Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini dan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi memacu tumbuh pesatnya perkembangan industri, seiring hal tersebut menyebabkan terciptanya dunia kerja yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil, profesional dan berpengetahuan yang luas dibidangnya masing-masing. Pertumbuhan dunia industri tidak terlepas dari dukungan peralatan-peralatan canggih yang sangat membantu aktivitas produksi industri tersebut. Adapun peralatan-peralatan tersebut diantaranya adalah Engine Diesel Hyundai. Maka dari itu butuh tenaga khusus yang terampil dan berpengalaman luas untuk melakukan pengoperasian maupun perawatan terhadap Engine Diesel Hyundai ini. Dalam dunia perindustrian motor diesel banyak digunakan sebagai penggerak mula dan penggerak genarator yang digunakan sebagai pembangkit listrik. Terdapat berbagai macam merek, jenis dan ukuran mesin diesel yang digunakan dalam industri. Sehingga motor diesel termasuk salah satu bagian yang sangat penting didalamnya. Untuk menjaga performa dari motor diesel selalu dalam kondisi optimal, maka prosedur pengopersian dan pemeliharaannya harus berdasarkan pada Service Manual.

I.2. Tujuan Tujuan umum Untuk memenuhi dan melengkapi nilai mata kuliah praktikum bengkel di Politeknik Universitas Andalas Padang. Sebagai pengembangan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan secara teori maupun praktek. -

Tujuan Khusus Agar mengetahui sistem-sistem yang terdapat pada Engine Diesel Hyundai. Agar berpengetahuan dan dapat melakukan pengoperasian Engine Diesel Hyundai sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh manufacture. Agar berpengetahuan dan dapat melakukan perawatan terhadap Engine Diesel Hyundai sesuai dengan manual service yang dikeluarkan oleh manufacture.

1.3. Batasan Masalah Dalam pelaksanaan praktikum ini, batasan masalah yang dilaksanakan mulai dari pengenalan komponen Engine, pembongkaran Engine, pengukuran komponen Engine, perakitan Engine, dan mengghidupkan Engine. 1.4. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah melalui study literature, pengambilan data dan informasi praktikum dan juga mahasiswa dapat berdiskusi secara langsung dengan Instruktur praktikum.

BAB II TEORI DASAR

2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel ditemukan oleh DR. Rudolf Diesel pada tahun 1893. Dan sejak tahun 1900 mulai digunakan secara luas didunia industri. Hingga saat ini motor diesel banyak mengalami perkembangan, baik konstruksi maupun kontrolnya. Motor diesel adalah salah satu jenis Internal Combustion Engine (motor pembakaran dalam) dimana proses pembakaran terjadi di dalam silinder motor itu sendiri. Gas panas hasil pembakaran langsung digunakan untuk kerja mekanis. Motor diesel juga disebut Compression Ignition Engine (mesin penyalaan kompresi) karena penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang telah bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai akibat dari proses kompresi. Motor diesel banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah: Tenaganya besar per berat mesin Konsumsi bahan bakar sedikit dalam HP per jam Bahan bakar lebih murah Konstruksi mesinnya kuat dan tahan lama Kemungkinan terjadi kebakaran kecil Torsi yang dihasilkan lebih besar.

2.2. Klasifikasi Motor Diesel Dalam perkembangannya yang pesat hingga saat ini. motor diesel telah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dan tipe berdasarkan ciri cirri tertentu, antara lain:

2.2.1. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Langkah Motor diesel berdasarkan langkah (stroke) dalam satu kali siklus kerja dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. 4 langkah (4 stroke) Dalam motor 4 langkah untuk menghasilkan tenaga dibutuhkan dua kali putaran poros engkol. Jadi piston melakukan empat kali langkah kerja yaitu, langkah hisap, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah buang. b. 2 langkah (2 stroke) Dalam motor dua langkah, dalam satu kali putaran poros engkol menghasilkan satu kali kerja.

