Anda di halaman 1dari 8

1

HUBUNGAN KADAR KREATININ SERUM DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PENDERITA NEFROPATI DIABETIK DI RUMAH SAKIT UMUM MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PROPOSAL PENELITIAN Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh : DIAN CAHAYA UTAMI NIM : 70 2009 024

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Angka morbiditas dan mortalitas dari penderita DM semakin hari semakin meningkat karena penyakit ini bersifat kronis, yang ditandai oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan diikuti oleh komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler. (Suyono, 2006) Masalah diabetes mellitus di negara-negara berkembang tidak pernah mendapat perhatian para ahli diabetes di negara-negara barat sampai dengan Kongres International Diabetes Federation (IDF) ke IX tahun 1973 di Brussel. Baru pada tahun 1976, ketika Kongres IDF di New York Delhi India, diadakan acara khusus yang membahas diabetes mellitus di daerah tropis. Setelah itu banyak sekali penelitian yang dilakukan di negara berkembang dan data terakhir dari WHO menunjukkan justru peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes malah di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. (Suyono, 2006). WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. (PERKENI,2011) Berdasarkan data Badan Statistik Indonesia tahun 2003,

diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2%, pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di

daerah rural. (PERKENI,2011) . Berdasarkan laporan profil kesehatan provinsi sumatera selatan tahun 2010, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) per 10.000 penduduk di provinsi sumatera selatan pada tahun 2009, yaitu Hipertensi (53,36), penyakit jantung (30,55), dan Diabetes mellitus (28,72). Menurut kabupaten/kota sumatera selatan tahun 2009 prevalensi PTM per 10.000 penduduk di Palembang yaitu hipertensi (43,79), penyakit jantung (29,78) dan DM (22,79). Dari data diatas menunjukkan prevalensi kota Palembang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten yang lainnya. (PKPSS,2010) Diabetes memberikan pengaruh terhadap terjadinya komplikasi kronik melalui adanya perubahan pada sistem vascular, baik

mikroangiopati maupun makroangiopati. (Waspadji, 2006) Salah satu organ penting yang berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairan tubuh adalah ginjal. Dalam perananya yang besar ternyata organ ini merupakan salah satu organ yang beresiko besar mengalami lesi karena penyakit metabolik, yang salah satunya adalah diabetes mellitus. (Defronzo, 2006). Kerusakan nefron akibat keterkaitan penyakit diabetes mellitus sering disebut istilah nefropati diabetic. (Watkins, 2003). Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos kedalam kemih (misal. Albuminuria). (Schteingart, 2005). Di Amerika dan Eropa, Nefropati diabetic merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45% penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I. Pada tahun 1981 Nefropati diabetika ini merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Negara barat dan saat ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis disebabkan oleh karena Diabetes mellitus teritama DM tipe II oleh karena DM tipe ini lebih sering dijumpai (Foster, 2000). Dibandingkan DM tipe II maka Nefropati Diabetika pada DM tipe I jauh lebih progresif dan dramatis (Djokomuljanto, 1999).

Berdasarkan laporan United State Renal Data System, nefropati diabetic

berada pada urutan pertama yang mana dilihat dari prevalensi penyakit ginjal. (USRDS, 2012) Di Indonesia, Nefropati Diabetik menempati ketiga (16,1%) setelah glomerulonefritis kronik (30,1%) dan pyelonefritis kronik (18,51%). Di Sumatera Selatan, Nefropati Diabetik menempati kedudukan keempat (12,17%) setelah glomerulonefritis (29,28%), obstruktif uropati (21,4%) dan nefrosklerosis (22,37%) sebagai etiologi Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Moehammad Hoesin (RSMH) Palembang. (Zulkhair, 2012) Kelainan yang terjadi pada penyandang diabetes mellitus dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yang memerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi. (Waspadji, 2006). Untuk mengkuantifikasi proteinuria, International Society of Nephrology (ISN) menganjurkan penggunaan perbandingan albumin - kreatinin (albumin-creatinine ratioACR). (Hendromartono,2006) Penelitian yang dilakukan Warram dkk, 1996 mengindikasikan bahwa peningkatan mikroalbuminuria dan persistensi proteinuria pada pasien diabetes mellitus tipe 1 meningkat seiring dengan lama durasi dari deteksi pasien terkena diabetes (Warram et al, 1996). Nefropati diabetic ditemukan pada 35% sampai 57% diabetes mellitus tipe 1 dan 25% sampai 46% dari diabetes tipe 2 dengan riwayat diabetes yang lama secara klinis. Suatu penelitian epidemiologi pernah dilakukan di India antara tahun 1975-1977, dari 555 penderita NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Perbandingan angka proteinuria adalah 13,2% pada laki-laki dan 6,8% pada perempuan. Penderita NIDDM dengan proteinuria

