor

3. Teori Termodinamika 3.1 Kapasitas Debit Piston Kapasitas debit piston dari kompresor adalah luas penampang silinder dikalikan dengan kecepatan aliran refrigerant dalam silinder piston dan biasanya dinyatakan dalam L/s. kapasitas debit piston dapat dihitung sebagai (Dossat, 1981: 123-292): Vp =

(0.7854D 2 )(L)( N )(n) 1000

(6)

Dimana: Vp = kapasitas debit piston dalam L/s D = diameter silinder dalam cm L = panjang langkah piston dalam cm N = putaran poros engkol per detik ( pps )

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

n = jumlah silinder Volume dari silinder yang dipompa oleh piston pada setiap gerakan turun naik (setiap putaran dari poros engkol) adalah perbedaan volume silinder ketika piston berada titik mati bawah dan volume silinder ketika piston berada titik mati atas.

3.2. Besar Massa Yang Mengalir Besarnya massa yang mengalir yang dihasilkan oleh kompresor sebanding dengan massa uap yang dihisap oleh kompresor melalui katup hisap per unit waktu. Jika diasumsikan bahwa kompresor mempunyai efisiensi 100% yaitu dimana silinder dari kompresor terisi penuh dengan uap yang dihisap dari katup hisap pada setiap pergerakan piston ke titik mati bawah dan uap yang dikompresikan per unit waktu akan persis sama dengan kapasitas volume piston dari kompresor. m = ( Vp ) ( p ) m = ( Vp ) / ( v ) (7) (8)

Dimana: m = massa refrigerant yang disirkulasikan kompresor / unit waktu Vp = kapasitas volume piston dari kompresor p = kerapatan uap yang dihisap melalui katup hisap v = volume spesifik dari uap yang dihisap

3.3. Efek Pendinginan Per Kilogram Enthalpy dari refrigerant meningkat selama proses dari B-C selama refrigerant mengalir melalui evaporator dan menyerap panas dari ruang yang akan didinginkan. Banyaknya panas yang diserap oleh refrigerant pada evaporator (efek pendinginan) adalah selisih antara enthalpy dari refrigerant pada titik B dan C. qe = hc - hb Dimana: qe = efek pendinginan dalam kJ/kg (9)

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

hc = enthalpy pada titik C hb = enthalpy pada titik B

Gambar 2. Diagram tekanan-enthalpy dari siklus jenuh sederhana yang beroperasi pada temperatur penguapan. (Dossat, 1981: 121) 3.4. Perbandingan Kompresi Perbandingan kompresi adalah perbandingan antara tekanan pengisapan absolut dengan tekanan pelepasan absolut. Perbandingan kompresi dapat dicari dengan persamaan berikut: R=
Pd Ps

(10)

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

Dimana: R = perbandingan kompresi Pd = tekanan pada katup buang Ps = tekanan pada katup hisap 3.5. Kapasitas Pendinginan Kapasitas pendinginan pada setiap kompresor bergantung pada kondisi operasi dari sistem dan seperti kapasitas sistem yang ditentukan dari massa refrigerant yang disirkulasikan per unit waktu dan oleh efek pendinginan per unit massa yang disirkulasikan. Kapasitas dari sistem pendingin adalah ukuran yang menyatakan besarnya panas yang akan dipindahkan dari ruang yang akan didinginkan. Biasanya dinyatakan dalam kJ/s (kW). Kapasitas pendinginan sebenarnya adalah ukuran perpindahan energi dalam hal ini adalah energi panas dan dapat pula dinyatakan dalam satuan daya. Qe = m . qe Dimana: Qe = kapasitas pendinginan dalam kJ/s atau kW m = massa yang mengalir dalam kg/s qe = efek pendinginan dalam kJ/kg 3.6. Daya Mekanik Kompresor Daya mekanik yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor dapat dicari dengan mengalikan kapasitas pendinginan dari kompresor dalam kW dengan daya teoritis yang dibutuhkan per unit kapasitas untuk beroperasi sesuai dengan kondisi yang berlaku. PT = kapasitas pendinginan dari kompresor dalam kW x daya teoritis yang dibutuhkan per unit kapasitas. (12) Daya mekanik yang dapat dihitung menggunakan rumus diatas hanya untuk kompresor dengan efisiensi 100 % yang beroperasi pada siklus kompresi ideal dan tidak mewakili daya total yang harus diberikan untuk menggerakkan poros kompresor. Pada prakteknya ada beberapa rugi-rugi daya yang terjadi karena gesekan mekanik pada kompresor dan karena deviasi dari siklus kompresi dari siklus kompresi ideal. Lazimnya, daya harus ditambahkan pada kompresor untuk mengganti rugi daya ini. (11)