2.2.2. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Letak Cylinder Motor diesel berdasarkan letak silindernya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. In-line type Cylinder-cylinder disusun dalam garis lurus dimana gerakan pistonnya ke atas dan ke bawah. b. Vee type Cylinder-cylinder disusun dalam satu garis di kedua sisi crankshaft dalam bentuk V. biasanya digunakan untuk motor diesel bersilinder banyak (8,12 dan 16 cylinder), dengan derajat antara 500 900. Biasanya cara pemberian nomor pada cylinder dimulai dari yang paling depan yaitu yang terjauh/ berlawanan dengan flywheel.

2.2.3. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Arah Putaran Motor diesel Klasifikasi berdasarkan arah putaran motor diesel adalah sebagai berikut: a. SAE standart rotation ( berlawanan dengan arah jarum jam ) Standart putaran motor diesel, dapat dilihat dari belakang yaitu dari arah flywheel ke arah depan. b. opposite SAE rotation ( searah dengan arah jarum jam ) Arah putaran motor diesel searah dengan jarum jam, dan biasanya hanya terdapat pada model tertentu, akan tetapi dengan mengatur beberapa komponen motor diesel dapat merubah putaran berlawanan arah jarum jam menjadi searah jarum jam. 2.2.4. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Lokasi Camshaft Klasifikasi motor diesel berdasarkan lokasi camshaft adalah sebagai berikut: a. Cam in block (camshaft diletakkan di dalam Cylinder Block Motor Diesel).

Gambar 2.2 Cam in block b. Overhead camshaft (camshaft terdapat pada cylinder head).

Gambar 2.3 Overhead camshaft

c. Outboard camshaft (camshaft diletakkan pada sisi cylinder block motor diesel)

Gambar 2.4 Outboard camshaft

2.2.5. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Besar Putaran Klasifikasi motor diesel berdasarkan besar putaran yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a. 350 rpm 1000 rpm b. 1000 rpm 1500 rpm c. 1500 rpm 2000 rpm d. 2000 rpm 3500 rpm : motor diesel putaran rendah. : motor diesel putaran menengah : motor diesel diatas putaran menengah : motor diesel putaran tinggi

2.2.6. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Ruang Bakar Klasifikasi motor diesel berdasarkan rancangan ruang bakar dapat dibedakan menjadi: a. Ruang Bakar Terbuka (Open Combustion Chamber) Bentuk : sederhana, bahan bakar langsung disemprotkan kedalam ruang akar. Perlu injector dengan tekanan semprot tinggi 180 300 Kg/cm2, tekanan gas 60 100Kg/cm2, agar pengabutan yang dihasilkan baik dan mampu mendistribusikan bahan bakar sehingga merata.

Gambar 2.5 Motor diesel dengan ruang bakar terbuka b. Ruang bakar kamar depan (pre combustion chamber) Bagus untuk RPM rendah. RB terbagi 2 yaitu RB kamar depan (30-40% volume ruang bakar) + RB utama. Sebagian bahan bakar yang disemprotkan akan terbakar di kamar depan. Tekanan naik dan tekanan ini merambat pada RB utama,

sehingga timbul pembakaran. Proses ini membantu pengabutan bahan bakar pada RB dengan baik. Tekanan ijektor 85-140 kg/cm2 (pentle nozzle), bahan bakar yang terbakar 20% volume RB dan tekanan gas 50-60 kg/cm2, bahan bakar yang dipakai 15% lebih besar dari pada open combustion chamber.

Gambar 2.6 Jenis ruang bakar kamar depan c. RB Turbulensi (kamar pusat) Digunakan untuk rpm tinggi dan rendah. Pada jenis ini terjadi sirkulasi, sehingga bahan bakar akan berputar dan percampuran akan merata. Tekanan semprot 85-100 kg/cm2. Type pintle nozzle. Tekanan gas 60 70 kg/cm2 dengan busi pijar.

