Anda di halaman 1dari 8

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika dan Moral Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Secara falsafah kedua istilah ini tidak memiliki perbedaan (Laad, 1978). Perbedaan etika dan moral hanya terletak pada dasar linguistiknya saja. Etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani : ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak , kebiasaan. Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Sedangkan moral berasal dari kata latin mores, yang berarti adat-istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan tabiat dan cara hidup. Sumber lain menyatakan bahwa moral mempunyai arti tuntutan perilakudan keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip dibelakang keharusan tersebut (Thompson) Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsipprinsip yang menjadi penuntun dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan semua profesi, termasuk ahli radiografi yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi yang tercermin dalam standar praktik profesi. Sedangkan hukum dibuat sebagai aturan dari masyarakat dan mengikat masyarakat secara formal. Etika ahli radiografi adalah seperangkat perilaku angggota profesi ahli radiografi dalam hubungannya dengan klien/pasien, teman sejawat dan masyarakatumumnya serta merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusandan tindakan medis ditinjau dari segi norma-norma / nilai-nilai moral.

Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik profesional (Fry, 1991). Teori-teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip atau aturan-aturan. Para ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua :

a.

Teori Deontologi Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah tidak ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moral dari tindakan tersebut. Contoh : Seorang paramedis yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan tersebut menyakitkan. Seorang paramedis yang menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya melarang tindakan membunuh apapun alasannya.

b.

Teori Teleologi Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir) merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi dengan pertimbangan tindakan tersebut dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atai ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh : Bayi-bayi yang lahir cacat, lebih baik diijinkan meninggal dari pada nentinya menjadi beban di masyarakat.

Nilai-Nilai yang Melandasi Etika 1. Health and Well-being Menghargai nilai sehat dan sejahtera serta memberikan bantuan terhadap seseorang/klien dalam rangka mencapai derajat sehat yang optimal, baik dalam kondisi sehat, sakit, atau proses kematian secara wajar. 2. ChoiceMenghormati dan mendorong agar klien memiliki otonomi serta membantu mereka mengekpresikan kebutuhan kesehatannya maupun nilai-nilai sehat serta memperoleh informasi dan pelayanan. 3. Dignity Menghargai dan melakukan advokasi terhadap kemuliaan seseorang

4.

Confidentiality Melindungi kepercayaan klien mengenai informasi yang diperoleh dalam hubungan profesional atau tidak dibahas diluar tim kesehatan, kecuali jika seijin pasien/klien

5.

Fairness Menerapkan prinsip keadilan dan keterbukaan dalam rangka membantu klien menerima pengobatan dan pelayanan kesehatan lainnya secara obyektif dan proporsional sesuai kebutuhan dasar klien.

6.

Accountabitity Bertindak konsisten dengan tanggung jawab profesinya serta standar praktek.

7.

Practice Environments Conductive to Safe Melakukan advokasi terhadap lingkungan prakteknya yang adpat menciptakan suatu sistem yang terorganisasi dengan baik dan memberi dukungan secara manusiawi serta menetapkan alokasi sumber dana dan daya yang diperlukan dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang aman, kompeten dan etis.

Hukum Kesehatan Hukum kesehatan adalah hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, yang meliputi perangkat hukumm perdata, pidana dan tata usaha negara, dengan kata lain hukum kesehatan adalah hukum yang mengatur semua aspek yang berkaitan dengan usaha-usaha pemeliharaan kesehatan. Perbedaan hukum kesehatan (Health Law) dfan hukum kedokteran (Medical Law) : Hukum kesehatan menitik beratkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan (badaniah, rahani dan sosial secara keseluruhan). Sedangkan hukum kedokteran menitik beratkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi bidang kedokteran saja.

Latar Belakang Pengembangan Hukum Kesehatan 1. Kemajuan IPTEK bidang kedokteran yang semakin memperlihatkan adanya bentuk intervensi terhadap jasmani dan rohani sehingga mempengaruhi integritas fisik dan mental. 2. Berubahnya dunia kedokteran menjadi lembaga birokratik dan bisnis oriented (komersial), dimana hubungan personal menurun. 3. Semakin diterimanya gagasan mengenai Hak Asasi Manusia (HAM), termasuk hak penentuan nasib sendiri dan tingginya kesadaran pasien akan hakhaknya. (hubungan terapeutik) cenderung

Fungsi Hukum Kesehatan Hukum kesehatan merupakan hukum sektoral ( lex spesialis), tidak boleh menyimpang dari hukum pokok (lex generalis), mempunyai fungsi saling melengkapi al : a. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat Hukum sebagai peraturan, mempunyai fungsi menjaga ketertiban di dalam masyarakat termasuk didalamnya hukum kesehatan. b. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat Kepentingan diantara anggota masyarakat baik yang bersifat individu/kelompok tidak selamanya sejajar. Bahkan kadangkala saling berbenturan. Sehingga hukum kesehatan sangat perlu sebagai acuan bagi penyelesaian perkaraperkara yang timbuk dibidang kesehatan. c. Merekayasa masyarakat (Social Enginering) Hukum mempunyai fungsi meluruskan sikap/pandangan masyarakat yang keliru termasuk pandangan dokter atau paramedis itu sendiri. Contoh : Masyarakat yang menghalang-halangi dokter untuk memberikan pertolongan terhadap penjahat yang luka parah karena tertembak, adalahb keliru dan perlu diluruskan.

Menganggap dokter adalah dewa yang tidak dapat berbuat salah dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan didalam menjalankan profesianya, sehingga ia perlu dihukum bila perbuatannya memmang pantas dihukum.