memperlihatkan asosiasi signifikan dengan tekanan darah sistol (laki-laki), durasi dari diabetes (kedua sex) dan kolesterol serum (perempuan) (Rao, 1987).

Penelitian yang dilakukan Sidartawan, dkk melaporkan hasil survei mengenai prevalensi mikroalbuminuria dan. faktor resiko pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang dilakukan di puskesmas di Indonesia dari Juni-Desember 2003. Seluruhnya ada 770 pasien yang memenuhi syarat untuk dianalisa. Sekitar 80% pasien menderita mikro-/makroalbuminuria, sedangkan insufisiensi ginjal ditemukan pada kira-kira 36% dari 433 pasien yang ada datanya. (Sidartawan, 2009) Bertitik tolak pada hal-hal tersebut diatas timbul pertanyaan, adakah hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat proteinuria pada penderita Nefropati diabetik. Penelitian tersebut belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang untuk itulah peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat proteinuria pada penderita Nefropati Diabetik dan sebagai responden adalah penderita Nefropati Diabetik yang berobat di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Moehammad Hoesin Palembang.

1.2.

Rumusan Masalah a. Bagaimana hubungan kadar kreatinin serum pada penderita Nefropati Diabetik di RSMH Palembang ? b. Bagaimana hubungan derajat proteinuria pada penderita Nefropati Diabetik di RSMH Palembang ? c. Bagaimana hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat

proteinuria pada penderita Nefropati Diabetik di RSMH Palembang ? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat proteinuria pada Nefropati Diabetik di RSMH Palembang 1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat proteinuria pada Nefropati Diabetik di RSMH Palembang, yaitu ; a. Mendeskripsikan hubungan kreatinin serum dengan derajat

proteinuria pada Nefropati Diabetik b. Menganalisis hubungan kadar kreatinin serum dengan derajat proteinuria pada Nefropati Diabetik. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Sebagai referensi untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang Nefropati Diabetik bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 1.4.2 Manfaat Praktis Sebagai sumber tambahan dan acuan serta masukan bagi penelitipeneliti selanjutnya. 1.5. Keaslian Penelitian James H. Warram, et al. dalam penelitiannya yang berjudul Effect of Duration of Type I Diabetes on the Prevalence of Stages of Diabetic Nephropathy Defined by Urinary Albumin/Creatinin Ratio. yang dilakukan pada tahun 1996 dengan desain case control, dengan jumlah sampel berjumlah 1.613 pasien berusia 15 sampai 44 tahun dengan IDDM durasi 1 sampai dengan 39 tahun dan subyek non diabetes kontrol yang berkunjung ke The Internal Medicine or Pediatric Departments at the Joslin Clinic melaporkan hasilnya mikroalbuminuria muncul di awal perjalanan od IDDM (6% dari mereka dengan hanya 1 yr -3 diabetes) dan meningkat pesat selama dua interval, dekade pertama dan ketiga, sebelum pada tingkat 52%. pada saat risiko kumulatif yang jelas proteinuria meningkat menjadi 27%. penentuan rasio AC dalam sampel urin acak

