Anda di halaman 1dari 5

Minyak Jarak Pengganti Solar

DI tengah hiruk-pikuk aksi protes di jalanan maupun rencana sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah menggugat keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, serta tidak adanya kebijakan energi yang andal dari pemerintah menghadapi kelangkaan sumber daya minyak di dalam negeri, ada yang tanpa banyak bicara terus bekerja mencari energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan pendapatan petani miskin. PENELITIAN yang dilakukan Dr Ir Robert Manurung MEng, pengajar di Jurusan Kimia Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), bersama timnya sudah memperlihatkan titik terang. Tinggal satu tahap penelitian akhir untuk pemantapan hasil, maka hasil penelitian Manurung bisa dimanfaatkan publik. "Minyak jarak bisa menggantikan minyak diesel untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. Karena pohon jarak bisa ditanam di hampir semua wilayah Indonesia, maka minyak jarak sangat membantu membangkitkan energi listrik daerah terpencil dan minyak ini bisa diproduksi sendiri oleh komunitas yang membutuhkan listrik," kata Manurung awal pekan lalu kepada Kompas. Potensi lain adalah ekspor karena tekanan pada negara-negara industri maju untuk lebih berperan menurunkan emisi gas rumah kaca. Manurung didampingi Eiichi Nagayama dan Masanori Kobayashi dari New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), lembaga di bawah Pemerintah Jepang yang membantu penelitian sumber energi baru untuk, antara lain, memenuhi kesepakatan Protokol Kyoto dalam menurunkan emisi buangan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan efek rumah kaca. Penelitian Manurung dengan ITBnya dikerjakan bersama-sama Mitsubishi Research Institute (Miri) dan dibiayai oleh NEDO.

MINYAK JARAK MINYAK jarak didapat dari jarak pagar (Jatropha curcas L) yang merupakan tanaman semak keluarga Euphorbiaceae. Dalam waktu lima bulan tumbuhan yang tahan kekeringan ini mulai berbuah, produktif penuh saat berumur lima tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahun. Semua bagian tanaman ini berguna. Daunnya untuk makanan ulat sutra, antiseptik, dan antiradang, sedangkan getahnya untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. Yang paling tinggi manfaatnya adalah buahnya. Daging buahnya bisa untuk pupuk hijau dan produksi gas, sementara bijinya untuk pakan ternak (dari varietas tak beracun) dan yang dalam pengujian sudah terbukti adalah untuk bahan bakar pengganti minyak diesel (solar) dan minyak tanah. "Kita bisa menghemat devisa sangat banyak dengan mengganti 2,5 miliar liter per tahun solar yang digunakan Perusahaan Listrik Negara, untuk pembangkit listrik di luar Jawa dengan minyak jarak," papar Manurung. Manurung amat optimistis karena penelitian setahun terakhir bersama Miri sudah membuktikan penggunaan minyak jarak 100 persen tanpa campuran apa pun pada mesin pembangkit listrik dapat menggantikan solar. Pengujian tahap pertama parameter fisikakimia pada motor bakar, dengan bekerja sama dengan Mitsubishi Heavy Industries, sudah dipublikasikan di ITB bulan lalu (Kompas, 19/2). Sekarang penelitian memasuki uji tahap akhir untuk menstabilkan minyak jarak dan melihat dampak pada generator dalam penggunaan operasional 1.000 jam. Keuntungan lain, minyak jarak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama di daerah dengan sumber alam marjinal. Jika tiap petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2.500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji Rp 500 per kilogram, per bulan satu keluarga petani bisa memperoleh penghasilan Rp 1,25 juta hanya dari biji jarak. Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain tanaman juga dimanfaatkan, misalnya dengan memelihara ulat sutra serta beternak.

Minyak jarak itu bisa diperoleh dengan pemerasan langsung secara sederhana sehingga investasi Rp 3 juta-Rp 4 juta sudah memadai untuk menghasilkan 40 liter minyak per hari. "Berbeda dari biodiesel lain, minyak jarak tidak perlu penambahan apa pun, tidak perlu etanol atau metanol seperti yang lain. Penggunaannya juga bisa 100 persen, tidak perlu dicampur solar lagi," kata Manurung lagi. Dalam membangkitkan listrik juga tidak diperlukan generator (genset) baru karena minyak jarak bisa langsung digunakan pada genset yang ada. Dari sisi lingkungan, minyak ini juga rendah kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx), dan karbon, selain bisa dipakai untuk tanaman penghijauan dan reboisasi. Karena itu, Manurung yakin penanaman satu juta hektar jatropha pada tanah marjinal akan menghasilkan 4,3 miliar liter minyak jarak per tahun dan berarti akan menghemat devisa lebih dari Rp 12 triliun, lebih dari penghentian impor solar senilai Rp 2.800 per liter. MELIHAT potensinya sebagai sumber pendapatan petani, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kini juga bekerja sama dalam penanaman jarak dengan Dr Manurung. "Kami membayangkan, bila petani menanam jarak, diambil minyaknya, lalu digunakan untuk bahan bakar 100.000 penggilingan padi saja di Indonesia, itu akan meningkatkan pendapatan petani. Belum hitungan nilai tambah lain dan konservasi lingkungan," kata Mindo Sianipar, Ketua HKTI Bidang Pertanian. Selain HKTI, proyek ITB-Miri ini juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dalam penanaman jarak. Manurung yakin, produksi komersial oleh masyarakat tahun depan sudah bisa dilakukan. "Sekarang saya ingin mendokumentasikan semua prosesnya dan memastikan semua berjalan dengan baik, supaya ketika masyarakat memproduksi sistemnya sudah benarbenar mantap," papar Manurung. Untuk proses produksi minyak jarak pengganti diesel, Manurung tidak mengajukan paten. "Paten itu salah-salah malah mematikan kreativitas," katanya. Yang akan dipatenkannya adalah proses lanjutan yang lebih canggih dan efisien dalam mengubah