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Daya listrik yang harus diberikan untuk menggerakkan poros kompresor dapat dihitung dari daya mekanik dan efisiensi total kompresor. Efisiensi total kompresor adalah perbandingan daya mekanik dan daya listrik dalam persen. Ditulis sebagai persamaan sebagai berikut: E0 =

PT x 100 PS

(13)

Dimana: E0 = efisiensi total kompresor dalam % PT = daya mekanik PS = daya listrik 4. Perhitungan Daya Listrik Motor Induksi Untuk Menggerakkan Motor Induksi Studi perhitungan daya listrik motor induksi untuk merancang sebuah pabrik es ini menggunakan data awal sebagai berikut: a. Kapasitas yang akan dibuat sebesar 40 ton/hari b. Suhu uap refrigerant yang masuk ke kompresor melalui katup hisap diketahui sebesar -5 0C pada pukul 15.00 c. Suhu cairan refrigerant yang meninggalkan kompresor diketahui sebesar 40 0C pada pukul 15.00 d. Penggerak kompresor adalah motor induksi tiga fasa rotor sangkar tegangan Y/ 380/220, frekuensi 50 Hz, 8 kutub, putaran 630 rpm

Gambar 3. Instalasi pabrik es.

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

4.1. Menentukan Kapasitas Debit Piston Menentukan kapasitas debit piston jika diketahui bahwa kompresor mempunyai dua silinder, berputar pada kecepatan 630 rpm (10,5 r/s), diameter dari silinder adalah 25 cm dan panjang langkah piston adalah 25 cm. Dimana: D = 25 cm L = 25 cm N = 10,5 r/s n =2 Vp =

(0.7854D 2 )(L)( N )(n) 1000 (0.7854)(25) 2 (25)(10,5)(2) 1000

= 257,709

L s

4. 2. Menentukan Besar Aliran Massa Menentukan besar aliran massa jika diketahui bahwa kerapatan dari uap refrigerant adalah 0,01539 kg/L, maka: Vp = 257,709

L s
kg L

p = 0,01539

m = ( Vp ) ( p ) = ( 257,709 ) ( 0,01539 ) = 3,966

kg s

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

Tabel 1. (Dossat, 198: 383-384)


Volume (m3/kg.103) Temp. (OC) -15 -14 -13 -12 -11 Tekanan Cair (Vf) 1.8260 1.8950 1.9660 2.0390 2.1140 0.69261 0.69407 0.69554 0.69703 0.69853 Uap (Vg) 91.1082 87.8951 84.9027 82.0144 79.2847 Cair (1/Vf) 1.44382 1.44078 1.43773 1.43466 1.43158 Uap (1/Vg) 0.01099 0.01138 0.01178 0.01219 0.01261 Cair (hf) 186.279 187.185 188.093 189.001 189.511 Uap (hfg) 158.641 158.180 157.716 157.250 156.783 Uap (hg) 344.920 345.365 345.809 346.252 346.693 Cair (sf) 0.948 0.952 0.955 0.959 0.962 Uap (sg) 1.56317 1.56250 1.56185 1.56121 1.56059 -15 -14 -13 -12 -11 Kerapatan (kg/m3 10-3) Enthalpy (kj/kg) Enthropy (kj/kg K) Temp. (OC)

