Anda di halaman 1dari 31

RANGKUMAN

MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IX

DI SUSUN OLEH : Nama: Amar Hadi Kelas: IX A

MADRASAH TSANAWIYAH RAUDLATHUL ATHFAL ASTANA 2012/2013


1

BAB I
KONGRUENSI DAN KESEBANGUNAN 1. Pengertian Kongruensi Adalah sebuah bangun yang sama dan sebangun dengan bangun lain jika bentuknya sebangun (sama bentuknya) dan besarnya sama. Contoh: Dua bangun datar yang sebangun

Kedua bangun di atas, ABCD dan KLMN adalah dua bangun yang sebangun, karena memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Pasangan sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama, yaitu : Pasangan sisi AD dan KN = Pasangan sisi AB dan KL = Pasangan sisi BC dan LM = Pasangan sisi CD dan MN = Jadi,

b.

Besar sudut yang bersesuaian sama, yaitu :

CONTOH SOAL
Pada gambar di bawah diketahui AB = 6 cm dan BC. Tentukan a. AC; b. AD; c. BD.

Jawab: a. AC2 = AB2+BC2 = 62 + 8 2 = 36+64 = 100 AC = 100 = 10 b. AB2 = AD x AC 62 = AD x 10 36 = AD x l0 AD =36/10 = 3,6 cm DC = l0 cm 3,6cm = 6,4 cm c. BD2 = AD x DC
3

= 3,6 x 6,4 = 23,04 BD = 23,04 = 4,8 Pengertian Segitiga yang Kongruen

Pengubinan pada lantai yang telah kita kenal dapat digunakan untuk memahami pengertian kongruen. Pola pengubinan yang kita gunakan adalah pengubinan bangun segitiga. Perhatikan Gambar disamping Jika dilakukan pergeseran atau pemutaran terhadap salah satu ubin maka segitiga tersebut akan menempati ubin yang lain dengan tepat. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa ubin yang satu dengan ubin yang lain mempunyai bentuk sama (sebangun) dan mempunyai ukuran yang sama. Segitiga-segitiga yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama disebut segitiga-segitiga yang kongruen (sama dan sebangun). Sifat-Sifat Dua Segitiga yang Kongruen

Untuk dapat memahami sifat-sifat dua segitiga yang kongruen, perhatikan Gambar diatas ini. Karena segitiga-segitiga yang kongruen mempunyai bentuk dan ukuran yang sama maka masing-

masing segitiga jika diimpitkan akan tepat saling menutupi satu sama lain. Gambar di samping menunjukkan , PQT dan QRS kongruen. Perhatikan panjang sisi-sisinya. Tampak bahwa PQ = QR, QT = RS. dan QS = PT sehingga sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua segitiga sama panjang. Selanjutnya, perhatikan besar sudut-sudutnya. Tampak bahwa TPQ = SQR, PQT = QRS , dan PTQ = QSR sehingga sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua segitiga tersebut sama besar. Dari uraian di atas. dapat disimpulkan sebagai berikut. Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat berikut. 1. 2. 2. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

Pengertian Kesebangunan Konsep dan sifat-sifat kesebangunan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah atau soal cerita yang berkaitan dengan kesebangunan. Untuk menyelesaikan soal cerita dapat dibantu dengan membuat sketsa atau gambar. Dari gambar itu, baru diselesaikan. Contoh: Sebuah kawat baja dipancangkan untuk menahan sebuah tiang listrik yang berdiri tegak lurus. Sebuah tongkat didirikan tegak lurus sehingga ujung atas tongkat menyentuh kawat. Diketahui panjang tongkat 2 m,

jarak tongkat ke ujung bawah kawat 3 m dan jarak tiang listrik ke tongkat 6 m. Berapa tinggi tiang listrik?

Jawab: Misalnya, tinggi tiang listrik adalah t sehingga diperoleh perbandingan sebagai berikut.

Jadi, tinggi listrik adalah 6 cm.

