Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH KANDUNGAN SABUN (NUTRISI), INTENSITAS CAHAYA, DAN VOLUME AIR PADA BANYAKNYA JUMLAH JENTIK NYAMUK

TUGAS BESAR PERANCANGAN EKSPERIMEN

Disusun oleh:

1. 2. 3. 4.

Dhanik Budiarti Ichda R. Putri Rifda Ilahy R. Jesika Valentine S.

L2H 009 080 L2H 009 090 L2H 009 106 L2H 009 107

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Perancangan Eksperimen ini, sesuai dengan ketentuan yang ada dan tepat waktu. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan amanah ini semaksimal mungkin. 2. Orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan. 3. Ibu Dyah Ika Rinawati, ST., MT dan ibu Nia Budi Puspitasari, ST., MT selaku dosen Perancangan Eksperimen yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Besar Perancangan Eksperimen 4. Teman-teman sekalian dan rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusuan tugas besar ini

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kesalahan yang sama tidak terulang dikemudian hari. Akhirnya, penyusun sangat berharap semoga Laporan Tugas Besar ini dapat berguna bagi semua pembaca, terimakasih.

Semarang, Juli 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATAPENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL................................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................................ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2 1.4 Batasan dan Asumsi ...................................................................................... 3 1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 3 v vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk ........................................................................................................ 5 2.2.1 Reproduksi Nyamuk ............................................................................... 6 2.2.2 Jentik Nyamuk ........................................................................................ 8 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jentik Nyamuk ................. 9 2.3 Penyakit Akibat Nyamuk ............................................................................. 10 2.4 Desain Eksperimen 23 .................................................................................. 12

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... 15 3.2 Pengolahan Data .......................................................................................... 16

iii

BAB IV PENTUP 4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21 4.2 Saran ............................................................................................................ 21

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil eksperimen banyaknya jentik nyamuk terhadap ketiga faktor....... 16 Tabel 3.2 Hasil Perhitungan ................................................................................. 17 Tabel 3.3 Derajat Kebebasan................................................................................ 19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Nyamuk ............................................................................................ 6 Gambar 2.2 Siklus Reproduksi Nyamuk ................................................................ 8 Gambar 2.3 Jentik Nyamuk ................................................................................... 8

vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang secara karakteristik fisiknya merupakan

serangga yang mempunyai dua sayang bersisik dengan tubuh yang kecil dan mempunyai enam kaki panjang. Umumnya nyamuk memerlukan protein untuk pembentukan telur, tetapi protein yang didapatkan berasal dari menghisap darah manusia. Hal ini mempunyai dampak yang tidak baik untuk kesehatan manusia itu sendiri. Keberadaan nyamuk ini memiliki peran penting terkait kesehatan lingkungan suatu pemukiman. Faktor lingkungan ini terdiri dari faktor lingkungan biotik dan abiotik berpengauh terhadap pertumbuhan nyamuk. Faktor abiotik seperti curah hujan, temperatur dan evaporasi sedangkan faktor biotik diantaranya seperti makanan dan tempat perindukan atau stabilitas kandungan air perindukan apakah mengandung bahan organik atau mikroba seperti air sumu gali, air comberan (got), air limbah sabun mandi dan air bersih dari perusahaan air minum PAM, karena hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pradewasa nyamuk atau ketahanan hidup dan pertumbuhan larva (Sayono, 2011). Perlu diketahui sebelumnya bahwa nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidupnya diawali dari telur, larva, pupa dan sampai menjadi dewasa. Pada tahap larva dikenal sebagai tahap pertumbuhan jentik nyamuk, jentik ini hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau menggantung pada permukaan air untuk bernapas. Jentik menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk karena jentik nyamuk merupakan cikal bakal menjadi nyamuk dewasa dan berperan sebagai vektor penyakit menular seperti malaria, demam berdarah dan lain-lain, sehingga laju pertumbuhan nyamuk perlu ditekan agar tidak merugikan kesehatan manusia serta perlu menekan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap laju pertumbuhan dari si jentik nyamuk ini agar laju pertumbuhan dari jentik nyamuk dapat dikurangi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jentik nyamuk diantaranya tempat perindukan (kandungan air sabun), cahaya serta volume air. Pemilihan faktor-faktor ini disesuaikan dengan keadaan lingkungan sebenarnya. maka perlu dilakukannya eksperimen agar dapat mengetahui secara pasti akan laju pertumbuhan nyamuk terhadap ketiga faktor tersebut. Design of experimental factorial merupakan salah satu tools agar mengetahui pengaruh pertumbuhan banyaknya jentik nyamuk terhadap ketiga faktor tersebut, dimana ketiga faktor tersebut mempunyai dua level ( level + dan -) dengan tujuan agar eksperimen dilakukan secara acak sehingga didapatkan hasil yang akurat serta dapat mengetahui secara pasti saat level mana laju pertumbuhan nyamuk meningkat atau menurun.

