Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR TUGAS MANDIRI HEMATO ONKOLOGI PEMICU 4 Tatalaksana Kanker Payudara

GhinaKhairunnisa 1006684491

Kanker payudara merupakan kasus keganasan yang memiliki tingkat mortalitas tinggi pada perempuan. Saat ini, berbagai pendekatan tatalaksana telah dikembangkan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas kanker payudara. Secara garis besar, tatalaksana kanker payudara terdiri dari terapi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Beberapa terapi lain seperti terapi hormonal dan target juga sudah banyak digunakan. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai terapi pembedahan, terapi hormonal dan terapi target.1 1. Terapi Pembedahan Terapi pembedahan bertujuan untuk menyingkirkan massa jaringan yang neoplastik dan mencegah penyebarannya. Pembedahan biasanya diikuti dengan radiasi serta kemoterapi untuk mencegah relapse. Terdapat beberapa jenis teknik pembedahan yang digunakan pada kasus kanker payudara, antara lain2 : a. Lumpectomy Lumpectomy merupakan pembedahan yang terbatas pada area yang terkena kanker saja dan nodus limfe yang menerima aliran dari area tersebut. Selama pembedahan jaringan yang berada di pinggir area yang diangkat serta nodus limfa yang menerima aliran limfe dari area tersebut diperiksa gambaran histopatologisnya untuk memastikan seluruh jaringan neoplastik telah dihilangkan serta memastikan tidak terdapat penyebaran. Teknik ini dapat dilakukan pada pasien hanya memiliki satu area kecil massa neoplastik dan staging awal. Pasien yang sudah pernah menjalani lumpectomy sebelumnya atau memiliki lebih dari 1 area massa yang tidak dapat dijangkau dengan satu insisi tidak disarankan menjalani terapi ini.2

b. Quadranectomy Pada quadrenoctomy, area yang dioperasi lebih luas, meliputi area yang terdapat massa kanker dan jaringan sehat di sekitarnya. 2

c. Total Masectomy Total masectomy merupakan tindakan pembedahan dimana seluruh payudara diangkat. Tindakan ini terutama disarankan bagi pasien dengan kanker payudara yang belum menyebar ke nodus limfe dan mencegah pembentukan kanker baru. 2

d. Modified Radical Masectomy Modified radical masectomy adalah modifikasi dari radical masectomy dimana jaringan yang diangkat lebih banyak dari total masectomy, yakni meliputi nodus limfe pada ketiak serta beberapa lapisan otot dada. Sedangkan pada modified radical masectomy, otot dada dibiarkan utuh dan nodus limfe pada ketiak tidak diambil seluruhnya melainkan hanya diambil sebagian sebagai sampel pemeriksaan. Teknik ini terbukti sama efektifnya dengan radical masectomy. 2

2. Terapi Hormonal a. Selective Estrogen Receptor Modulator Tamoksifen. Tamoksifen merupakan terapi hormonal yang umum digunakan sebagai terapi setelah reseksi payudara. Tamoksifen akan berikatan dengan Estrogen Receptor(ER) dan dapat menginduksi efek antiestrogenik, maupun estrogenik tergantung pada jenis jaringan. Pemakaian tamoksifen pada payudara memiliki sifat antiestrogenik.3 Pemakaian tamoksifen standarnya digunakan selama 5 tahun. Tamoksifen juga digunakan sebagai kemopreventif dengan penurunan insidens hingga 48% untuk kanker payudara dengan ER positif namun tidak berefek pada kanker payudara ER negatif.4 Dosis terapi tamoksifen adalah 20 mg dengan penggunaan sekali sehari. Tamoksifen merupakan obat anti neoplastik dengan toksisitas paling rendah. Efek samping paling sering dari tamoksifen adalah timbulnya hot flushes. Selain itu, pemakaian tamoksifen dalam jangka waktu lama juga meningkatkan resiko kanker endometrium. Resistensi terhadap tamoksien dapat terjadi akibat adanya mutasi pada ER, adaya amplifikasi HER-2 maupun pada protein kinase A dan C yang berperan pada fosforilasi.4 Raloksifen. Raloksifen memiliki efek antiproliferasi pada jaringan kasus payudara. Pada pemakaian raloksifen tidak ditemui adanya hiperplasia dan kenaikan resiko kanker endometrium.3 b. Fulvestrant Fulvestrant adalah antagonis ER dan dapat menyebabkan peningkatan degradasi ER-. Fulvestrant berikatan secara kompetitif dengan estradiol untuk menempati sisi aktif ER dan memiliki afinitas yang 100 kali lebih kuat dibanding tamoksifen.3,4 c. Aromatase Inhibitor Aromatase inhibitor merupakan obat pilihan kanker payudara pasca menopause. Aromatase inhibitor bekerja dengan menginhibisi aromatase yang merupakan enzim yang bertanggungjawab dalam konversi androsetenedion menjadi estron (E1) dan E2. Aromatase inhibitor dapat berupa senyawa steroid dan nonsteroid juga dapat dibagi lagi menjadi generasi pertama, kedua dan ketiga. Aromatase inhibitor steroid berkompetisi dengan substrat endogen androstenedion pada tempat aktif enzim secara irreversible. Inhibitor nonsteroid berkompetisi dengan substrat endogen dengan membentuk ikatan reversibel dengan atom besi pada heme di enzim CYP.3,4 3. Terapi Target Terapi dengan target molekular adalah strategi pengobatan yang dirancang untuk menghambat molekul spesifik terlibat dalam transformasi keganasan. Beberapa senyawa yang telah digunakan adalah antibodi monoklonal seperti

trastuzumab. Trastuzumab adalah antibodi terhadap HER2. Trastuzumab dapat menimbulkan efek sitostatik dan sitotoksik pada sel yang mengalami peningkatan ekspresi HER2. Selain itu, Trastuzumab juga dapat menginisiasi respon imun dan menginduksi apoptosis secara langsung. Terapi dengan trastuzumab diberikan terutama pada pasien yang resisten terhadap tamoksifen dan mengalami metastasis kanker payudara.3 Kesimpulan Terapi pembedahan pada kanker payudara disarankan terutama pada kanker dengan stadium awal dan bertujuan menghilangkan serta mencegah penyebaran kanker. Setelah dilakukan terapi pembedahan disarankan melanjutkan pengobatan dengan kemoterapi, baik dengan atau tanpa terapi hormon dan terapi target. Penentuan terapi sangat bergantung pada stadium kanker yang dialami pasien dan kondisi khusus lain yang dialami pasien. DaftarPustaka 1. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal Medicine, 15th ed. USA: McGraw-Hill;2001 2. Breast Cancer Surgery Options. http://www.webmd.com/breast-cancer/breast-cancer-surgery (Diunduh 28 Mei 2013 pukul 23:15) 3. Brunton LL, Lazo JS, Parker KL. Goodman & Gilman: The Pharmalogical Basis of Therapeutic. USA: McGrawHill;2005. 4. Sutandyo N. Terapi Hormonal Pada Kanker. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi V. Jakarta: Interna Publishing;2007.

Anda mungkin juga menyukai