BAB II
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG 1. Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung 1.1 Tabung Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi yang kongruen dan sejajar yang berbentuk lingkaran serta sebuah sisi lengkung. Unsur Unsur Tabung Tabung memiliki 2 rusuk dan 3 sisi. Luas dan volume tabung Luas permukaan tabung atau luas tabung: L = luas sisi alas + luas sisi tutup + luas selimut tabung = r2 + r2 + 2 r t = 2 r2 + 2 r t = 2 r (r + t) Luas tabung tanpa tutup : Ltanpa tutup = luas sisi alas + luas selimut = r2 + 2 r t Volume tabung : V = luas alas x tinggi = r2 x t = r2 t
7

1.2 Kerucut Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi alas berbentuk lingkaran dan sebuah sisi lengkung. Unsur-unsur Kerucut Kerucut memiliki 1 titik sudut, 1 rusuk dan 2 sisi . Luas dan volume kerucut Luas permukaan kerucut atau luas kerucut : L = luas sisi alas + luas selimut kerucut = r2 + r s = r (r + s) Volume kerucut : V = 1/3 x luas alas x tinggi = 1/3 x r2 x t = 1/3 r2t 1.3 Bola Bola adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi lengkung/kulit bola. Unsur-unsur Bola Bola memiliki satu sisi. 3.3. Luas dan volume Bola Luas bola : L = 4 x luas lingkaran = 4 x r2 = 4 r2 Volume bola : V = 4 x volume kerucut = 4 x 1/3 r2 t karena pada bola, t = r maka
8

= 4 x 1/3 r2 r = 4 x 1/3 r3 = 4/3 r3

Melukis Jaring-Jaring Tabung dan Kerucut Serta Menentukan Luasnya Jaring-Jaring dan Luas Tabung 1. Ambil kaleng susu atau benda-benda lain yang berbentuk tabung (ukurannya jangan terlalu besar). 2. 3. Jiplaklah bentuk tutupnya pada selembar kertas. Tandai kaleng tersebut untuk posisi tertentu. Kemudian

gelindingkan kaleng tersebut sampai kembali ke tanda yang diberikan sebelumnya. 4. Buatlah persegi panjang yang terbentuk dari kaleng dengan panjang adalah lintasan dari A ke- B. yaitu keliling bidang alas dan lebarnya setinggi kaleng tersebut 5. Jiplaklah bentuk alas kaleng tersebut tepat di bawah persegi panjang. Jaring-jaring tersebut terdiri atas 1. selimut tabung yang berupa persegi panjang dengan panjang = keliling alas tabung = 2r dan lebar = tinggi tabung = t: 2. dua buah lingkaran berjari-jari r. Dengan demikian, luas selimut tabung dapat ditentukan dengan cara berikut. Luas selimut tabung = keliling alas x tinggi tabung
9

= 2r x tinggi tabung = 2rt

Setelah memperoleh luas selimut tabung, dapat ditentukan pula luas permukaan tabung. Luas permukaan tabung = luas lingkaran alas + selimut tabung + luas lingkaran tutup = r2+rt + r2 = 2r2 +2rt = 2r(r+t) Dapatkah kalian menentukan rumus luas tabung tanpa tutup Untuk setiap tabung dengan tinggi tabung t dan jari-jari alas tabung r berlaku rumus berikut. Luas selimut tabung = 2rt Luas permukaan tabung = 2 r(r + t) Contoh: Sebuah tabung mempunyai tinggi 13 cm dan jari-jari alasnya 7 cm. Tentukan luas permukaan tabung. Jawab : Tinggi tabung = 13 cm dan jari-jari alas = 7 cm. Luas permukaan tabung = 2r(r + t) = 2 x 22/7 x 7 x (7 + 13) = 44 x 20 = 880
10

Jadi luas permukaan tabung adalah 880 cm2 Jaring-Jaring dan Luas Kerucut 1. Buatlah juring lingkaran dengan sudut 1200 pada suatu kertas, kemudian potong juring tersebut. 2. Buatlah suatu kerucut dengan menghubungkan garis pelukis PQ ke PQ'. 3. 4. Jiplaklah lingkaran alas kerucut yang terbentuk pada suatu kertas. Buka kembali kerucut dan jiplakkan tepat di atas lingkaran alas. Jika gambarmu benar, akan diperoleh suatu jaring-jaring kerucut berikut. 1. 2. lingkaran alas dengan pusat O dan jari-jari r; selimut kerucut yang berupa juring lingkaran PQQ' dengan jari-jari adalah garis pelukis selimut s dan panjang busur = 2r. Untuk mendapatkan luas juring PQQ', perhatikan uraian berikut. Jari-jari juring PQQ' = t. Lingkaran dengan jari-jari r mempunyai keliling = 2s dan luas = s2 sehingga diperoleh: Jadi, luas selimut kerucut = luas juring PQQ' = rs Telah diketahui bahwa jaring-jaring kerucut terdiri atas selimut kerucut dan lingkaran alas sehingga luas sisi kerucut dapat dirumuskan sebagai berikut. Luas sisi kerucut = luas selimut kerucut + luas lingkaran alas = rs + r2 = r(s + r) Untuk setiap kerucut dengan panjang garis pelukiss dan jari-jari alas kerucut r berlaku rumus berikut. Luas selimut kerucut = rs

