Anda di halaman 1dari 17

1.

Kejang
Defenisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380C), yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Mekanisme kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari sebuah focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, thalamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, focus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut: Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan Neuron-neuron hipersensirif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpacu akan melepaskan muatan secara berlebihan Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defesiensi asam gamaaminobutirat (GABA) Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmiter eksitatorik atau deplesi neurotransmiter inhibitorik Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolic secara drastis meningkat; lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi selama aktivitas kejang. Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan structural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Focus kejang tampaknya sangat peka terhadap asetilkolin, suatu neurotransmiter fasilitorik; focus-

Mekanisme kejang

Jenis kejang
Klasifikasi Kejang Klasifikasi Parsial Karakteritis Kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; focus di satu bagian tetapi dapat menyebar ke bagian lain. Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu yang abnormal), autonomic (takikardia, bradikardia, takipnu, kemerahan,rasa tidak enak pada epigastrium), psikik (disfagia, gangguan daya ingat) Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh Gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, menarik-narik baju)

Parsial Sederhana

Parsial kompleks

Generalisata Tonik-Klonik Absence

Mioklonik Atonik Klonik Tonik

Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang generalisata Biasanya berlangsung 1-3 menit Hilangnya kesadaran; tidak ada awitan fokal; bilateral dan simetrik; tidak ada aura Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit lidah; fase pascaiktus Sering salah didiagnosis sebagai melamun Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural tidak hilang Berlangsung beberapa detik Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai; cenderung singkat Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks) Gerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau multipel dilengan, tungkai, atau torso Peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai Mata dan kepala mungkin berputar kesatu sisi Dapat menyebabkan henti napas

2. Perbandingan
Definisi
Kejang Demam Kejang demam adalah Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Epilepsi Epilepsi adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang serta paroksismal yang disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan, bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut. Gangguan ini disebabkan oleh faktor fisiologis, Meningitis Meningitis adalah infeksi selaput otak dan otak. Terdiri dari Meningitis purulenta adalah radang selaput otak (aracnoid dan piameter) yang menimbulkan eksudasi berupa pus disebabkan oleh kuman nonspesifik dan non virus. Meningitis serosa adalah radang selaput otak akibat komplikasi Perdarahan intracranial Perdarahan intracranial adalah perdarahan didalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa terjadi didalam otak atau di sekeliling otak: Perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terjadi didalam otak Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan

Hampir 3 % daripada anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderitanya.

biokimiawi, anatomis tuberculosis primer atau gabungan faktor menyerang semua tersebut. umur, insiden tertinggi 6 bulan- 6 tahun.

diantara otak dan rongga subaraknoid Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi diantara lapisan otak (maningen) Perdarahan epidural adalah perdarahan yang terjadi diantara tulang tengkorak dengan selaput otak Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang didalam tulang tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya tekanan dan hal ini sangat menbahayakan

Gejala klinis
Kejang demam Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Livingston) yaitu: Kejang demam sederhana (simple febrile seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang berlangsun g singkat, <15 menit Kejang umum Epilepsi 1.Grand mal (Tonik Klonik) : - Ditandai dengan aura : sensasi pendengaran atau penglihatan. - Hilang kesadaran. - Epileptik cry. - Tonus otot meningkat sikap fleksi / ekstensi. - Sentakan, kejang klonik. - Lidah dapat Meningitis Meningitis purulenta: Gejala yang tidak khusus : Panas Not doing well Sakit kepala Mau muntah Tidak mau makan Kesadaran menurun Tidak mau Perdarahan intracranial Perdarahan intraserebral: Terjadi secara tiba-tiba, dimulai dengan sakit kepala, yang diikuti oleh tanda-tanda kelainan neurologis (misalnya kelemahan, kelumpuhan, mati rasa, gangguan bicara, gangguan penglihatan dan kebinggungan) sering terjadi mual, muntah, kejang dan penurunan kesadaran, yang bisa timbul dalam waktu

tonik dan atau klonik Umumnya berhenti sendiri Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), dengan cirri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang lama >15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

tergigit, hypertensi, tachicardi, berkeringat, dilatasi pupil dan hypersalivasi. - Setelah serangan pasien tertidur 1-2 jam. - Pasien lupa, mengantuk dan bingung. 2. Petit mal : - Hilang kesadaran sebentar. - Klien tampak melongo. - Apa yang dikerjakannya terhenti. - Klien terhuyung tapi tidak sampai jatuh. 3. Infantile Spasm : - Terjadi usia 3 bulan 2 tahun. - Kejang fleksor pada ektremitas dan kepala. - Kejang hanya beberapa fetik berulang. - Sebagian besar klien mengalami retardasi mental.