Gambar 2.7 Ruang bakar turbulensi

d. RB Energi Cell / Lanova (rpm tinggi atau randah) Ruang bakar lanova dibagi menjadi 2 yaitu, Ruang lanova besar dan kecil. 60% bahan bakar yang disemprotkan masuk ke dalam ruang lanova.yang bervolume 10% ruang bakar. Proses penyalaan pertama terjadi di dalam ruang bakar utama, sementara penyemprotan berlangsung, terjadi pambakaran di ruang lanova kecil. Kenaikan tekanan yang terjadi menyebabkan bahan bakar yang belum terbakar sempurna tersebut akan tersembur keluar dan menghasilkan percampuran yang lebih efektif karena ruang bakar dibentuk untuk menghasilkan arus berputar. Dengan demikian diharapkan terjadi pembakan yang lebih halus. Tekanan penyemprotan adalah sekitar 125 - 130 kg/cm2.

Gambar 2.8 Ruang bakar energy cell lanova

2.2.7. Klasifikasi motor diesel berdasarkan cara pemasukan udara Klasifikasi motor diesel berdasarkan cara pemasukan udara ke dalam cylinder dapat dibedakan menjadi: a. Motor diesel dengan sistem naturally aspirated (NA) Udara masuk kedalam cylinder dengan secara alamiah

Gambar 2.9 Motor diesel naturally aspirated b. Motor diesel dengan turbocharger (T) Adalah cara pemasukan udara dengan cara di mampatkan oleh kompressor.

Gambar 2.10 Motor diesel turbocharger c. Turbocharger & Aftercooler (TA) Yaitu cara pemasukan udara ke dalam cylinder dengan cara di mampatkan dan didinginkan sehingga udara yang masuk akan lebih padat dibandingkan motor diesel dengan turbo charger.

Gambar 2.11 Turbocharger dengan aftercooler

2.3. Prinsip Kerja Motor Diesel Ketika udara dikompresi suhunya akan meningkat (seperti dinyatakan oleh Hukum Charles), mesin diesel menggunakan sifat ini untuk proses pembakaran. Udara disedot ke dalam ruang bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi dari rasio kompresi dari mesin bensin. Beberapa saat sebelum piston pada posisi Titik Mati Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan bakar diesel disuntikkan ke ruang bakar dalam tekanan tinggi melalui nozzle supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil pencampuran ini menyala dan membakar dengan cepat. Penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat) TMA untuk menghindari detonasi. Penyemprotan bahan bakar yang langsung ke ruang bakar di atas piston dinamakan injeksi langsung (direct injection) sedangkan penyemprotan bahan bakar kedalam ruang khusus yang berhubungan langsung dengan ruang bakar utama dimana piston berada dinamakan injeksi tidak langsung (indirect injection). Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran

mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan tenaga linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini ke crankshaft

dan oleh crankshaft tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga putar. Tenaga putar pada ujung poros crankshaft dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Untuk meningkatkan kemampuan mesin diesel, umumnya ditambahkan komponen :

Turbocharger atau supercharger untuk memperbanyak volume udara yang masuk ruang bakar karena udara yang masuk ruang bakar didorong oleh turbin pada turbo/supercharger.

Intercooler untuk mendinginkan udara yang akan masuk ruang bakar. Udara yang panas volumenya akan mengembang begitu juga sebaliknya, maka dengan didinginkan bertujuan supaya udara yang menempati ruang bakar bisa lebih banyak.

Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi dingin. Beberapa mesin menggunakan pemanas elektronik kecil yang disebut busi menyala (spark/glow plug) di dalam silinder untuk memanaskan ruang bakar sebelum penyalaan mesin. Lainnya menggunakan pemanas "resistive grid" dalam "intake manifold" untuk menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu operasi. Setelah mesin beroperasi pembakaran bahan bakar dalam silinder dengan efektif memanaskan mesin. Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan meningkatkan viscositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Ini dapat mempengaruhi sistem bahan bakar dari tanki sampai nozzle, membuat penyalaan mesin dalam cuaca dingin menjadi sulit. Cara umum yang dipakai adalah untuk memanaskan penyaring bahan bakar dan jalur bahan bakar secara elektronik. Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel adalah governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran mesin selalu para putaran yang diinginkan. Apabila putaran mesin turun terlalu banyak kualitas listrik yang dikeluarkan akan menurun sehingga peralatan listrik tidak dapat berkerja

sebagaimana mestinya, sedangkan apabila putaran mesin terlalu tinggi maka bisa mengakibatkan over voltage yang bisa merusak peralatan listrik. Mesin diesel modern menggunakan pengontrolan elektronik canggih mencapai tujuan ini melalui elektronik kontrol modul (ECM) atau elektronik kontrol unit (ECU) - yang merupakan "komputer" dalam mesin. ECM/ECU menerima sinyal kecepatan mesin melalui sensor dan menggunakan algoritma dan mencari tabel kalibrasi yang disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan waktu melalui aktuator elektronik atau hidrolik untuk mengatur kecepatan mesin. 2.3.1 Prinsip Kerja Motor Diesel Empat Langkah

Gambar 2.12 Siklus Kerja Motor Diesel 4-Langkah 1. Langkah Pemasukan Udara(Intake Stroke) Intake valve membuka dan exhaust valve tertutup Piston begerak dari TDC (TMA) ke BDC (TMB) dan udara bersih masuk ke dalam cylinder. 2. Langkah Kompresi (Compression Stroke) Intake dan exhaust valve tertutup. Piston bergerak dari TMB ke TMA dan udara bersih dikompresikan. Sesaat sebelum piston tiba di TMA, bahan bakar disemprotkan kedalam cylinder, akibat panas udara yang dikompresikan (1000 F)

mencapai/melampaui titik nyala maka bahan bakar terbakar dengan sendirinya, dan pada saat inilah proses pembakaran dimulai. 3. Langkah Usaha (Power Stroke) Intake dan exhaust valve terututup. Pada waktu terjadi proses pembakaran, temperatur didalam cylinder bisa mencapai 1000 F. Energi panas yang terjadi, dengan tekanan tinggi lalu mendorong piston bergerak dari TDC ke BDC. Pada peristiwa ini piston sedang melakukan usaha. 4. Langkah Buang (Exhaust Stroke) Intake valve tertutup dan exhaust valve membuka. Piston begerak dari TMB ke TMA. Exhaust gas terdorong keluar dengan temperatur berkisar antara 600 F 1000 F.

2.3.2 Prinsip Kerja Motor Diesel Dua Langkah

Gambar 2.13 siklus kerja motor diesel 2 langkah

Sebuah siklus dua langkah diselesaikan dalam dua langkah, atau satu putaran crankshaft, sedangkan siklus empat langkah memerlukan dua putaran. Perbedaan utama antara motor diesel dua langkah dengan motor diesel empat langkah adalah pada metode pengeluaran gas yang telah terbakar dan pengisian silinder dengan udara segar. Dalam mesin dua langkah operasi ini dilakukan di dekat TMB (titik mati bawah) oleh pompa atau penghembus udara terpisah. Prinsip kerja motor diesel dua langkah adalah sebagai berikut: 1. Pengisian Piston bergerak dari TMB ke TMA, saluran hisap terbuka dan udara masuk ke ruang bakar sementara di lain pihak piston melakukan kompresi. Sebelum piston sampai pada titik mati atas, bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar melalui nozzle. Udara yang dikompresi bercampur dengan bahan bakar sehingga terbakar. Hal ini mengakibatkan piston bergerak dari TMA ke TMB. 2. Kompresi Piston bergerak dari TMB ke TMA dan terjadi kompresi karena kedua saluran tertutup oleh piston. Gerakan naik piston menyebabkan udara terkompresi kemudian disemprotkan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Demikian siklus ini berulang terus-menerus. 3. Ekspansi Piston bergerak dari TMA ke TMB sebagai akibat ekspansi dan beberapa saat kemudian saluran buang terbuka maka gas buang akan keluar bersamaan kemudian itu udara dalam ruang bakar akan terdesak dan keluar untuk masuk ke ruang bakar. Sering juga disebut sebagai langkah pembilasan.