mudah diperoleh dan indeks terpercaya ekskresi albumin urin meningkat (mikroalbuminuria) di IDDM. pola terjadinya microalbumnuria sesuai dengan durasi IDDM menunjukkan bahwa mungkin ada dua subset dari nefropati diabetes, seseorang muncul awal dan akhir lainnya. pasien dengan microalbumniria dan 25 tahun dari pascapubertas IDDM memiliki risiko rendah untuk berkembang menjadi nepropathy diabetes lanjut. Sidartawan Soegondo, dkk. Dalam penelitianya yang berjudul Prevalence and risk factor for microalbuminuria in a cross-sectional study of type-2 diabetic patients in Indonesia yang dilakukan pada JuniDesember 2003 dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel seluruhnya ada 770 pasien yang memenuhi syarat untuk dianalisa. Hasil surveinya sekitar 80% pasien menderita mikro-/makroalbuminuria, sedangkan insufisiensi ginjal ditemukan pada kira-kira 36% dari 433 pasien yang ada datanya. Hsu CC, et al dalam penelitianya yang berjudul HbA(1c) variability is associated with microalbuminuria development in type 2 diabetes: a 7-year prospective cohort study yang dilakukan antara tahun 2003 dan 2005 dan jumlah sampel 821 usia pertengahan (middle-age) normoalbuminuric dengan diabetes tipe 2 dan mereka diikuti hingga akhir 2010 dengan desain penelitian cohort study untuk mengeksplorasi hubungan antara HbA (1c) variabilitas dan pengembangan

mikroalbuminuria pada pasien dengan diabetes tipe 2. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kejadian mikroalbuminuria untuk populasi secara keseluruhan adalah 58,4, 58,6, 60,8 dan 91,9 per 1.000 orang-tahun untuk Q1-ke Q4- disesuaikan dengan HbA (1c) SD, masing-masing (p = 0,042 untuk trend). Dibandingkan dengan pasien di Q1, pada Q4 sekitar 37% lebih mungkin untuk mengembangkan mikroalbuminuria. Kesimpulannya sebagai tambahan nilai HbA (1c), HbA (1c) variabilitas, harus diukur sejak 2 tahun, secara independen terkait dengan perkembangan

mikroalbuminuria pada pasien dengan diabetes tipe 2.

Persamaan penelitia ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada tema yaitu tentang diabetes mellitus, nefropati diabetic. Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian terdahulu seperi yang telah dijelaskan di atas terletak pada desain penelitian, variable penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. Perbedaan penelitian ini sebelumnya adalah dalam hal : Variable penelitian yaitu variable independen pada penelitian ini adalah kreatinin serum dan derajat proteinuria dan Variabel dependen pada penelitian ini adalah penderita nefropati diabetic. Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi atau pengulangan penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Dokumen26 halaman
    Bronkopneumonia Pada Anak PDF
    Athirahwanti Afany
    Belum ada peringkat
  • FORMAT SK Monitoring
    FORMAT SK Monitoring
    Dokumen2 halaman
    FORMAT SK Monitoring
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamarans1
    Surat Lamarans1
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamarans1
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Referat Septin
    Referat Septin
    Dokumen19 halaman
    Referat Septin
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamarans1
    Surat Lamarans1
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamarans1
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Case TB Nat N K Deni
    Case TB Nat N K Deni
    Dokumen15 halaman
    Case TB Nat N K Deni
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Sepsis 3 Bagus
    Sepsis 3 Bagus
    Dokumen41 halaman
    Sepsis 3 Bagus
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Fix Referat Sepsis
    Fix Referat Sepsis
    Dokumen16 halaman
    Fix Referat Sepsis
    Ibnuzaer Khalilullah
    100% (2)
  • Sepsis 2
    Sepsis 2
    Dokumen20 halaman
    Sepsis 2
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Grand Skema Sepsis
    Grand Skema Sepsis
    Dokumen1 halaman
    Grand Skema Sepsis
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • CASE Nat N K Deni DRAFT Bae
    CASE Nat N K Deni DRAFT Bae
    Dokumen13 halaman
    CASE Nat N K Deni DRAFT Bae
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Thipo Ardini
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat AYU F
    Cover Referat AYU F
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat AYU F
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus AYU F
    Cover Lapsus AYU F
    Dokumen5 halaman
    Cover Lapsus AYU F
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Daftra Isi
    Daftra Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftra Isi
    Mario Ade Saputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Septin 4
    Abstrak Septin 4
    Dokumen2 halaman
    Abstrak Septin 4
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen11 halaman
    Jurnal
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Septin 4
    Abstrak Septin 4
    Dokumen2 halaman
    Abstrak Septin 4
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat
  • Panduan Kesehatan BBL-Depkes 2010
    Panduan Kesehatan BBL-Depkes 2010
    Dokumen68 halaman
    Panduan Kesehatan BBL-Depkes 2010
    Buan Duran
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen5 halaman
    Cover Fix
    Dian Cahaya Utami
    Belum ada peringkat