menyusu Kejang Papil edema Gejala khusus : Kuduk kaku Brudzinski I+II Parese Babinski Meningitis serosa: Gejala permulaaan tidak jelas: Demam Anorexia Sakit kepala Muntah Apatis Konstipasi Photophobi a Gejala lanjutan: Diplopia BB menurun Muka lemah Tuli Mudah terangsang Kejang umum/fokal

beberapa menit. Perdarahan subaranoid: Darah dan cairan CSS disekitar otak akan mengiritasi selaput otak dan menyebabkan sakit kepala, muntah dan pusing. Denyut jantung dan pernapasan sering naik turun, kadang disertai kejang. Perdarahan subdural: Gejala yang tumbul antara lain: penurunan kesadaran, iritabel, kejang, sakit kepala, disorientasi, amnesia, lethargi, mual/muntah, gangguan kepribadian, ataxia, pandangan kabur Perdarahan epidural: Perdarahan dapat berkembang mencapai puncaknya dalam 6-8 jam pasca trauma mencapai 25-75 cc. Hematoma ini dapat memisahkan dura dari bagian dalam tulang, sehingga menimbulkan sakit kepala yang hebat. Tekanan intrakranial yang meninggi mengakibatkan otak mengalami pergeseran posisi, kehilangan suplai darah atau terdesak menuju tulang. Penekanan pada batang otak menyebabkan pasien mengalami kehilangan kesadaran, postur abnormal dan respons pupil yang abnormal.

3. Penegakan diagnosis
Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pascakejang, penyebab demam diluar SSP Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsy dalam keluarga Singkirkan penyebab kejang lainnya.

Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang manigeal, tanda peningkatan tekanan intracranial, tanda infeksi diluar SSP

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektolit, kalsium serum, urinalisis, dan biakan darah, urin dan feses. Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia dibawah 12 bulan, dianjurkan pada anak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berusia diatas 18 bulan yang dicurigai menderita meningitis. Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan (1) adanya rriwayat dan tanda klinis trauma kepala, (2) kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali, spastik), dan (3) adanya tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah berulang, fontale anterior menonjol, paresis saraf otot VI, edema papil). Elektroensefalografi dipertimbangkan pada kejang demam komplek.

4. Diagnosis penyakit Etiologi


1.disebabkan oleh suhu yang tinggi 2.timbul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang disebabkan oleh banyak macam agent: a.Bakteriel: Penyakit pada Tractus Respiratorius: Pharingitis Tonsilitis

Otitis Media Laryngitis Bronchitis Pneumonia Pada G. I. Tract: Dysenteri Baciller Sepsis. Pada tractus Urogenitalis: Pyelitis Cystitis Pyelonephritis b.Virus:Terutama yang disertai exanthema: Varicella Morbili Dengue Exanthemasubitung

Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak dperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dn permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dpat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang

disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: 1.Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler 2.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3.Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadan demam kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih seringterjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi sebenarnya dari kejang demam, yaitu: Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu. Cepatnya kenaikan suhu. Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan. Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.

Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya dengan baik susunan saraf pusat (korteks serebri ).

