Anda di halaman 1dari 29

Bab II LANDASAN TEORI

II.1

Bank

II.1.1. Pendahuluan Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sejalan dengan bentuk usahanya tersebut maka bank merupakan segmen usaha yang banyak diatur oleh pemerintah. Karena bank dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan merupakan suatu sasaran pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti kebijakan moneter. II.1.2. Pengertian Bank Atau Lembaga Intermediasi Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 mendefinisikan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masayarakat banyak. Menurut PSAK No. 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999:31.1) menyatakan, Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak pihak yang memiliki kelebihan dana serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 menyatakan,Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan panyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Mengacu pada pendapat Dahlan Siamat (2004) pengertian bank dapat dikemukakan bahwa bank dalam melakukan usahanya lebih ditekankan terutama pada kegiatan menghimpun dana dalam bentuk simpanan merupakan sumber dana bank. Demikian dari segi penyimpanan dananya, hendaknya bank tidak semata mata memberikan keuntungan yang sebesar besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahakan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia. II.2. Bank Syariah

II.2.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Dahlan Siamat (2004) mendefinisikan, Bank syariah adalah yang dalam menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip prinsip prinsip hukum atau syariah islam dengan mengacu kepada Al Quran dan Al Hadist (h.183) Mengacu pada pendapat Yusuf Qardhawi (2001),Bank syariah adalah suatu institusi keuangan (bank) yang bekerja dengan cara yang adil dan transparan di bawah pembinaan dan pengawasan moneter pemerintah (Dewan Syariah Nasional). Mengacu pada pendapat Dahlan Siamat (2004) pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan pada prinsip prinsip 2

hukum atau syariah islam. Berusaha sesuai dengan prinsip syariah dimaksudkan beroperasi mengikuti ketentuan ketentuan syariah islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara islam misalnya dengan menjauhi paktek praktek yang berunsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan. Sedangkan kegiatan usaha yang mengacu kepada Al Quran dan Al Hadist dimaksudkan adalah dalam melakukan kegiatan operasi mengikuti larangan dan perintah yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW. Pertama tama perlu dipahami betul bahwa bank syariah bukanlah sistem perbankan Arab. Bank syariah merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan ketentuan syariah islam. Oleh karena itu praktek bank syariah ini bersifat universal, artinya negara manapun dapat melakukan kegiatan di dalam sistem perbankan syariah dalam hal : a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat

sehubungan dengan penggunaan dana dari masyarakat yang dipercayakan kepadanya. b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik intuk keperluan investasi maupun modal kerja. c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh bank syariah. II.2.2. Kelembagaan dan Perizinan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dapat melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan 3

prinsip syariah. dengan demikian bank yang melaksanakan kegiatan usaha syariah dapat berupa bank umum maupun bank perkreditan rakyat. Peluang untuk membuka kantor bank umum syariah dan BPR syariah pada dasarnya dapat dilakukan sebagai berikut : Tabel 2.1 NO 1 2 3 Pembukaan Bank Syariah Bank syariah baru Konversi dari kantor pusat bank konvensional Konversi dari bank kantor cabang Bank Umum BPR -

konvensional Kantor cabang bak

syariah

(baru) dari

konvensional Peningkatan status dari konversi kantor cabang pembantu bank konvensional menjadi kantor cabang syariah Sumber : Bank Indonesia

Sebelum melakukan kegiatan usaha perbankan syariah bank perlu memperoleh dua tahap izin dari Bank Indonesia, yaitu persetujuan prinsip dan izin usaha.untuk memperoleh persetujuan prinsip dan izin usaha tersebut, pendiri atau direksi bank mengajukan permohonan kepada Dewan Gubernur Bank Indonesia. II.2.3. Permodalan Sistem permodalan bank syariah terdiri dari :

1. Bank Umum Syariah Pendiri bank umum syariah baru wajib memenuhi persyaratan permodalan sebagai berikut : a. Jumlah minimum modal disetor adalah sebesar Rp. 3 Triliun. b. Sumber dana untuk modal disetor bank baru tidak boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bak atau pihak lain di Indonesia. c. Sumber dana modal disetor juga tidak boleh berasal dari sumber yang diharamkan menurut ketentuan syariah termasuk dari dan untuk tujuan pencucian uang (money laundring). Bagi bank umum konvensional yang membuka kantor cabang syariah wajib menyediakan modal kerja untuk setiap kantor. Modal kerja yang dimaksudkan adalah modal kerja yang disisihkan oleh bank dalam suatu rekening tersendiri atas nama pimpinan Unit Usaha Syariah yang dapat digunakan untuk membayar biaya kantor dan hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan non operasional kantor cabang syariah. besarnya modal kerja dimaksud sekurang kurangnya : a. Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk setiap kantor cabang syariah berkedudukan di wilayah jabodetabek ; atau b. Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap kantor cabang syariah yang berada di luar wilayah jabodetabek. 2. Bank Perkreditan Rakyat Syaria Persyaratan permodalan untuk BPRS baru sama dengan BPRS konvensional, yaitu sekurang kurangnya sebesar : 5