11

Luas sisi kerucut = r (r + s) Contoh: Sebuah kerucut mempunyai panjang jari-jari alasnya 6 cm dan tingginya 8 cm. Hitunglah luas sisi kerucut tersebut ( = 3,14). Jawab : Jari-jari alas = r = 6cm Tinggi kerucut = t = 8 cm s2 = r2 + t2 s2 = 62+ 82 = 36 + 64 = 100 s =100 = 10 Luas sisi kerucut = r(r + s) = 3,14 x 6 x (6 + 10) = 3,14 x 6 x l6 = 301,44 Jadi. luas sisi kerucut adalah 301,44 cm2 Bola Untuk menentukan luas sisi bola dapat dilakukan percobaan dengan menggunakan sebuah bola, tabung, dan seutas tali. Perhatikan Gambar. Pada gambar itu terdapat dua jenis bangun ruang sisi lengkung yaitu tabung dan bola. Tinggi tabung dan diameter tabung sama dengan diameter bola. Pada bola dililitkan seutas tali hingga menutup seluruh permukaan bola. kemudian tali tersebut dililitkan pada selimut tabung dan ternyata tali tersebut tepat melilit pada selimut tabung. Dari uraian di atas dapat disirnpulkan bahwa luas sisi bola sama dengan luas selimut tabung. Luas sisi bola = luas selimut tabung = 2rt = 2r x 2r = 4r2 Contoh:
12

Hitunglah luas sisi sebuah bola jika diketahui jari-jarinya = l0 dm. Jawab: Luas sisi bola = 4r2 = 4 x 3,14 x 10 = 1.256 dm2 Jadi. luas sisi bola adalah 1.256 dm2. Volume Bangun Ruang Sisi Lengkung Volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang. Volume prisma = luas alas x tinggi Volume limas = 1/3 x luas alas x tinggi Volume Tabung Rumus umum volume tabung sama dengan luas alas dikalikan tinggi. Karena tabung memiliki alas berupa lingkaran maka volume tabung sama dengan luas alas lingkaran dikalikan tinggi. Untuk setiap tabung berlaku rumus berikut. V = r2 t atau V = 1/4 d2 t dengan V = volume tabung, r = jari-jari alas lingkaran, d = diameter lingkaran, dan t = tinggi Contoh : Diketahui tabung dengan jari-jari 14 cm dan tingginya 20 cm.Tentukan volume tabung ! Jawab: Volume tabung = r2 t = 22/7 x l42 x 20 = 12.320 Jadi, volume tabung = 12.320 cm3.
13

Volume Kerucut Volume kerucut sama dengan 1/3 x luas alas x tinggi. Karena alas kerucut berbentuk lingkaran maka luas alasnya adalah luas lingkaran. Dengan demikian, volume kerucut dapat dirumuskan sebagai berikut. V =1/3r2 t dengan V = Volume kerucut r = jari-jari lingkaran alas t = tinggi kerucut Karena r = 1/2 d (d adalah diameter lingkaran) maka bentuk lain rumus volume kerucut adalah sebagai berikut. Volume kerucut = 1/12d2t Contoh: Sebuah kerucut mempunyai jari-jari 9 cm dan tinggi 4 cm. Hitunglah volume kerucut tersebut ( = 3,14)l Jawab:

Volume BoIa

Gambar diatas merupakan gambar setengah bola dengan,jari-jari r. dan menunjukkan dua buah kerucut dengan jari-jari r dan tinggi r. Jika
14

dilakukan percobaan dengan menuangkan cairan pada kedua kerucut sampai penuh, kemudian cairan dari kedua kerucut tersebut dituangkan dalam setengah bola maka cairan tersebut tepat memenuhi bentuk setengah bola. Dari percobaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut. Volume bola =4/3r3 dengan r = jari-jari bola

Karena r = 1/2 d maka bentuk lain rumus volume bola adalah sebagai berikut.