1.2

Perumusan Masalah Permasalahan yang muncul yaitu ingin mengetahui berapa banyak jentik

nyamuk yang ada terhadap ketiga faktor yaitu tempat perindukan (kandungan air sabun), cahaya serta volume air yang dimana tiap faktor dibedakan dua level (level + dan -) serta faktor manakah yang mempunyai peran dominan terhadap laju pertumbuhan jentik nyamuk atau ketiga faktor tersebut mempunyai peran yang sama-sama besar terhadap jumlah banyaknya jentik nyamuk yang tumbuh. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusaln masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diketahui maka dalam penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh banyaknya pertumbuhan jentik nyamuk terhadap faktor tempat perindukan (kandungan air sabun), cahaya dan volume air, dimana tiap faktor mempunyai dua level (level + dan -). 2. Mengetahui apakah banyaknya jentik nyamuk yang ada mempunyai jumlah yang sama pada ketiga faktor tersebut. 3. Mengetahu apakah ada faktor yang mempunyai peran dominan terhadap laju pertumbuhan nyamuk.

1.4

Batasan dan Asumsi Pembatasan masalah dalam Tugas Besar ini yaitu :

1.

Eksperimen ini hanya dilakukan pada tiga faktor saja yaitu faktor tempat perindukan (kandungan air sabun), cahaya serta volume air, dimana tiap faktor mempunyai dua level (level + dan -) seperti pada tempat perindukan ( 2 tetes sabun;1 tetes sabun ), pada cahaya ( 2 lapis kain hitam;1 lapis kain hitam) dan volume air ( 1 botol air; botol air ).

2.

Untuk mengetahui laju pertumbuhan banyaknya jentik nyamuk terhadap ketiga faktor tersebut menggunakan tools design of experimental faktorial 23 karena mempunyai tiga faktor.

1.5

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Besar ini adalah sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, batasan dan asumsi dalam melakukan eksperimen serta sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang dasar-dasar teori mengenai laju pertumbuhan jentik nyamuk serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi banyak jentik nyamuk dan dampak akibat adanya jentik nyamuk dalam kehidupan manusia serta tools design of experimental sebagai alat bantu dalam mengetahui banyak jentik nyamuk yang tumbuh terhadap ketiga faktor tersebut.

BAB III

PEMBAHASAN Berisi data-data banyaknya jentik nyamuk yang ada terhadap ketiga faktor tersebut yang didapatkan saat eksperimen serta pengolahan yang dilakukan dengan design of experimental factorial 23 sehingga mengetahui akan hasil dari pengolahan tersebut.

BAB IV

PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dari analisis-analisi yang telah dilakukan dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Nyamuk Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk

Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.

Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.

Gambar 2.1 Nyamuk

2.2.1 Reproduksi Nyamuk Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies - dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. Telurtelur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang. Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembap atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembapan. Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). Pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Anak Nyamuk atau ENCU Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali.

Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernapasan. Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam. Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada 20 C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 C. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan

mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomia hidup dalam keadaan luar biasa. Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai

Gambar 2.2 Siklus Reproduksi Nyamuk

2.2.2 Jentik Nyamuk Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.). Jentik menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit menular melalui nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah dengue. Di beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias

Gambar 2.3 Jentik Nyamuk

2.2

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jentik Nyamuk

Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pertumbuhan nyamuk, yaitu : a. Suhu Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 dan 30 derajat celcius. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik sporogoni dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi sporogoni. b. Kelembapan Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 % merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

c. Hujan Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat dan perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.

10

d. Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut (di Bolivia).

e. Sinar Matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda An. Sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. Barbirostris dapat hidup baik ditempat yang teduh maupun yang terang

f. Arus air An. Barbierostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. Minimus menyukai aliran air yang deras dan An. Letifer menyukai air tergenang.

g. Kadar garam An. Sundaikus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12 sampai dengan 18 % dan tidak berkembang pada kadar garam 40 % keatas. Namun di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan An. sundaikus dalam air tawar

2.3

Penyakit Akibat Nyamuk Penyakit ini disebut dengan penyakit yang berbasis lingkungan. Lingkungan

berperan penting dalam transmisi penularan penyakit ini. Semakin bersih lingkungan disekitar kita maka semakin kecil pula pula populasi nyamuk disekitar kita sehingga semakin kecil kemungkinan kita akan digigit oleh nyamuk penular dan terhindar dari beberapa peyakit yang di sebutkan di bawah ini. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk :

11

1.

Malaria. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles, juga penyakit ini dapat berakibat kematian. Pada saat ini nyamuk penular (vektor) malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak 19 spesies dari genus Anopheles, yang diduga sebagai vector penular malaria ada 4 spesies (yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. aconitus dan An. maculatus)

2.

Demam berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengaue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus, yang ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah, nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah, bahklan dapat berakibat kematian.

3.

Filariasis. Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia.

4.

Chikungunya. Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot yang bersifat epidemik dan endemic yang disebabkan oleh Alvavirus yang ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu Ae. Aegypti, Aedes albopictus, Culex fatigans dan Mansonia sp.. Meski pun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian, namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendian tubuh bahkan seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama 2 bulan.

12

5.

Encepalitis. Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Jepenese Encephalitis (JE). Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex.

2.4

Desain Eksperimen 23 Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang

bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment terhadap suatu tindakan atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMU atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, idak pernah dapat dikatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan hal itu baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan

13

sebagai grup pembanding (control group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan (experimental group). Percobaan faktorial tiga faktor adalah suatu percobaan yang terdiri dari tiga faktor yang masing-masing faktor terdiri atas dua taraf atau lebih. Tingkat ketelitian pada ketiga faktor tersebut dianggap sama. Rancangan faktorial bertujuan dan

digunakan untuk mempelajari interaksi dari faktor yang dicobakan dalam mewujudkan suatu gejala atau respon dalam suatu peristiwa baik pengaruh utama maupun interaksi secara simultan dari faktor tersebut. Adanya interaksi ini merupakan kelebihan sekaligus sebagai ciri dari percobaan faktorial dibanding percobaan satu faktor karena dimungkinkannya mengetahui pengaruh interaksi dari faktor-faktor yang dicobakan. Interaksi adalah tanggap differensial (differensial response) terhadap sebuah kombinasi faktor dengan berbagai taraf faktor kedua dan faktor ketiga yang dilakukan secara seksama. Percobaan faktorial tiga faktor biasa digunakan jika tingkat ketelitian ketiga faktor dianggap sama, namun jika tingkat ketelitian diantara ketiga faktor berbeda maka dapat digunakan rancangan petak-petak terpisah. Oleh sebab itu, percobaan faktorial tiga faktor dapat menggunakan rancangan lingkungan RAL, RAK, Split-split Plot Design. Perhitungan dalam desain eksperimen 23 dapat dilakukan dengan rumus :