a. Rp. 2 miliar rupiah untuk BPRS yang didirikan di wilayah Jabodetabek dan Karawang. b. Rp. 1 miliar rupiah yang didirikan di wilayah ibukota propinsi dan di luar wilayah tersebut pada huruf (a). c. Rp. 500 juta untuk BPRS yang didirikan di wilayah lainnya. 3. Unit Unit Usaha Syariah Kantor kantor cabang syariah dari bank umum konvensional pada dasarnya merupakan unit yang mempunyai karakteristik kegiatan usaha yang berbeda, serta mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor kantor konvensionalnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu untuk kerja yang khusus yang disebut dengan Unit Usaha Syariah (UUS) yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah. unit tersebut berada di kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu tingkat di bawah direksi. Secara umum tugas UUS mencakup : a. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah. b. Melaksanakan kegiatan treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor kantor cabang syariah. c. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah d. Melaksanakan tugas penatausahaan laporan keuangan kantot kantor cabang syariah.

II.2.4. Tujuan Perbankan Syariah Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institute Bankir Indonesia (2003), tujuan utama bank syariah seharusnya adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, investasi sesuai dengan prinsip islam. II.2.5. Perbedaan Sistem Bunga Dengan Syariah Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Bunga dan Prinsip Syariah No 1 Unsur Perbedaan Dasar perjanjian penentuan bunga / imbalan 2 Dasar perhitungan bunga / imbalan Presentase tertentu dari total dana yang dipinjamkan kepada nasabah. 3 Kewajiban pembayaran bunga / imbalan a. Pembayaran bunga tetap harus dibayar, meskipun usaha nasabah mengalami kerugian. Sistem Bunga Perjanjian pengenaan bunga tidak berdasarkan keuntungan atau kerugian. Prinsip Syariah Perjanjian imbalan berdasarkan pada keuntungan atau kerugian. Besarnya nisbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah. a. Pembayaran imbalan dilakukan apabila nasabah memperoleh keuntungan. Sebaliknya bila rugi, jumlah kerugian / resiko 7

b. Besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah yang 4 Persyaratan jaminan pembiayaan 5 Objek pembiayaan diperkirakan. Perjanjian umumnya memerlukan penyerahan jaminan berupa barang / harta nasabah. Jenis usaha yang dibiayai tidak 6 Pandangan prinsip syariah terhadap sistem bunga dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan (bankable). pembayaran / pengenaan bunga oleh kreditur kepada Sumber : Dahlan Siamat, 2004

b. besarnya imbalan berubah sesuai dengan besar kecilnya keuntungan yang didapat nasabah. Persyaratan jaminan tidak mutlak dilakukan. Jenis usaha yang dibiayai harus sesuai dengan ketentuan syariah. Pembayaran imbalan berdasarkan bagi hasil sifatnya halal.

II.2.6. Kegiatan Operasional Bank Syariah Kegiatan operasional Bank Syariah dalam penghimpun dana dan penanaman dana maupun pemberian jasa jasa perbankan berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Bank Indonesia (1999) adalah sebagai beikut :

1. Penghimpun Dana Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpun dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya dapat melayani tabungan dan deposito. Namun demikian mekanisme operasional penghimpun dana ini harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpun dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah. Prinsip Wadiah, adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang. Prinsip Mudharabah adalah perjanjian antara bank syariah dengan penyedia dana dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung penyedia dana kecuali kerugian akibat kesalahan yang disengaja, kelalaian, dan atau pelanggaran kesepakatan yang dilakukan oleh pengelola dana. Tabel 2.3 Istilah Penghimpun dana No 1 2 3 4 9 Produk Bank Giro Tabungan Deposito Simpanan khusus Prinsip Syariah Wadiah yad Dhamanah Wadiah yad Dhamanah dan mudharabah Mudharabah Mudharabah muqayyadah

