1. STAF PRODUKSI : Pemimpin Sutradara Sekretaris Bendahara : : Fatma amalia : : : Fatma amalia : : : :
2. PENULIS NASKAH 3. PENATA PANGGUNG 4. PENATA PROPERTI 5. PENATA CAHAYA 6. PENATA BAJU Fatma amalia Kiko Fajar a
7. DEKORASI 8. PENONTON 9. PENATA MUSIK 10. PRODUSER 11. AKTOR/AKTRIS Fatma amalia Kiko Fajar a
: : XI IPS 3 : : :
Pengawal 1 : nah itu Raden tapi dengan siapa ya ?. Raden, tidak apa-apa kan? Kami tadi sangat cemas karena kehilangan jejak Raden di hutan. Raden Banterang : ya.. tadi karena terlalu bersemangat berburu kijang itu sehingga aku lupa bahwa kalian ikut. Tapi, aku bersyukur sekali karena sekaligus menemuksn tambatan hati. Pengawal 2 : syukurlah kalau Raden sudah mendapatkan tambatan hati.Kami juga ikut senang, kalau Raden senang. Raden Banterang : ya sudah kalau begitu kita bergegas pulang ke istana dan merayakan pesta pernikahanku dengan Surati Pengawal 1 dan 2: baik Raden Adegan 2 : Pengawal 1 : mohon maaf permaisuri, hamba menghadap. Permaisuri : dia siapa ? dan mengapa ia kesini ? Pengawal 1 : hamba tidak tahu Permaisuri,yang jelas dia sangat ingin bertemu dengan Permaisuri. Permaisuri : baiklah, bawa dia ke sini !. Pengawal 1 : baik Permaisuri. Rupaksa : Surati ! Surati ! aku ini kakak kandungmu. Permaisuri : apa benar kau kakakku ?. Rupaksa : sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah lama terpisah denganmu semenjak dihutan. Permaisuri : maafkan aku yang sedikit melupakanmu. ( berpelukan ) Rupaksa : sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa nama Permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu adalah adik kandungku sendiri. Permaisuri : lalu, apa maksud kedatangan kakak kesini ?. Rupaksa : " perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan orang tua kita meninggal adalah mertuamu sendiri. Permaisuri : kakak tidak bercandakan ?. ( karena terlalu syok tubuh Permaisuri jadi gemetar ) Rupaksa : apa aku kelihatan bercanda ?? dan aku kesini untuk menyerahkan sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh suamimu. Permaisuri : aku tak mau kak. Walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita,tapi dia telah menyelamatkaku dan akupun mencintainya. Rupaksa : terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karena kau tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh suamimu, maka simpanlah keris itu sebagai tanda kenang-kenangan dariku. ( lalu Rupaksa tersebut pergi karena dia tidak sudi berlama-lama berada di istana )
Adegan 3 : Rupaksa : sembah hamba paduka. Tuanku, keselamatan tuan terancam bahaya kerena Permaisuri punya rencana hendak membunuh Paduka. Raden Banterang : hai, siapa engkau berani-beraninya memfitnah istriku ? !! Rupaksa : itu tak penting paduka tahu siapa saya. Kalau Paduka tidak percaya dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang di simpan di bawah bantal Permaisuri.
Raden Banterang : awas saja kalau kau berbohong padaku. Akan kusuruh pengawalku mencarimu dan memberimu hukuman mati. ( Raden pun pergi ke istana dan langsung menuju kamar pribadi mereka ). Raden Banterang : astaga!! Ternyta ada keris di bawah bantal istriku. ( kemudian, Permaisuri masuk ke kamarnya ). Permaisuri : ada apa kakanda? Sepertinya kakanda sedang marah ?. Raden Banterang : apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini ?. Begitukah balasan dinda pada kanda ?. Permaisuri : jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud begitu. Raden Banterang : lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda ?. Permaisuri : keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak adinda. Sungguh adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan, adinda rela mati demi keselamatan kakanda. Raden Banterang : kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi. Permaisuri : lalu dengan cara apa kakanda percaya pada dinda ? Raden Banterang : kalau begitu buktikan pada kanda dengan cara masuklah ke dalam sungai itu untuk membuktikan kebenarannya. Permaisuri : baik, adinda akan melompat ke sungai itu. Apabila dinda telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai ini menjadi jernih serta wangi maka dinda tak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau busuk maka dinda bersalah. Raden Banterang : tercium bau wangi! Ohh. Dinda maafkanlah kakanda ini yang sudah tidak percaya lagi denganmu. Dengan ini aku sebagai Raja memberi nama kota ini menjadi Banyuwangi.