Panadangan dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan proses peradilan.

Perbedaan Hukum dan Etika Hukum menitikberatkan pada perbuatan lahir, sedangkan etika lebih menitikberatkan pada perbuatan batin. Hukum bersifat heteronon, sedangkan etika bersifat otonom. Tujuan hukum untuk perdamaian lahiriyah, sedangkan etika untuk kesempurnaan manusia. Sanksi hukum bersifat paksaan, sedangkan etika berupa pengucilan dari kelompokkan. Jadi berdasarkan perbedaan-perbedaan itu etika tetap diperlukan untuk mendampingi hukum.

2.2 Hubungan Dokter-Pasien Relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari praktik kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini. Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran, mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda, masalah, dan nilai-nilai dari pasien, maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasi tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan atau pengobatan. Selain itu hubungan dokter-pasien adalah : Dokter dianggap mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit, Dokter dianggap berwenang untuk melakukan tindakan terhadap diri si sakit untuk kesembuhannya, Dokter dan pasien interaksi profesional.

2.3 Peran Dokter Peran dokter terhadap hubungan antara dokter-pasien yaitu dokter akan melibatkan emosi/perasaannya atau bersikap netral dalam hubungannya dengan sang pasien (afektif vs netral). Selain itu dokter juga akan mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama (orientasi diri vs orientasi kelompok), dan dokter juga akan memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas vs prestasi). Tugas utama dokter menerapkan pengetahuan untuk menyembuhkan penyakit pasien. 2.4 Hak dan Kewajiban Pasien Hak pasien yaitu dimana pasien berhak mendapatkan keadilan dari sesuatu yang sedang diperjuangkan, yaitu sebagai seorang pasien, maka dia berhak untuk mendapatkan pelayan medis yang salah satunya adalah pengobatan yang akan didapat setelah dia berkonsultasi dengan dokter. Hak-hak pasien yaitu : Memperoleh informasi, Memperoleh pelayanan medis yang adil, manusiawi, dan jujur, Hak memilih dokter dan RS, Hak menolak pengobatan Hak memutus hubungan dokter-pasien, dll. Sedangkan kewajiban pasien yaitu dimana pasien harus mematuhi semua instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya, selain itu pasien juga harus memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang penyakit yang diderita. 2.5 Komunikasi Dokter-Pasien Komunikasi adalah ilmu tertua yang dimiliki oleh orang sejak ia dilahirkan. Bayi menagis aja merupakan contoh komunikasi pertama yang keluar begitu ia lahir dari ibunya. Jadi dalam hubungan dokter pasien komunikasi adalah sangat penting. Sebab dalam anamnesis (wawancara tentang keluhan pasien datang ke dokter) perlu komunikasi yang benar sebab hampir 70% diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis.

Komunikasi tersebut antara lain, yaitu : Dalam berkomunikasi pasien berusaha menyampaikan pandangan, perasaan dan harapannya kepada dokter, Hubungan dokter pasien : komunikasi antar pribadi, Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan menjadi pemberi informasi (pembicara) dan penerima informasi (pendengar) Ketrampilan yang harus dimiliki dokter : mendengarkan (listening), mengulangi (parroting) dan menyimpulkan (paraphrasing). Namun terkadang pada komunikasi antar dokter-pasien tidak berjalan dengan baik atau terjadi beberapa hambatan, contoh : Dokter bersifat otoriter dalam relasi dengan pasiennya Penggunaan simbol istilah2 medis yang kadang tidak dimengerti pasien Pseudo-komunikasi dimana dokter tetap berkomunikasi meskipun kenyataannya pasien tidak paham Dokter berbicara paternalistik dan merendahkan pasien. Suatu komunikasi dokter pasien akan melewati 3 tahap, yaitu : Presentasi dari kesakitan baik verbal & non verbal. Translasi dari kesakitan ke penyakit. Pemberian terapi, baik secara farmakologis maupun non farmakologi

2.6 Penyimpangan Kode Etik Profesi 2.6.1 Malpraktik Medik Istilah malpraktik medik berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu medical practice.Pengertian malpraktik medik tidak terdapat secara eksplisit dalam berbagai peraturan perundang undangan di Indonesia. Malpractice berasal dan tumbuh dalam sistim hukum yang mengenal juri ( jury system ) yang hanya ada dalam sistim hukum Anglo Saxon. Hukum kesehatan Indonesia yang berupa UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan secara resmi mnyebutkan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam Pasal 54 dan 55. Istilah kesalahan atau kelalaian tersebut merupakan istilah teknis hukum ( legal term ) yang digunakan dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 54 menyebutkan 1). Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. (2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan. (3). Ketentuan mengenai pembentukan, tuags fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal 55 menyebutkan (1). Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. (2). Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kini istilah kelalaian ( negligence ) mulai banyak digunakan dalam kaitan dengan bidang medis. Di banyak negara yang telah lama mengembangkan hukum medik, hukuman dijatuhkan berdasarkan pada ada tidaknya kelalaian, bukan ada tidaknya malpraktik. 2.6.2 Pelanggaran Disiplin Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tercantum adanya lembaga yang disebut Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ( MDTK ). Tugas MDTK adalah meneliti dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Majelis ini tidak hanya terdiri dari tenaga kesehatan saja, tetapi juga tenaga bidang lain yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi seperti ahli hukum, ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli agama, yang diketuai oleh seorang sarjana hukum. Dengan diberlakukannya UU Nomor 29 Tahun 2004 , MDTK hanya menangani kasus kasus yang menyangkut tenaga kesehatan selain dokter dan dokter gigi.

Anda mungkin juga menyukai