2. Penyalur dana Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati hatian. Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar ada 4 kelompok prinsip operasional syariah, yaitu prinsip jual beli (Bai), sewa beli (Ijarah wal Iqtina), Bagi hasil (Syirkah) dan pembiayaan lainnya. a. Prinsip jual beli (Bai) Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati antara bank syariah sebagi penjual dengan nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan secara tangguh. Salam adalah perjanjian jual beli barang yang pembayarannya lunas dimuka oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah sebagai penjual yang bekewajiban menyerahkan barang pesanan berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, dan barang tersebut akan dijual kembali oleh bank kepada pihak lain. Istishna adalah jual beli barang berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh oleh nasabah sebagai pembeli kepada bank sebagai penjual setelah barang pesanan diterima oleh nasabah. b. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa Iqtina / Ijarah Muntahiyyah Bittamlik) Ijarah wa iqtina adalah akad sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli 10

objek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Musyarakah adalah perjanjian anatar bank syariah sebagai penyedia dengan penyedia dana lainnya untuk membiayai usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan dengan penyedia dana berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua penyedia dana berdasarkan porsi dana masing masing pihak. Mudharabah Mutlaqah, pada dasarnya mudharib diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal.mudharib tidak dibatasi baik mengenai tempat, tujuan, maupun jenis usahanya. Mudharabah Muqayyadah,pada dasarnya shahibul maal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib baik mengenai tempat, tujuan, maupun jenis usaha. Dalam skim ini mudharib tidak diperkenankan untuk mencampurkan dengan modal atau dana lain. Pembiayaan ini antara lainn digunakan untuk investasi khusus dan reksadana. d. Pembiayaan lain Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak pihak peminjam melakukan pengembalian pokok pinjaman tanpa imbalan yang diperjanjikan dimuka secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

11

Hiwalah (anjak piutang), tujuannya adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dengan cara mengalihkan piutangnya kepada bank . Bank mendapat imbalan atas pengalihan piutang tersebut. Rahn (gadai), tujuannya untuk membantu nasabah dalam

pembiayaan kegiatan multiguna. Tabel 2.4 Penyaluran dana dan jasa perbankan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 pembiayaan ekspor anjak piutang letter of credit garansi bank inkaso, transfer pinjaman sosial surat berharga safe penyerta an sewa beli pembiayaan modal kerja pembiayaan proyek pembiayaan sektor pertanian pembiayaan untuk akuisisi aset mudharabah, musyarakah, murabahah hiwalah wakal ah kafala h wakalah dan hawalah qardhul hasan Bank Produk dana talangan Qardh musyarakah ijarah muntahiya bittamalik mudharabah, musyarakah, murabahah mudharabah atau musyarakah bai as salam ijarah muntahiya bittamalik Prinsip Syariah

12

II.3 Analisis Kinerja Bank Tujuan fundamental perbankan syariah mengacu pada pendapat Tim

Pengembangan Perbankan Syariah, Institute Bankir Indonesia ( 2003), adalah untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, financial, komersial, investasi sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariah islam. Berdasarkan Mudrajat (2002), Namun tujuan bisnis perbankan syariah tidak berbeda dengan perbankan konvensional yaitu memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat dengan menggunakan prinsip syariah. Bagi pemilik saham menanamkan modalnya pada bank dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan berupa deviden atau mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya harga pasar saham yang dimilikinya. Mengacu pada Sri Y Susilo (2000), Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan Kepercayan dan loyalita pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh

13

kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya juga sangat tipis. Tentu sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan karena para pemilik dana dapat menghancurkan suatu bank, yaitu apabila dana besar yang disimpan pada suatu bank kemudian pada saat yang bersamaan ditarik seluruhnya secara serentak seperti kasus krisis moneter yang terjadi di Asia khususnya di Indonesia pada tahun 1997. penilaian terhadap kinerja bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya, laporan keuangan bank berupa neraca dapat memberikan informasikepada pihak di luar bank, misalnya bank sentral sebagai pihak regulator, investor, manager bank. Teori manajemen keuangan menunjukan banyak variasi index untuk mengukur kinerja suatu bank, salah satunya adalah rasio keuangan. Berdasarkan beberapa literatur yang ada, penggunaan rasio keuangan merupakan cara yang paling umum, mudah, dan banyak digunakan dalam pengukuran kinerja suatu bank (performance measurement). Begitu pula halnya bank banking

syariah di Indonesia, hingga saat ini

analisis rasio bank syariah di Indonesia hingga saat ini masih menggunakan aturan yang berlaku di Bank konvensional (Muhammad, 2005). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan rasio keuangan seperti rasio permodalan, aktiva produktif, rentabilitas, dan likuiditas. II.4. Perbandingan Kinerja Bank Menurut Samad dan Hassan (2000) dan Muhammad (2005), ada dua metode untuk membandingkan kinerja suatu bank yaitu : 1. Inter-temporal performance analysis (perbandingan internal) Metode ini digunakan untuk membandingkan rasio periode sekarang dengan periode lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama. 14