2.4. Sistem Penunjang Motor Diesel Sistem bahan bakar Sistem pemasukan dan pengeluaran udara Sistem pelumasan Sistem pendinginan

BAB III PROSES PENGERJAAN

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan 1 Unit Engine Stand ( Hyundai) 1 Unit kunci kombinasi Ring dan Pas Obeng + dan obeng Jangka Sorong Kunci Shock Box Palu Plastik Palu Karet Kompresor Katrol Kunci Moment Tang Pelumas Oli Mesin Solar Kain Lap Kabel 3.2 Proses Kerja 1. Persiapan Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Gunakan pakaian praktek dasn peralatan keselamatan lainnya. Bacalah dan fahami manual book engine tersebut. Periksa kondisi mesin sebelum dibongkar. Apabila mesin tersebut hidup, usahakan terlebih dahulu untuk dihidupkan tujuannya untuk mendeteksi kemungkinan kerusakan.

2. Proses Pembongkaran a. Kepala Silinder Lepaskan kabel-kabel kelistrikan yang berhubungan dengan mesin (kabel baterai, system pengapian, system pengisian, dll). Keluarkan air pendingin yang ada dalam radiator dengan membuka saluran pembuangannya. Buka cup kepala silinder dengna membuka dua buah baut penguncinya. Buka saluran masuk (intake manifold) dan saluran buang (exhause manifold) dari bagian sisi samping kepala silinder. Buka baut-baut pengunci atau pengikat kepala silinder dengan blok silinder secara bertahap dengan urutan yang benar, dimulai dengan membuka baut yang bagian luar berurut ke dalam dengan berpasangan. Angkat kepala silinder menggunakan kedua belah tangan . Jika sulit, gunakan tekanan yang ada pada silinder dengan memutar poros engkol beberapa putaran. Tempatakan kepala silinder ditempat yang aman. Sebelum mengangkat kepala silinder dari blok silinder, mekanisme timing belt telah dilepaskan.

b. Timing belt dan Pompa bahan bakar (fuel pump) Longgarkan baut pengikat (penyetel alternator) dan baut pengikat dudukan alternator , sehingga alternator dapat digerakkan, lalu lepaskan tali kipas dari dudukannya pada puli. Buka perangkat kipas pendingin dengan hati-hati. Buka puly yang ada pada poros engkol (kranksaft) dengan membuka baut nya terlebih dahulu menggunakan kunci shock 18 mm, lalu lepaskan puly mengunakan dua belah tangan dengan hati-hati atau menggunakan treker apabila sulit dilepaskan.

Buka cover timing belt dengan membuka baut-bautnya, sebelumnya buka terlebih dahulu pan oli (carter). Buka timing belt bagian luar (A) terlebih dahulu dengan melonggarkan baut penyetel timing belt tensioner. Selanjutnya lepaskan timing belt tensioner supaya belt lebih mudah dilepaskan dari puly. Lepaskan timing belt dari puly dengan hati-hati, hindarkan cairan minyak apapun mengenai timing belt tersebut. Kemudian lepas timing belt yang bagian dalam (B) dengan melonggarkan baut penyetel timing belt tensioner bagian B. Selanjutnya lepaskan timing belt tensioner supaya belt lebih mudah dilepaskan dari puly. Lepaskan timing belt dari puly dengan hati-hati, hindarkan cairan minyak apapun mengenai timing belt tersebut, dan tempatkan timing belt tersebut di tempat yang aman. Sebelum melepas timing belt, pstikan kita menepatkan tanda-tanda yang terdapat pada puly (timing mark) tujuannya agar mudah dalam pemeriksaan dan pengamatan serta memasang atau merangkai kembali. Setelah semua timing belt di buka, selanjutnya buka Pompa bahan bakar (fuel pump) dan pompa air (water pump). Tempatkan komponen-komponen tersebut pada tempat yang aman.

c. Blok Silinder Buka bantalan depan poros input dengan SST (09303-35011). Buka roda gaya (flaywheel) dengan membuka baut pengikatnya, buka juga plot ujung belakangnya. Buka rear plate, bell housing cover, oil seal case. Buka semua komponen yang menempel dan berhubungan dengan blok silinder.