-10 -9 -8 -7 -6

2.1912 2.2704 2.3519 2.4355 2.5214

0.70004 0.70157 0.70310 0.70465 0.70622

76.6464 74.1155 71.6864 69.3543 67.1146

1.42349 1.42536 1.42227 1.41914 1.41599

0.01395 0.01349 0.01395 0.01442 0.01490

190.822 191.734 192.647 193562 194.477

156.312 155.840 155.365 154.886 154.408

347.134 347.574 348.012 348.450 348.886

0.96610 0.96945 0.97287 0.97629 0.97971

1.55997 1.55938 1.55879 1.55822 1.55765

-10 -9 -8 -7 -6

-5 -4 -3 -2 -1

2.6096 2.7001 2.7970 2.8882 2.9859

0.70780 0.70939 0.71099 0.71261 0.71425

64.9629 62.8952 60.9075 58.9963 57.1574

1.41284 1.40967 1.40648 1.40328 1.40007

0.01539 0.01590 0.01647 0.01695 0.01750

195.295 196.213 197.233 198.154 199076

153.926 153.442 152.955 152.465 151.972

349.321 349.755 350.187 350.619 351.049

0.98311 0.98650 0.98989 0.99327 0.99664

1.55710 1.55657 1.55604 1.55552 1.55502

-5 -4 -3 -2 -1

0 1 2 3 4

3.0861 3.1888 3.2940 3.4019 3.5124

0.71590 0.71756 0.71924 0.72094 0.72265

55.3892 53.6869 52.0481 50.4700 48.9499

1.39685 1.39361 1.39075 1.38708 1.38379

0.01805 0.01863 0.01921 0.01961 0.02043

200.000 200.525 201.852 202.780 203.710

151.477 150.979 150.479 149.975 149.468

351.477 351.905 352.331 352.755 353.179

1.00000 1.00335 1.00670 1.01004 1.01337

1.55452 1.55404 1.55356 1.55310 1.55264

0 1 2 3 4

5 6 7 8 9

3.6255 3.7414 3.8601 3.9815 4.1058

0.72428 0.72612 0.72788 0.72966 0.73146

47.4853 46.0737 44.7129 43.4006 42.1349

1.38049 1.37718 1.37384 1.37050 1.36713

0.02106 0.02170 0.02236 0.02304 0.02373

204.642 205.575 206.509 207.445 208.383

148.959 148.446 147.930 147.411 146.889

353.600 354.020 354.439 354.856 355.272

1.01670 1.02001 1.02333 1.02663 1.02993

1.55220 1.55176 1.55133 1.55091 1.55050

5 6 7 8 9

4. 3. Menentukan Efek Pendinginan Per Kilogram Menentukan efek pendinginan per kilogram jika diketahui temperatur dari cairan refrigerant pada kontrol refrigerant adalah 40 0C dan temperatur dari uap jenuh yang meninggalkan evaporator adalah -5 0C: Enthalpy dari uap jenuh refrigerant pada suhu -5 0 C = 349.321 kJ/kg Enthalpy dari cairan refrigerant pada suhu 40 0 C Efek pendinginan per kilogram = 238.535 kJ/kg = 110,786 kJ/kg

10

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

4. 4. Menentukan Perbandingan Kompresi dan Efisiensi Volumetrik Menentukan perbandingan kompresi jika diketahui temperatur dari cairan refrigerant pada kontrol refrigerant adalah 40 0C dan temperatur dari uap jenuh yang meninggalkan evaporator adalah -5 0C. Pd refrigerant pada suhu jenuh 40 0C = 9,61 bar Ps refrigerant pada suhu jenuh 5 0C = 2,61 bar

Perbandingan kompresi

Pd Ps

9,61 = 3,68 2,61

Dari gambar 4. didapat efisiensi volumetrik ( Ev ) sebesar = 76 %

90

Efisiensi Volumetrik

80 70 60 50 40 30 20 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Perbandingan Kompresi Gambar 4. Kurva perbandingan antara efisiensi volumetric dan perbandingan kompresi. (Dossat, 198: 383-384)

11

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

4. 5. Menentukan Kapasitas Pendinginan Menentukan kapasitas pendinginan jika diketahui sebuah sistem pendingin beroperasi dengan temperatur penguapan sebesar 5 0C. Jika uap yang dihisap oleh kompresor melalui katup hisap sudah jenuh dan temperatur cairan refrigerant pada kontrol refrigerant sebesar 40 0C. Diketahui efisiensi volumetrik kompresor ( Ev ) sebesar 76 %. m = 3,966 kg/s qe = 110,786 kJ/kg Ev = 0,76 Qe = ( m ) (qe ) ( Ev ) = ( 3,966 ) (110,786 ) (0,76 ) = 333,926 kW

4. 6. Menentukan Daya Mekanik Kompresor Untuk menentukan daya mekanik kompresor jika diketahui kapasitas pendinginan sebesar 333,926 kW dan dari tabel 2. diketahui daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan per kW kapasitas pendinginan dengan temperatur pendinginan sebesar -5 0 C adalah 0,20841 kW/kW kapasitas pendinginan, maka: Qe = 333,926 kW Daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan per kW kapasitas pendinginan dengan temperatur pendinginan sebesar -5 0 C = 0,20841 kW/kW kapasitas pendinginan PT = Qe x Daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan per kW kapasitas pendinginan = 333.926 x 0,20841 = 69,593 kW

12

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

Tabel 2. (Dossat, 1981: 133) Temperatur kondensasi 400 C Tekanan kondensasi 9.61 bar
Tekanan Temperatur Isap Absolut (bar) Isap (celcius) Efek Pendinginan (kJ/kg) Standar Aliran Massa (g/s kW) Spesifik volume dari Penghisapan uap (I/kg) Standar Aliran Volume (L/s kW) Panas Dari Kompresor (kJ/kg) Daya Input (watt) Koefisien Performa