5. Penatalaksanaan
Penanggulangan
1.Memberantas kejang secepat mungkin Bila penderita datang dalam keadaan status konvulsifus, obat pilihan utama adalah diazepamyang diberikan secara intravena. Keampuhan diazepam yang diberikan secara intravena inisudah tidak perlu dipersoalkan lagi, karena keberhasilan untuk menekan kejang adalahsekitar 80%-90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, yaitu antara 30 detik sampai 5 menit danefek toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan dan dosistidak melebihi 50 mg persuntikan.Dosis tergantung dari berat badan, yaitu kurang dari 10 kg : 0,5-0,75 mg/kgbb denganminimal dalam semprit 2,5 mg; 10-20 Kg : 0,5 mg/kgbb dengan minimal dalam semprit 7,5mg dan di atas 20 kg : 0,5 mg/kgbb. Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0,3 mg/kgbb/kalidengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yanglebih besar.Setelah suntikan pertama secara intervena ditunggu 15 menit, bila masih terdapat kejangdiulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama, juga intervena. Setelah 15 menit suntikankedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama akan tetapi pemberiannya secara intramuskuler, dengan harapan kejang akan berhenti. Bila tidak berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehyde 4% secara intervena.Akibat samping diazepam adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernafasan,laringospasme dan henti jantung. Penekanan pada pusat pernafasan dan hipotensi terutamaterjadi bila sebelumnya anak telah mendapat fenobarbital.Diazepam diberikan langsung tanpa larutan pelarut dengan perlahan kira-kira 1 ml/menit dan pada bayi sebaiknya diberikan 1 mg/menit. Pemberian diazepam secara intravena pada nak yang kejang seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif melalui rectum telah dibuktikan kemampuannya. Hal ini dapat dilakukan baik oleh orang tuaatau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu beratkurang dari 10 kg : 5 mg dan berat lebih dari 10 kg : 10 mg. Rata-rata pemakaian 0,4 0,6mg/kgbb. Kemasan terdiri dari 5mg dan 10 mg dalam rektiol. Bila kejang tidak berhentidengan dosis pertamadapat diberikan lagi setelah ditunggu 15 menit dengan dosis yang samadan bila tidak berhenti setelah ditunggu 15 menit dapat diberikan secara intravena denganmenungging dan dengan rektiol yang ujungnya diolesi vaselin, dimasukanlah pipa salurankeluar rektiol ke rectum sedalam 3-5 cm. Kemudian rektiol dipijat hingga kosong betul danselanjutnya untuk beberapa menit lubang dubur ditutup dengan cara merapatkan keduamuskulus gluteus.Apabila diazepam tidak tersedia, dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus dengandosis awal untuk bayi baru lahir (neonatus) 30 mg/kali, anak berumur 1 bulan sampai 1 tahun: 50 mg/kali dan umur 1 tahun ke atas 75 mg/kali. Bila kejang tidak berhenti setelahditunggu 15 menit, dapat diulangi suntikan fenobarbital dengan dosis untuk neonatus 15 mg,anak 1 bulan sampai 1 tahun 30 mg dan anak di atas 1 tahun 50 mg secara intramuskuler.Hasil yang terbaik ialah apabila tersedia fenobarbital yang dapat diberikan secara intravenadengan dosis 5 mg/kgbb pada kecepatan 30 mg/menit.Difenilhidantoin oleh banyak

sarjana masih dipakai sebagai obat pilihan pertama untuk menanggulangi status konvulsifus karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernafasan, tetapi mengganggu frekuensi dan irama jantung. Dosisnya adalah 18mg/kgbb dalam infuse dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit. Dengan dosis tersebutkadar terapeutik dalam darah akan menetap selama 24 jam.Bila kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut di atas maka sebaiknya penderita dirawat di ruangan intensif untuk diberikan anestesi umum dengan thiopental yangdiberikan oleh seorang ahli anestesi. 2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang jangan lupa dengan pengobatan penunjang. Semua pakaianyang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenisasi terjamin, kalau perludilakukan inkubasi atau trakeostomi. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen.Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasisecara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainanmetabolic dan elektrolit. Bila terdapat tanda tekanan intracranial yang meninggi jangandiberikan cairan dengan kadar natrium yang terlalu tinggi. Bila suhu meninggi (hiperpireksi)dilakukan hibernasi dengan kompres atau lakohol. Obat untuk dibernasi adalah klorpromazin2-4 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis ; prometazin 4-6 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosissecara suntikan.Untuk mencegah terjadinya edema otak, diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokorikoid misalnya deksametazon0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. 3. Pengobatan rumat Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat. Daya kerja diazepam sangatsingkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntik. Oleh sebab itu harus diberikanobat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama misalnya fenobarbital atau difenilhidantoin.Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal adalahneonatus 30 mg ; umur 1 bulan 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg, semuanyasecara intramuskulker. Sesudah itu diberikan fenobarbital sebagai dosis rumat. Karenametabolismenya di dalam tubuh perlahan, pada anak cukup diberikan dalam 2 dosis seharidan kadar maksimal dalam darah terdapat setalah 4 jam. Untuk mencapai kadar terapeutik dalam darah tercapai dalam 48-72 jam. Di Sub Bagian Saraf Anak FKUI-RSCM Jakarta,fenobarbital sebagai dosis awal diberikan setelah dosis awal sebanyak 8-10 mg/kgbb/haridibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan kedua, diteruskan untuk hari berikutnya dengan dosis biasa 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. Selama keadaan belum memungkinkanantikovulsan diberikan secara suntikan dan bila telah membaik diteruskan secara oral.Lanjutan pengobatan rumat ini tergantung daripada keadaan penderita.

Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu: A.Profilaksis intermiten B.Profilaksis jangka panjang A.Profilaksis intermiten Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita yang menderitakejang demam sederhana, diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika, yangharus diberikan kepada anak bila menderita demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialahfenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgbb/hari yang mempunyai akibat samping paling sedikitdibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya. Obat antipiretika yang dipakai misalnyaaspirin. Dosis aspirin adalah 60 mg/tahun/kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah umur 6 bulan diberikan 10 mg/bulan/kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimaldalam darah tercapai dalam 2 jam pemberian oral.Sebenarnya pemberian antikonvulsan dan antipiretik seperti ini dianggap kurang tepat, olehkarena biasanya kejang pada kejang demam sederhana timbul di dalam 16 jam pertamasetelah anak demam. Akan tetapi pada penyidikan Campfield dkk (1980), pemberianantipiretika tanpa antikonvulsan disbanding dengan yang diberi antikonvulsan ternya padagolongan yang kedua, kejang dapat dicegah dengan hasil yang bermakna (p<0,02). Untuk mendapat hasil yang lebih baik, sebenarnya diperlukan fenobarbital dengan dosis yang lebihtinggi yakni 10-15 mg/kgbb/hari, tetapi dengan dosis tersebut terdapat akibat samping sepertimengantuk, penekanan terhadap pusat pernafasan dan sebagainya.Obat yang kini lebih ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejangdemam sederhana ialah diazepam, baik diberikan secara rectal maupun oral pada waktu anak mula teraba panas (Dianesa, 1979) Profilaksis intermiten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderitakejang demam sederhana sangat kecil, yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. B.Profilaksis jangka panjang Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabildan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.Diberikan pada keadaan :1.Epilepsi yang diprovokasi oleh demam2.Keadaan yang telah disepakati pada consensus bersama (1980), yaitu pada semuakejang demam yang mempunyai cirri :a.Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali b.Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap.c.Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atausaudara kandung.d.Pada kasus tertentu yang dianggap perlu, yaitu bila kadang-kadang terdapat kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur dibawah 12 bulan.Bila diperhatikan keempat faktor tersebut diatas tidaklah berbeda dengan criteria modifikasiLivingston untuk kejang demam.Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah :

1.Fenobarbital Dosis 4-5 mg/kgbb/hari. Akibat samping dari fenobarbital jangka panjang ialah perubahansifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur (suka tidur) dan kadang-kadanggangguan kognitif atau fungsi luhur. 2.Sodium valproat/asam valproat (Epilin, Depakene) Dapat menurunkan risiko terulangnya kejang dengan memuaskan, bahkan lebih baik dibandingkan dengan fenobarbital.Dosisnya ialah 20-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis. Kekurangan obat ini ialahharganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksis berupa rasamual, kerusakan hepar, prankreatitis. 3.Fenitoin (Dilantin) Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan.Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsy.Menghentikan pemberian antikonvulsan kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangidosis selama 3 atau 6 bulan. 4.Mencari dan mengobati penyebab Penyebab dari kejang demam baik kejang demam sederhana maupun epilepsi yangdiprovokasi oleh demam biasanya infeksi traktus repiratorius bagian atas dan otitis mediaakut. Pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut.Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknyadikerjakan [emeriksaan fungsi lumbal.Hal ini perlu untuk menyingkirkan factor infeksi di dalam otak misalnya meningitis. Apabilamenghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan fungsi lumbal, darah lengkap misalnya gula darah, kalium, magnesium,natrium, nitrogen dan faal hati.Selanjutnya bila belum memberikan hasil yang diinginkan dan untuk melengkapi data, dapatdilakujan pemeriksaan khusus, yaitu X-foto tengkorak, elektroensefalogram,ekoenselfalografi, brain scan, pneumoensefalografi dan arteriograf

BAGAN MEMBERANTAS KEJANG segera berikan diazepam intravena atau diazepam rectal bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan dosis/cara yang sama kejang berhenti berikan dosis awal fenobarbitaldosis : neonatus: 30 mg intramuskuler 1 bulan 1 tahun: 50 mg intramuskuler > 1 tahun: 75 mg intramuskuler pengobatan rumat 4 jam kemudian dosis : Hari I + II : fenobarbital 8 10 mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis Hari berikutnya : fenobarbital 4 5 mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis 2.Bila diazepam tidak tersedia :langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat

6. Diagnosis banding, komplikasi dan prognosis


Diagnosis banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu dalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah kelainan organis di otak. Baru sesudah itu berpikir apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam.

Komplikasi
Terulangnya demam Epilepsi Hemiparesis Retardasi mental Kematian

Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang awalnya normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah: a. Riwayat kejang demam dalam keluarga. b. Usia di bawah 12 bulan. c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah. d. cepatnya kejang setelah demam Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah: a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demampertama. b. Kejang demam kompleks. c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

Edukasi pada Orang Tua


Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tuadengan cara : - Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang baik - Memberitahukan cara penangan kejang - Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali - Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat. Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang 1.Tetap tenang dan tidak panic 2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher 3.Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupunkemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut. 4.Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. 5.Tetap bersama pasien selama kejang 6.Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti 7.Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebihrognosis

Anda mungkin juga menyukai