Buka torak / piston dan connecting rod assembly dengan membuka connecting rod cap. Buka mur (nut) nya menggunakan kunci shock 12 mm. Ketika membuka piston dan connecting rod assembly posisikan mur bagian connecting rod cap yang akan dibuka berada dibagian luar atau atas. Pekerjaan ini dilakukan secara berpasangan, 2 dengan 3 dan 1 dengan 4. Setelah connecting rod cap lepas dari dudukannya, dorong connecting rod menggunakan dua belah jempol tangan, apabila sulit, dorong menggunakan tangkai palu yang terbuat dari kayu dengan hati-hati. Tempatkan semua komponen yang dilepas tadi pada tempat yang aman. Setelah semua piston dan connecting rod assembly dikeluarkan dari silinder, selanjutnya membongkar poros engkol (crankshaft). Buka bearing cap dengan membuka baut pengikatnya. Setelah semua bearing cap dibuka, angkat poros engkol (crankshaft) dengan hati-hati dan tempatkan komponen tersebut pada tempat yang aman.

d. Pengukuran Blok Silinder danKelengkapannya Bersihkan blok silinder dan komponen lainnya. Ukur diameter silinder menggunakan Cylinder Gauge. Ukur tiga bagian pada tiap-tiap silinder , atas, tengah, dan bawah. Pada setiap bagian lakukan dua kali pengukuran (seperti tanda +). Untuk mengetahui nilai pengukuran tergantung dari type Cylinder Gauge yang digunakan. Ukur kebengkokan permukaan bagian atas silinder blok, kebengkokkan batang torak, diameter crant journal, diameter crant pin, celah oli (clereance), celah ujung ring dan bagian yang lainnya. Alat ukur yang digunakan diantaranya jangka sorong, micrometer, plastic gauge, feleer gauge, mistar baja, dial gauge, dan peralatan yang lain sesuai fungsinya.

Untuk proses pemasangan atau perakitan kembali, sesuai dengan langkah pembongkaran, namun dimulai dari ahir pembongkaran.Yang terahir

dibongkar, dipasang pertama.

SILINDER I A X (mm) 91,1 Y (mm) 91,1 X (mm0 91,1 B Y (mm) 91,1 X (mm) 91,2 C Y (mm) 91,1

SILINDER II A X (mm) 91,2 A X (mm) 91,1 A X (mm) 91,1 Y (mm) 91,1 X (mm) 91,1 Y (mm) 91,1 X (mm0 91,1 B Y (mm) 91,1 X (mm) 91,1 Y (mm) 91,1 X (mm0 91,1 B Y (mm) 91,2 X (mm) 91,1 C Y (mm) 91,2 B Y (mm) 91,1 X (mm) 91,1 C Y (mm) 91,1 C Y (mm) 91,1

SILINDER III

SILINDER IV

Tabel 1. Data pengukuran Diameter Silinder


SILINDER I A (mm) 53,10 B (mm) 53,30

SILINDER II A (mm) B (mm) 53,12 53,30 SILINDER III A (mm) B (mm) 53,32 53,44 SILINDER IV A (mm) B (mm) 53,26 53,44

Tabel 2 Pengukuran Crank Journal

3.3 Penyetelan a. Menentukan Top Kompresi Untuk penyetelan katup, perhatikan saat piston pada top kompresi silinder 1, seperti dalam table berikut. Proses Silinder 1 2 3 4 Kerja K U I B Posisi Katup IN T T BK T EX T T T BK

Keterangan: K U I B T BK = Kompresi = Usaha = Isap = Buang = Tutup = Buka

b. Menentukan katup-katup yang baik Disetel Dari table diatas dapat dijelaskan katup-katup yang baik untuk disetel dan yang tidak baik untuk disetel. 1. Silinder 1 Katup IN dan EX baik disetel karena katup-katupnya menutup rapat dan celahnya maksimum.