4.23 3.63 3.09 2.61 2.19 1.83 1.51 1.24 1.00 0.81 0.64

100 50 00 - 50 - 100 - 150 - 200 - 250 - 300 - 350 - 400

116.85 115.07 112.94 110.79 108.60 106.39 104.15 101.89 99.61 97.31 95.01

8.56 8.69 8.85 9.03 9.21 9.40 9.60 9.82 10.04 10.28 10.53

40.91 47.49 55.39 64.96 76.65 91.02 108.85 131.17 159.38 195.40 241.91

0.350 0.412 0.490 0.586 0.705 0.855 1.044 1.286 1.600 2.008 2.547

14.79 17.23 20.10 23.08 26.19 29.43 32.81 36.36 40.07 43.97 48.07

126.60 149.73 177.89 208.41 241.21 276.64 314.98 357.06 402.30 452.01 506.18

7.90 6.68 5.62 4.80 4.15 3.62 3.17 2.80 2.49 2.21 1.89

4.7. Menentukan Efisiensi Motor Induksi Menentukan efisiensi motor induksi jika diketahui motor induksi : f = 50 Hz p=8 n = 630 rpm ns =

120 f p
120x50 8

= 750 rpm

13

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

s =

ns n ns

750 630 750

= 0.16 =

Pmek Pmp
m.I 2 .r2 ( 1 s ) s '2 ' 1 m.I 2 .r2 ( ) s
'2 '

(1 s ) s = 1 s
= ( 1- s ) = ( 1 0,16 ) = 0,84 84% 4.8. Menentukan Daya Listrik Untuk Menggerakkan Poros Kompresor Menentukan daya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan poros kompresor jika diketahui efisiensi motor induksi sebesar 84 % dan daya mekanik dari kompresor adalah sebesar 69,593 kW. PT = 69,593 kW = 0,84 Ps =
PT

14

Liem Ek Bien & Peter, Perbandingan Penggunaan Daya Listrik Motor Induksi Sebagai Penggerak

= 69,593 0,84 = 82,848 kW = 111,057 PK Hal yang sama dilakukan pada 2 waktu lain yang berbeda, dimana hasil perhitungan tersebut seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3. Perbandingan penggunaan daya listrik menurut waktu produksi. Penggunaan Daya Listrik Suhu uap refrigerant yang masuk ke kompresor (0C) Suhu cairan refrigerant yang meninggalkan kompresor (0C) Kapasitas debit piston (L/s) Besar aliran massa (kg/s) Efek pendinginan per kilogram (kJ/kg) Perbandingan kompresi Kapasitas pendinginan (kW) Daya mekanik kompresor (kW) Efisiensi motor induksi (%) Daya listrik yang dibutuhkan motor induksi (PK) Pukul 11.00 5 0C 45 0C Pukul 15.00 -5 0C 40 0C Pukul 21.00 -25 0C 24 0C

257,709 257,709 257,709 5,427 3,966 1,963

109,341 110,786 117,740 2,98 3,68 5,11

474,714 333,926 157,164 71,079 84 69,593 84 56,116 84

113,428 111,057 89,552

5. Kesimpulan 1. Dengan melakukan pengamatan indikator temperatur pada saluran hisap dan saluran buang kompresor didapatkan hasil yang cukup mencolok antara pukul 11.00 dengan pukul 21.00 yaitu: untuk pukul 11.00 suhu

15

JETri, Tahun Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372

refrigerant pada saluran hisap sebesar 5 0C dan pada saluran buang sebesar 45 0C sedangkan untuk pukul 21.00 suhu refrigerant pada saluran hisap sebesar -25 0C dan pada saluran buang sebesar 24 0C 2. Dengan mengetahui adanya perbedaan suhu antara pukul 11.00 dan pukul 21.00 dapat disimpulkan bahwa kapasitas pendinginan yang dihasilkan tentu berbeda yaitu: pada pukul 11.00 adalah sebesar 474,714 kW sedangkan pada pukul 21.00 sebesar 157,164 kW 3. Selisih kapasitas pendinginan antara pukul 11.00 dan pukul 21.00 adalah selisih daya mekanik yang dihemat karena semakin kecil kapasitas pendinginan semakin kecil daya mekanik, semakin kecil pula daya listrik yang dibutuhkan yaitu: pada pukul 11.00 sebesar 113,428 PK sedangkan pada pukul 21.00 sebesar 89,552 PK 4. Disarankan untuk memproduksi es balok pada waktu malam hari karena penggunaan daya listriknya paling rendah Daftar Pustaka 1. Djoekardi, Djuhana. 1997. Mesin-mesin Listrik Motor Induksi. Jakarta: Universitas Trisakti. 2. Dossat, Roy J. 1981. Principles of Refrigeration. Second Edition. Toronto: John Wiley and Sons Inc. 3. Halliday and Resnick. 1978. Fisika. Jakarta: Erlangga. 4. Kadir, Abdul. 1983. Mesin Tak Serempak. Jakarta: Djambatan. 5. Miller, Rex. 1983. Refrigeration and Air Conditioning Technology. Illinois: Bennet Publishing Company. 6. Simanjuntak, Anggara. 2000. Teori Termodinamika Teknik. Jakarta: Universitas Trisakti.

16

Anda mungkin juga menyukai