limbah pemerasan minyak jarak untuk menjadi minyak yang bisa mengganti minyak tanah. Kepala Bidang Pengembangan Kesempatan Kerja Keluarga Miskin Menkokesra Pemerintah segera meluncurkan kegiatan industri minyak jarak sebagai ganti minyak tanah, minyak bakar, dan minyak industri. Kelak juga minyak solar, karena saat ini persediaan dunia semakin tipis dan harganya pun terus meningkat. Dibanding penggunaan briket batubara, gas bumi atau sumber lainnya, minyak jarak lebih sederhana, murah, tidak akan habis. Juga menghidupkan ekonomi rakyat perdesaan, dan menjanjikan berbagai produk turunan yang akan membuahkan lapangan kerja. Pada saat ini tengah disiapkan pembibitan pohon jarak seluas 2.500 hektar di Jawa dan NTT untuk disebarluaskan ke 10 juta hektar lahan kritis. Pemerintah bertekad, target sebesar itu dapat digarap selama lima tahun. Kalau kegiatan ini berjalan mulus, maka akan menambah pendapatan bagi sekitar 20 juta penduduk perdesaan, dan akan lebih banyak lagi karena berbagai kegiatan sertaan yang akan muncul sebagai dampaknya. Selama 3 tahun terakhir, minyak jarak telah diujicoba sebagai pengganti minyak bakar/solar di pabrik gula. Bahkan di India, menurut pakar jarak ITB, Dr.Ir. Robert Manurung, minyak jarak ini telah diadopsi sebagai minyak bakar mesin kereta api, sehingga saat ini mereka telah menanam jarak di sepanjang bantaran rel kereta api 24.000 km. Oleh masyarakat perdesaan, jarak pagar ini telah sangat dikenal oleh orang-orang tua kita, biasanya ditanam sebagai pagar rumah, di kebun atau makam. Dulu, di Jaman Jepang, rakyat memang dipaksa untuk menanam pohon jarak itu untuk dibuat minyak kapal dan senjata. Sekarang, oleh petani taman di Jakarta, jarak dijadikan bahan kawinan dengan pohon lain, seperti pohon batavia dan beringin putih. Oleh masyarakat juga dimanfaatkan untuk obat tradisionil sakit perut. Bahkan dilaporkan oleh Kadin UKM, jarak terbukti sangat meningkatkan produktivitas ayam petelor, serta mengindikasikan adanya manfaat yang lebih hebat daripada Viagra yang harus

diimport dengan harga mahal. Namun untuk industri BBM diperlukan penanaman jarak secara besar-besaran. Saat ini pemerintah sedang mencermati pemanfaatan lahan kritis, lahan gundul, bantaran sungai, pinggiran jalan tol, serta rel kereta api. Tentu saja tanah lain yang tidak produktif untuk tanaman pertanian dapat ditanami jarak oleh masyarakat secara pribadi, kelak akan ada penampung yang membelinya. Mereka dapat menjadi petani jarak dengan pendapatan sekitar Rp 360.000,- setiap bulan, jika punya garapan seluas 1 hektar atau sebanyak 2500 pohon, hanya dengan menjual biji jarak ke pabrik. Kalau mereka bergabung dalam koperasi, maka juga akan mendapat tambahan pendapatan dari keuntungan hasil usaha (deviden). Karena jarak tidak memerlukan perawatan, penyiraman, dan pemupukan, serta tidak disukai ulat atau serangga, maka mereka hanya bekerja memetik buahnya saja. Biji jarak akan dapat dipanen setelah penanaman 6 bulan, dan dapat terus dipanen setiap minggu, selama 50 tahun. Tanaman jarak bahkan lebih sederhana dan menguntungkan daripada Kelapa Sawit, karena dapat dikelola oleh rakyat secara perorangan tanpa modal yang besar. Jarak pagar ideal tumbuh di daerah yang banyak mendapat sinar matahari langsung atau pada ketinggian 60-600 meter dpl. Namun, di atas 600 m pun juga masih baik, apalagi jika sekaligus untuk dijadikan pakan ulat sutera. Jenis yang paling baik adalah yang telah ada di kampung halaman kita sendiri. Dari hasil ujicoba, tanaman import ternyata malah kalah baik dengan yang telah ada di pagar kita itu. http://www.menkokesra.go.id Powered by Joomla!

Anda mungkin juga menyukai