Anda di halaman 1dari 10

BAB I LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS A. Identitas Pasien Nama Pasien Jenis Kelamin Umur : Tn.A : Laki - Laki : 18tahun

Tempat Tanggal Lahir : Lampung, 14maret1996 Agama Alamat Rumah Masuk Tanggal : Islam : Bandar Jaya Timur : 14 mei 2013

II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 14 mei 2013 di ruang perawatan PKM Bandar Jaya Keluhan Utama : Demam sejak 9 hari sebelum datang ke Puskesmas Keluhan Tambahan : Mual Muntah - Nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang diantar ibunya pada tanggal 14 mei 2013 ke UGD PKM Bandar Jayadengankeluhan demam sejak 9 hari sebelum datang ke puskesmas. Pasien merasakan demam yang naik turun. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore menjelang malam hari. Pasien juga mengatakan sering menggigil dan kedinginan bila malam hari. Pasien juga mengeluhkan badannya terasa lemas dan nyeri perut. Setiap makan pasien merasakan mual dan sesekali muntah berisi makanan.Pasien belum pernah meminum obat apapun karena mengira penyakitnya bukan penyakit yang serius sampai akhirnya kondisinya menurun sekarang. Pasien menyangkal adanya batuk, pilek dan nyeri menelan. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami nyeri nyeri sendi, bintik-bintik merah ataupun perdarahan pada gusi ataupun pada saat BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Tak terdapat keluhan yang sama pada anggota keluarga pasien

Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan Pasien tinggal bersama kedua orang tua beserta kedua kakaknya di rumah sendiri yang cukup padat penduduk, satu lantai, permanen dinding semen dengan sekat triplek, beratap genteng, lantai semen dengan sebuah ruang dapur berisi kompor gas dengan kebersihan dapur yang kurang terjaga. Sumber air dari PAM yang tidak selalu lancar dan terkadang berwarna keruh. Pasien memiliki kebiasaan tidak sarapan di rumah sehingga sering jajan dam membeli makanan dan minumam yang dijual di pinggir jalan di depan sekolahnya bak untuk sarapan dan untuk makan siang. III. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 Keadaan umum Kesadaran : Tampak Sakit Sedang : Compos mentis

Data Antropometri Berat Badan Tanda vital Tekanan darah : 110 / 70 Nadi : 88 x/menit, irama teratur, isi cukup : 50 kg

Frekuensi Napas : 24 x/menit Suhu : 38,2 C

Status Gizi (menurut acuan NCHS) BB/U BB= 50 kg TB= 162 cm IMT= 50/(1,62)2 = 18,5 (gizi baik)

Status Generalis Kepala Rambut Mata : Normosefali, wajah simetris : Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut :pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya langsung (+), refleks cahaya tidak langsung (+) Telinga Hidung Mulut Lidah : Bentuk normal, sekret (-), serumen (-) minimal : Deviasi septum tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada : Mukosa warna merah pink normal : Coated Tongue, kotor, tidak tremor, tepi lidah sedikitpucat

Tenggorokan: uvula letak ditengah, tidak hiperemis Leher Thoraks : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar : - Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada keadaan statis dan dinamis,

retraksi sela iga (-), iktus kordis terlihat di ICS V linea midclavicularis sinistra. - Palpasi - Perkusi : Iktus kordis teraba di ICS V midclavicularis sinistra : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-), batas jantung normal - Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki basah -/-, wheezing -/Bunyi jantung 1 dan 2 reguler Murmur (-), Gallop (-).

Abdomen

: - Inspeksi - Auskultasi - Perkusi - Palpasi

: datar : bising usus (+) normal : shifting dullness (-) :Nyeri tekan epigastrium (+) hepardan lien tidak teraba

Genitalia

: Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-) Kulit : Warna sawo matang, kering, turgor kulit kembali dalam 1 detik, sianosis (-)

IV. RENCANA PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan Widal

HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN WIDAL Pemeriksaandarah lengkap Tanggal14-05-2013 Hb Ht Leukosit Trombosit 12,4 (normal) 34 (normal) 10.500 (tinggi) 210.000 (normal)

Pemeriksaan Widal Titer 0 S typhi O S paratyphi A S paratyphi B S paratyphi C +1/320 +1/160 +1/160 +1/160 Titer H + 1/320 +1/160 +1/160 + 1/160

V. RINGKASAN Dari anamnesis didapatkanseorangpasienlaki-laki berusia17tahundatangkeUGD PKM Bandar Jayadengankeluhan demam sejak 9 hari sebelum datang ke puskesmas. Pasien merasakan demam yang naik turun. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore menjelang malam hari. Pasien juga mengatakan sering menggigil dan kedinginan bila malam hari.Pasien juga mengeluhkan badannya terasa lemas dan nyeri perut. Setiap makan pasien merasakan mual dan sesekali muntah berisi makanan. Dari pemeriksaanfisikdidapatkanberatbadan50 kg, kesangizibaik.Suhu tubuh 38,2 C. Pada pemeriksaan lidah ditemukan adanya coated tongue dan pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya nyeri tekan epigastrium.