14

BAB III PEMBAHASAN

3.1

Pengumpulan Data Berikut hasil eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya jentik

nyamuk terhadap tiga faktor yang dimana tiap faktor mempunyai dua level (level + dan -) sebagai berikut : 1. Cahaya Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

banyaknya jentik nyamuk karena kondisi lingkungan yang gelap atau terang, sehingga cahaya disini mempunyai dua level, dimana yang menjadi level (+) pada faktor cahaya yaitu gelap sekali ( pada eksperimen wadah dilapisi 2 kain hitam) sedangkan yang menjadi level (-) pada faktor cahaya yaitu gelap (pada eksperimen wadah dilapisi 1 kain hitam saja). 2. Nutrisi Nutrisi pada eksperimen ini merupakan banyaknya kandungan sabun yang diberi pada air. Pemilihan sabun sebagai nutrisi dikarenakan nyamuk menyukai protein yang terdapat dalam sabun, sehingga nutrisi disini mempunyai dua level, dimana yang menjadi level (+) pada faktor nutrisi yaitu kandungan sabun pekat ( pada eksperimen wadah diberi 2 tetes sabun cair) sedangkan yang menjadi level (-) pada faktor nutrisi yaitu kandungan sabun yang encer(pada eksperimen wadah diberi 1 tetes sabun cair). 3. Volume Air Faktor terakhir yaitu volume air, pemilihan volume air dikarenakan ingin diketahuinya apakah ada pengaruh volume air terhadap laju pertumbuhan jentik nyamuk, volume air disini mempunyai dua level, dimana yang menjadi level (+)
15

16

pada faktor volume air yaitu penuh ( pada eksperimen wadah diberi air sampai penuh) sedangkan yang menjadi level (-) pada faktor volume air yaitu tidak penih (pada eksperimen wadah diberi air setengah wadah). Berikut pada tabel 3.1 merupakan hasil eksperimen banyak jentik nyamuk yang dihasilkan terhadap ketiga faktor tersebut.

Tabel 3.1 Hasil eksperimen banyaknya jentik nyamuk terhadap ketiga faktor

1 lapis Cahaya 2 lapis

Volume air 120 mL 240 mL Nutrisi Nutrisi 1 tetes 2 tetes 1 tetes 2 tetes 18 12 15 10 20 15 18 13 25 16 24 12 23 18 26 15

3.2 H0

Pengolahan Data : Tidak ada perbedaan/pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap banyaknya jentik nyamuk.

H1

: Terdapat perbedaan/pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap banyaknya jentik nyamuk.

: 0,05 ( Tingkat Kepercayaan 95%)

Daerah Kritis : Fhitung (cahaya;volume air;nutrisi) > Ftabel Derajat kebebasancahaya Derajat kebebasanvolume air Derajat kebebasannutrisi = a - 1 = 2 -1 = 1 = b - 1 = 2 -1 = 1 = b - 1 = 2 -1 = 1

17

Perhitungan :

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan

1 lapis Cahaya (A) Total 2 lapis

Total B X C Total y.jk. y.j..

Volume (B) 120 mL 240 mL Nutrisi (C) Nutrisi (C) 1 tetes 2 tetes 1 tetes 2 tetes yi.. 18 12 15 10 121 20 15 18 13 38 27 33 23 25 16 24 12 159 23 18 26 15 48 34 50 27 86 61 83 50 280 = y 147 133

AXB Totals yij.. B A 120 Ml 240 mL 1 lapis 65 56 2 lapis 82 77

AXC Totals yi.k. C A 1 tetes 2 tetes 1 lapis 71 50 2 lapis 98 61

Maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut : Faktor Koreksi = = 2 2 2 2 = 4900