15

BAB III
STATISTIKA DAN PELUANG 1. Pengertian Statistika Statistika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mengumpulkan, menyusun, mengolah, menganalisis, menyimpulkan, dan menyajikan data hasil penelitian. Sementara statistik adalah data hasil olahan dan analisis. Data (bentuk jamak) adalah keterangan suatu obyek yang diteliti. Sementara datum (bentuk tunggal) adalah keterangan suatu obyek yang diteliti. Data terbagi menjadi dua, yaitu data Numerik (kuantitas) dan data Kategori (kualitas. Data numerik adalah data berupa hasil pengukuran atau penghitungan. Sementara data kategori adalah data yang bukan berupa angka. Pengumpulan data dilakukan dengan: Mencacah/menghitung Mengukur Mengunakan tally atau turus Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek yang memiliki karakteristik (sifat) sama yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili keadaan yang benar mengenai populasi yang diteliti. TENDENSI SENTRAL (Ukuran Pemusatan) Rata-rata hitung (Mean) Modus Median CONTOH: Data: 162,160, 170, 165, 167, 170, 165 Mean => Rata-rata hitung ex:n=162+160+170+165+167+170+165:7
16

=1159:7=165.57 Modus =>Nilai yang sering muncul CONTOH: Data: 160, 162, 165, 165, 167, 170, 170 Modusnya adalah 165 dan 170 Median => Nilai tengah setelah data diurutkan CONTOH: Data terurut: 160, 162, 165, 165, 167, 170, 170 Mediannya adalah 165 2. Peluang Peluang disebut juga probabilitas yang berarti ilmu kemungkinan. Di dalam peluang dikenal ruang sampel dan titik sampel. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil/kejadian yang mungkin terjadi dan dilambangkan dengan S Peluang (P) =Banyak kejadian muncul/Banyak kejadian yang mungkin Contoh: P=400/1200 = 1/3 Komplemen dari nilai di atas = 1200-400:1200 =800/1200 = 2/3 Frekuensi nisbi = Banyak Kejadian Muncul/Banyak percobaan Frekuensi harapan = Banyak percobaan x Peluang Ruang sampel dan Titik Sampel Ruang sampel adalah himpunan semua hasil/kejadian yang mungkin terjadi dan dilambangkan dengan S. Dalam beberapa peercobaan, ruang sampel dapat ditentukan dengan menggunakan diagram pohon maupun tabel, dan anggotaanggota ruang sampel dapat didaftar secara mudah dan teratur. Pengetosan Dua Mata Uang A A G (A,A) (G,A) G (A,G) (G,G)

Banyak titik sampel= 2x2 = 4


17

Pengetosan Dua Dadu 1 1 2 3 4 5 6 (1,1) (2,1) (3,1) (4,1) (5,1) (6,1) 2 (1,2) (2,2) (3,2) (4,2) (5,2) (6,2) 3 (1,3) (2,3) (3,3) (4,3) (5,3) (6,3) 4 (1,4) (2,4) (3,4) (4,4) (5,4) (6,4) 5 (1,5) (2,5) (3,5) (4,5) (5,5) (6,5) 6 (1,6) (2,6) (3,6) (4,6) (5,6) ()6,6

Banyak titik sampel = 6x6 = 36 Pengetosan Mata Uang dan Dadu 1 A G (A,1) (G,1) 2 (A,2) (G,2) 3 (A,3) (G,3) 4 (A,4) (G,4) 5 (A,5) (G,5) 6 (A,6) (G,6)

Banyak titik sampel = 2x6 = 12

18

BAB IV
BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

1. Pengertian Bilangan Berpangkat Bilangan berpangkat dan bentuk akar sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari seperti perhitungan suku bunga majemuk. Pemahaman terhadap konsep bilangan berpangkat dan bentuk akar memudahkan kita memahami kaidah notasi ilmiah yang bermanfaat dalam ilmu-ilmu eksak dan komputer. Bilangan Berpangkat Positif Bentuk umum dari bilangan berpangkat adalah an, a 0 Pada bentuk an, a dinamakan bilangan pokok/basis dan n dinamakan pangkat/eksponen Secara umum bilangan berpangkat dapat dinyatakan sebagai perkalian berulang pada bilangan yang sama. a3 = a a a ..........(a dikalikan berulang dengan a sebanyak 3 kali) 32 = 3 3

(-2)3 = (-2) (-2) (-2 54 = 5 5 5 5

19

Bilangan Berpangkat Negatif Konstanta gravitasi Newton 0,0000000000667 dapat dinyatakan dalam notasi baku sebagai 6,67 x 1011