2. Silinder 2 Katup IN baik disetel, tetapi katup EX nya tidak baik disetel meskipun katupnya juga menutup. Hal ini disebabkan celah katup EX sudah mulai menyempit untuk persiapan membuka katup buang. 3. Silinder 3 Katup IN silinder 3 tidak baik disetel karena dalam posisi membuka, sehingga celah katupnya tidak ada. Katup EX silinder 3 baik untuk disetel. 4. Silinder 4 Katup-katup silinder 4 sebaiknya disetel pada posisi top kompresi silinder 4 karena hasil penyetelannya akan lebih baik dan tepat. Demikian juga dengan katup-katup yang lainnya yang belum disetel.

BAB IV ANALISA

Setelah

dilakukan

pembongkaran

dan

pemeriksaan

serta

perawatan

(pemeriksaan secara visual dan pengukuran), dapat dianalisa bahwasannya Engine Diesel Hyundai tersebut masih bisa dipakai. Komponen-komponen yang ada masih berada dalam batas toleransi yang ditetapkan pabrik (manual book). Namun demikian, ada beberapa komponen yang memang harus diganti karena sudah tidak layak pakai dan sangat tidak aman bila dipakai, selain itu mesin menjadi tidak normal apabila tidak diganti Ketika kelompok 4 melaksanakan praktek, Engine berhasil diuji coba (Hidup), namun kondisi Engine tidak normal, kemungkinan disebakan oleh beberapa factor, diantaranya: 1. Komponen-komponen penunjang supaya Engine normal tidak dilengkapi 2. Kemungkinan bahan bakar yang masuk ke pompa bahan bakar tercampur angin dikarenakan pipa tekanan tinggi yang dipakai bukan pasangannya, karena yang pasangannya rusak. 3. Oli kembali keluar pada engine bagian bawah,itu disebabkan karena seal pada bak oil tidak layak lagi dipakai. 4. Dudukan motor stater rusak karna logam tempat baut rusak, akibatnya motor stater goyang dan bergesekan dengan fly weel (Roda Gila) pada saat Engine hidup.

Apabila kita menginginkan kondisi sebuah mesin bagus,perlu dilakukan perawatan berkala dan itu semua juga dipengaruhi oleh stelan belt dan katup (valve).

BAB V PENUTUP

4.1 Kesimpulan 1. Dengan adanya praktek, pengetahuan dan wawasan mahasiswa menjadi bertambah. 2. Ketelitian dan kecermatan sangat dibutuhkan ketika praktek. 3. Kerja sama yang baik antara peserta praktek dengan instruktur sangat diharapkan supaya praktek bisa berjalan dengan baik. 4. Setelah dilakukan pembongkaran, kemudian dilakukan pemeriksaan dan perawatan (melihat secara visual dan pengukuran) Engine dalam kondisi layak pakai, namun harus segera diganti peralatan atau komponen yang sudah aus. 5. Pengaliran arus listrik dari sumber arus dipengaruhi oleh kabel yang digunakan.

4.2 Saran 1. Pergunakan alat sesuai fungsinya. 2. Pergunakan teknik pengencangan, pemasangan, pembongkaran yang telah disarankan. 3. Patuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan. 4. Gunakan manual bool sebagai acuan dalam perawatan dan perbaikan Engine tersebut. 5. Kepada yang berwenang menyediakan spartpart, supaya kebutuhan ketika akan praktek sudah dipenuhi sebelum atau ketika praktek.

Anda mungkin juga menyukai