2 280 2

= 5266 4900 = 366

18

SScahaya = 2 2 2 ( 1212 + 1592 ) 4900 = 90,25

SSvolume air = 2 2 2 ( 1472 + 1332 ) 4900 = 12,25

SSnutrisi = 2 2 2 ( 1692 + 1112 ) 4900 = 210,25

= 2 2 ( 652 + 562 + 822 + 772 ) 4900 90,25 12,25 = 1

= 2 2 ( 712 + 502 + 982 + 612 ) 4900 90,25 210,25 = 16

19

= 2 2 ( 862 + 612 + 832 + 502 ) 4900 12,25 210,25 = 4

= 2 ( 382 + 272 + 332 +......+ 272 ) 4900 90,25 12,25- 210,25 -1-16-4 = 6,25

= 366 340 = 26

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Derajat Kebebasan

Source Cahaya Volume Nutrisi AB AC BC ABC Error Total

SS 90,25 12,25 210,25 1 16 4 6,25 26 366

DoF 1 1 1 1 1 1 1 8 15

MS 90,25 12,25 210,25 1 16 4 6,25 3,25

Fhitung 27,76923 3,769231 64,69231 0,307692 4,923077 1,230769 1,923077

Fhitung cahaya (A) = MScahaya/ MSerror = 90,25/3,25 = 27,769 Fhitung volume air (B) = MSvolume air/ MSerror = 12,25/3,25 = 3,769 Fhitung nutrisi (C) = MSnutrisi/ MSerror = 210,25/3,25 = 64,69 Fhitung
(ABC) = MSnutrisi/

MSerror = 6,25/3,25 = 1,923

20

Keputusan Fhitung
(AC)

: diketahui Ftabel Fhitung


(BC),

(1,8)

= 5,32 maka dapat disimpulkan karena Fhitung lebih kecil dibandingkan Ftabel
(1,8)

(AB) ,

Fhitung

(ABC)

= 5,32, maka H0

diterima. Kesimpulan : karena H0 diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

antara cahaya, volume air serta nutrisi terhadap jumlah jentik nyamuk. Dari keputusan di atas diketahui bahwa kandungan air sabun mempengaruhi jumlah jentik nyamuk. Namun dari percobaan di atas diketahui bahwa jumlah jentik nyamuk yang banyak berada pada kandungan sabun yang sedikit. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah kandungan sabun menandakan pH air basa. Sedangkan telur nyamuk atau jentik nyamuk tidak mampu bertahan hidup dalam kandungan air yang terlalu basa karena kandungan air yang terlalu basa bukan tempat hidup bagi si jentik nyamuk. Sedangkan banyak sedikitnya volume air mempengaruhi banyak sedikitnya jentik nyamuk. Semakin banyak air yang berada pada wadah maka jumlah jentik nyamuk pada wadah semakin banyak. Hal ini dikarenakan ruang gerak bagi si nyamuk untuk menaruh telurnya semakin luas. Intensitas cahaya yang diberikan pada wadah mempengaruhi jumlah jentik nyamuk pada wadah. Wadah yang diletakkan di tempat gelap maka jumlah jentik nyamuknya semakin banyak. Hal ini dikarenakan nyamuk menyukai tempat yang gelap dan mengakibatkan nyamuk dapat bertahan hidup dalam intensitas cahaya yang sedikit.

BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1.

Dari percobaan di atas diketahui bahwa ketiga faktor (nutrisi, cahaya, dan volume air) mempengaruhi banyaknya jumlah jentik nyamuk pada wadah

2.

Dari penelitian yang telah dilakukan jumlah jentik nyamuk pada ketiga faktor berbeda-beda. Pada kandungan sabun sedikit, intensitas cahaya rendah dan volume air banyak jumlah jentik nyamuk banyak. Dan pada kandungan sabun banyak, intensitas cahaya tinggi, volume air rendah jumlah jentik nyamuk sedikit.

3.

Dalam percobaan ini tidak diketahui adanya faktor dominan terhadap laju pertumbuhan nyamuk

4.2

Saran 1. Dalam melakukan percobaan lebih baik mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya jumlah jentik nyamuk 2. Untuk intensitas cahaya lebih baik untuk mengatur gelapnya menggunakan kain berwarna hitam 3. Dalam melakukan penelitian hendaknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan jumlah jentik nyamuk, mengingat ukuran jentik nyamuk yang kecil

21

Anda mungkin juga menyukai