Pemeriksaan Widal didapatkan Titer 0 S typhi O S paratyphi A S paratyphi B S paratyphi C +1/320 +1/160 +1/160 +1/160 Titer H + 1/320 +1/160 +1/160 + 1/160

VI. DIAGNOSIS KERJA Demam Thyphoid

VII. DIAGNOSIS BANDING Demam Berdarah Dengue Malaria

VIII. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa Pasien Rawat inap Observasi Tanda vital

Medikamentosa Terapi Cairan

IVFD Ringer Laktat 20 tpm Inj Cefotaxim 1 amp / 12 jam Inj. Metocloperamid 1 amp / 12 jam Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam Paracetamol 3 x 500 mg Antasida 3 x 1 tab (sebelum makan)

X. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungtionam Ad sanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEMAM TIFOID

Definisi Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebuttyphus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi

terutamamenyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yangselalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dandewasa. Epidemiologi Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus ataudemam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan kononanak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usiadibawah 5 tahun.Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasilingkungan. Di daerah rural (Jawa Barat) didapatkan 157 kasus per 100.000 penduduk,sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 kasus per 100.000 penduduk. Perbedaaninsiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadaiserta sanitasi lingkungan dengan salah satunya tempat pembuangan sampah yang kurangmemenuhi syarat kesehatan lingkungan.Prevalensi kasus 91% demam tifoid terjadi pada usia 3-19 tahun, kejadianmeningkat setelah usia 5 tahun. Etiologi Salmonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram negative bentuk bacil atau batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella peritrik, memiliki ukuran2-4 m x 0,5 -0,8 m. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob, matidalam suhu 56C dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan selama 4 minggudan hidup subur dalam media yang mengandung garam empedu. Memiliki 3 macamantigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel) danantigen ViBerdasarkan serotipenya kuman Salmonella dibedakan menjadi 4 yaitu

Salmonella typhi,Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Serotipe group D.Salmonella typhi, Paratyphi A, dan Paratyphi B merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya denganmengkontaminasi makanan dan minuman. Faktor- faktor lain yang mempengaruhikerentanan tubuh terhadap infeksi Salmonella sp. adalah keasaman lambung, flora normalusus, dan ketahanan usus lokal. Manifestasi Klinis Masa inkubasi Salmonella typhi antara 3-21 hari, tergantung dari status kesehatan dan kekebalan tubuh penderita. Pada fase awal penyakit, penderita demam tifoid selalu menderita demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa lebih tinggi saat sore atau malam hari dibandingkan pagi harinya. Demam yang naik bertahap tiap hari, mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan tinggi, dan selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus infeksi. Gejala lain yang dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali, distensi abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular berwarna merah muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot. Patofisiologi Kuman Salmanella typhi , Salmanellaparatyphi masuk ke saluran cerna. Sebagian masuk usus halus di ileum terminalis membentuklimfoid plaque peyeri. Sebagian menembus lamina propia masuk aliran limfe, masuk dalam kelenjar limfemesentrial lalu Menembus dan masuk aliran darah kemudian masuk dan bersarang dihatidan limpa dan kemudian dapat terjadi Hepata megali dan Splenomegali Infeksi Salmonella typhi,Paratyphi dan Endotoksin menyebabkan dilepasnya zat pirogen oleh leukosit pada jaringanyang meradang yang kemudian menimbulkan berbagai macam keluhan seperti gangguan rasa nyaman, Demam / peningkatan suhu badan dan mual dan muntah.

Penegakan Diagnosis Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia, leukosit normal, hingga leukositosis. Gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan kultur darah (biakan empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan dapat ditemukan pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum. Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai 1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal menunjukkan hasil negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis demam tifoid. Pencegahan Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola hidup yang bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai dibiasakan sejak dini oleh setiap orang untuk menjaga higientias pribadi dan lingkungan, seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum, mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan makanan dengan benar agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan yang bersih dan memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan. Penatalaksanaan Hingga saat ini, kloramfenikol masih menjadi drug of choice bagi pengobatan demam tifoid di Indonesia. Dosis yang diberikan pada pasien dewasa adalah 4 x 500 mg hingga 7 hari bebas demam. Alternatif lain selain kloramfenikol, yaitu: tiamfenikol (4 x 500 mg), kotrimoksazol (2 x 2 tablet untuk 2 minggu), ampisilin atau amoksisilin (50-150 mg/kgBB selama 2 minggu), golongan sefalosporin generasi III (contoh: seftriakson 3-4 gram dalam

dekstrosa 100 cc selama jam per infus sekali sehari untuk 3-5 hari), dan golongan fluorokuinolon (contoh: ciprofloxcacin 2 x 500 mg/hari untuk 6 hari).5 Pada pasien anak, kloramfenikol diberikan dengan dosis 100 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari. Regimen lain yang dapat diberikan pada anak, yaitu: ampisilin (200 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 kali pemberian IV), amoksisilin (100 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 kali pemberian PO), trimethoprim (10 mg/kg/hari) atau sulfametoksazol (50 mg/kg/hari) terbagi dalam 2 dosis, seftriakson 100 mg/kg/hari terbagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 gram/hari) untuk 5-7 hari, dan sefotaksim 150-200 mg/kg/hari terbagi dalam 3-4 dosis. Pemberian steroid diindikasikan pada kasus toksik tifoid (disertai gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis dan hasil pemeriksaan CSF dalam batas normal) atau pasien yang mengalami renjatan septik. Regimen yang dapat diberikan adalah deksamethasone dengan dosis 3x5 mg. Sedangkan pada pasien anak dapat digunakan deksametashone IV dengan dosis 3 mg/kg dalam 30 menit sebagai dosis awal yang dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam hingga 48 jam. Pengobatan lainnya bersifat simtomatik. Komplikasi Salah satu komplikasi demam tifoid yang dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat adalah perforasi dan perdarahan usus halus. Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ketiga yang ditandai dengan suhu tubuh yang turun mendadak, adanya tanda-tanda syok dan perforasi intestinal seperti nyeri abdomen, defance muscular, redup hepar menghilang. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah pneumonia, miokarditis, hingga meningitis.

ANALISIS KASUS

Anda mungkin juga menyukai