Secara umum, jika a sebarang bilangan tidak nol dan n bilangan bulat maka:

20

2. Bentuk Akar Bentuk akar merupakan salah satu bentuk dari bilangan irasional. Sebelum membahas bentuk akar perlu kita pahami lebih dahulu pengertian bilangan terukur. Perhatikan contoh- contoh berikut. 2 adalah bilangan terukur sebab 2 dapat digambar sebagai sebuah ukuran tertentu. 5 adalah bilangan terukur karena 5 dapat digambarkan sebagai berikut Panjang Ab = 2 satuan dan panjang BC = 1 satuan sehingga panjang AC 5 satuan . garis AC dapat diperpanjang sehinnga membentuk CD dengan ukuran yang sama AC sehingga jika panjang AC = 5 maka panjang AD = 2 5. Garis tersebut dapat kita perpanjang terus menerus dengan ukuran yang sama dengan panjang AC. Apakah 4 = 2 ? Hal ini dapat diselidiki dengan cara sebagai berikut. Dengan membentuk sebuah segitiga siku-siku dengan gambaran seperti berikut, tampak bahwa 4 = 2 . Dari contoh-contoh tersebut tampak bahwa 2 , 5 , 4 jika diberikan ukuran 1 satuan di kertas maka kita dapat melukis bilangan yang digambarkan oleh bilangan-bilangan tersebut dengan garis dan jangka. Setelah mengetahui konsep dasar bilangan terukur kita dapat mengetahui pengertian bentuk akar.
21

a = b b2 = a Sebagai contoh : 9 = 332 = 9 16 = 4 42 = 16 Jika a 0maka a suatu bilangan positif. Demikian pula dengan (-5)2 = 5 bukan 5. sekarang berapakah nilai dari 2 , 5 , 45 ? Bentuk bentuk tersebut disebut bentuk akar, yaitu akar suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan rasional. Bentuk akar termasuk bilangan irrasional.

Adapun bentuk 4 , 16 , 64 bukan bentuk akar karena kita dapat menentukan bilangan rasional untuk nilai tersebut, yaitu, 4 = 2, 16 = 4, 64 = 8.

22

BAB V
BARISAN DAN DERET 1. Pengertian Barisan Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang diurutkan menurut aturan tertentu.Bentuk umum barisan bilangan a1, a2, a3, ...,an. Setiap unsur pada barisan bilanan disebut suku. Suku ke-n dari suatu barisan ditulis dengan simbol Un ( n merupakan bilangan asli ). Untuk suku pertama dinyatakan dengan simbol a atau U1. Berdasarkan banyaknya suku, barisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Barisan berhingga, jika banyaknya suku-suku tertentu jumlahnya. b. Barisan tak berhingga, jika banyaknya suku-suku tak berhinga jumlahnya. Barisan Aritmetka. Barisan atitmetika adalah suatu barisan bilangan dimana setiap dua suku berurutan memiliki selisih yang tetap yang disebut beda ( b ). Secara umum jika suku ke-n suatu barisan arimetika adalah Un, maka berlaku : = Un Un 1 Jika suku pertama dari barisan aritmetika ( U1 ) dinotasikan dengan a dan beda dinotasikan dengan b, maka suku-suku pada barisan aritmetika tersebut dapat ditulis sebagai berikut : U1 = a
23

U2 = a + b U3 = ( a + b ) + b = a + 2b U4 = ( a + 2b ) + b = a + 3b .... Un = a + ( n 1 ) b Merupakan rumus suku ke-n barisan aritmetika Keterangan : Un = Suku ke-n, a = Suku pertama, b = Beda Barisan Geometri Barisan geometri adalah suatu barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dengan cara mengalikan suku didepannya dengan bilangan tetap yang disebut rasio yang dinotasikan dengan r. Jika suatu barisan geometri U1, U2, U3, ..., Un maka rasio dapat dituliskan : r= Apabila suku pertama barisan geometri dinyatakan dengan notasi a, dan rasio dinyatakan dengan notasi r, maka : U1 = a U2 = ar U3 = arr = ( ar2 ) U4 = a ( r2 ) r = ar3... Un = arn-1 Merupakan rumus suku ke-n barisan geometri

Keterangan : Un = Suku ke-n, a = Suku pertama, r = rasio 2. Pengertian Deret Deret Aritmetika. Deret aritmetika adalah suatu deret yang diperoleh dengan cara menjumlahkan suku-suku dari barisan aritmetika. Jika a + ( a + b ) + ( a + 2b) + ... + ( a + ( n 1 ) b merupakan deret aritmetika baku. Jumlah n suku deret aritmetika dinotasikan dengan Sn, Sehingga :

24

Sn = a + ( a + b ) + ( a + 2b) + ... + ( a + ( n 1 ) b = Rumus jumlah suku ke-n pada deret aritmetika dapat dicari dengan cara sebagai berikur : Sn Sn = a + ( a + b ) + ( a + 2b) + ... + ( a + ( n 1 ) b = ( a + ( n 1 ) b + ( a + ( n 2 ) b + ... + a

2 Sn = ( 2a + ( n 1 ) b + ................. + ( 2a + ( n 1 ) b Sebanyak n suku Sehingga : 2 Sn = n ( 2a + ( n 1 ) b Sn = n ( 2a + ( n 1 ) b Merupakan rumus deret aritmetika Keterangan : Sn = Jumlah suku ke-n , n = banyak suku Deret Geometri Deret geometri adalah suatu deret yang diperoleh dengan menjumlahkan suku-suku barisan geometri. Jika a + ar + ar2 + ar3 + ... + arn-1 merupakan deret geometri baku, maka jumlah n suku pertamanya dinotasikan Sn sehingga : Sn = a + ar + ar2 + ar3 + ... + arn-1 = Rumus jumlah n suku pertama dari deret geometri dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : Sn = a + ar + ar2 + ar3 + ... + arn-1

r Sn = ar + ar2 + ar3 + ar4 + ... + arn Sn r Sn = a arn

( 1 r ) Sn = a arn Sn = Jadi rumus jumlah n suku pertama deret geometri dapat ditulis sebagai berikut : Sn = untuk r < 1, atau Sn = untuk r > 1

25

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam rangkuman mata pelajaran matematika ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan rangkuman ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya rangkuman ini dan penulisan rangkuman, di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga rangkuman ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Walikukun, 17 Mei 2013

Penulis

26

PENGESAHAN
Rangkuman

MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IX

Nama Kelas

: Amar Hadi : IX A

Disyahkan oleh :

Wali Kelas

Guru Bid. Study Matematika

Tafriji, Spd

Tafriji, Spd

27

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmnirrahim Assalamualaiku Wr Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, khususnya kepada penulis, sehingga Rangkuman mata pelajaran matematika ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditargetkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga sahabat serta ummatnya hingga akhir jaman. Pembuatan Rangkuman ini tentunya penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang turut andil dalam membantu menyelesaikan Rangkuman ini. Diantara beberapa pihak tersebut adalah :

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan hidayahNya kepada penulis 2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih yang merupakan penyemangat penulis dalam menyelesaikan Rangkuman ini. 3. Bapak Ahmad Faqih, S,OS Sebagai Kepala sekolah MTs Raudlathul Athfal Astana 4. Bapak Tafriji, Spd Selaku wali kelas sekaligus guru bid. Studi matematika. 5. Semua Guru MTs Raudlathul Athfal Astana. 6. Seluruh rekan-rekan Siswa/Siswi MTs Raudhlatul Athfal Astana. 7. Sahabatku dan teman seperjuanganku.

28

Penulis menyadari bahwa Rangkuman ini masih banyak kesalahan dan kekurangan serta masih jauh dari sempurna. Dengan rendah hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT selalu memberikan karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu. Akhirnya penulis berharap, semoga Rangkuman ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya maupun penulis pada khususnya. Wassalamualaikum Walikukun, 17 Mei 2013

Amar Hadi

DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul/Cover. i

29

Halaman Pengesahan .... Kata Pengantar... Daftar Isi.

ii iii v

BAB I : KONGRUENSI DAN KESEBANGUNAN 1.1 1.2 Pengertian Kongruensi.. Pengertian Kesebangunan. 2 5

BAB II : BANGUN RUANG SISI LENGKUNG 2.1 Luas dan Volume Ruang Sisi Lengkung... 6

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 3.2 Pengertian Statistika.. Pengertian Peluang 14 15

BAB IV : BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR 4.1 4.2 Pengertian Bilangan Berpangkat.. Bentuk Akar.. 17 19

BAB V : BARISAN DAN DERET BILANGAN 5.1 5.2 5.3 Pengertian Barisan Pengertian Deret... Penutup. 20 21 23

30

31

Anda mungkin juga menyukai