Periode dibagi menjadi 2, misalnya periode awal dan periode akhir. Masing masing variable dari kedua periode tersebut dibandingkan menggunakan uji statistik, misalnya t- test atau alat uji statistik lainnya. Metode ini pernah digunakan oleh Meinster, David, dan Alyasiani (1994), sebagai contoh perbandingan kinerja BMI dengan menggunakan metode CAMEL pada awal periode dan akhir pendiriannya. 2. Inter-bank performance analysis (perbandingan eksternal) Metode ini digunakan untuk membandingakan rasio perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dalam rata rata industri pada suatu variable yang sama. Masing masing variable kedua kelompok bank dibandingan menggunakan alat uji statistik, misalnya normalitas data, homogenitas data (levenes test), independent t-test, atau lainnya. II.5 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Kinerja Bank Manijeh Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank domestik dan bank asing pada masa transisi ,menuju ekonomi yang berorientasi pasar (market oriented economy) di Hungaria periode 1992 1993. ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : profitabilitas, likuiditas, dan komitmen terhadap ekonomi domestik. Signifikansi perbedaan kinerja tersebut diuji dengan students and kruskal wallis test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingakan dengan bank lokal profitabilitas bank asing lebih tinggi sedangkan likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil. Penelitian tersebut menjadi rujukan bagi Chantapong (2003) untuk

membandingkan kinerja bank domestik dengan bank asing di Thailand setelah

15

krisis keuangan melanda asia tenggara pada tahun 1997. data yang digunakan adalah rasio keuangan, yang dihitung dari dua kelompok bank selama periode 1995 2000. signifikansi perbedaan kedua jenis bank diuji dengan analisis regresi menggunakan Generalized Least Square (GLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing mempunyai tingkat profitabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan bank domestik. Namun demikian angka profitabilitas bank asing dan bank domestik di Thailand menunjukkan peningkatan sebelum krisis, bahkan perbedaan tersebut semakin kecil atau bahkan tidak ada perbedaan setelah krisis. Samad dan Hasan (2000), melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan menggabungkan metode inter- temporal analysis dan inter-bank analysis. Metode intertemporal analysis digunakan untuk membandingkan kinerja bank islam Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Signifikansi perbedaan diuji

dengan t-test. Hasilnya menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Sesuai dengan prinsip high risk high return, tingginya profitabilitas di akhir periode diduga karena porsi pembiayaan (mudharabah dan musyarakah) semakin membesar. Adapun inter-bank analysis digunakan untuk

membandingkan kinerja BIMB dengan delapan bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997. signifikansi perbedaan diuji dengan F test (ANOVA). Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif baik dan resiko lebih kecil dibandingkan delapan bank konvensional. Penelitian tersebut menjadi rujukan bagi Ibnu Fallah (2004) untuk membandingkan kinerja bank Muamalat Indonesia dengan tujuh bank di Indonesia. Data yang digunakan adalah rasio keuangan yaitu CAR, ROA, ROE, NPL, LDR,

16

dan BOPO, yang dihitung dari dua kelompok bank selama periode 1994-2003. Metode inter-bank analysis digunakan untuk membandingkan kinerja BMI dengan tujuh bank konvensional. Signifikansi perbedaan kedua jenis bank diuji dengan alat uji independent samples t- test yang dilanjutkan dengan Comparing means untuk mengidentifikasi perbedaan antara bank secara detail. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMI mempunyai tingkat profitabilitas (ROA dan ROE), likuiditas (LDR), dan kualitas aset (NPL) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuh bank konvensional. Namun demikian tingkat permodalan (CAR) tujuh bank konvensional di Indonesia menunjukkan nilai yang lebih baik dari BMI. Penelitian Sabi (1996), Chantapong (2003), Samad dan Hasan (2000) meskipun dapat mengidentifikasi perbedaan dua kelompok bank, namun alat uji statistik yang digunakan tidak dapat menjelaskan perbedaan antar kelompok bank secara detail. Bahkan kesimpulan samad dan hasan yang menyatakan pembiayaan mudharabah dan musyarakah BIMB di akhir periode lebih besar dibandingkan awal periode. Menurut Ibnu Fallah (2004) pernyataan tersebut secara statistik tidak dapat dipertanggungjawabkan. Temuan bahwa penelitian profitabilitas BIMB di akhir periode lebih tinggi dibanding awal periode bukan berarti sebuah kepastian bahwa pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang disalurkan lebih besar. Sumber profit BIMB tidak hanya dari kedua jenis pembiayaan tersebut, melainkan dapat bersumber dari produk murabahah, salam, istishna, ijarah, qardh, dan produk atau jasa lainnya.

17

Muhammad Ali Zulkarnain (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untik menganalisis perbandingan kinerja bank syariah di Indonesia antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank SyariahMandiri dengan menggunakan metode CAMEL pada periode 2001 2005. rasio kinerja keuangan yang digunakan pada metode CAMEL adalah CAR yang mewakili rasio permodalan, NPL mewakili rasio kualitas aktiva produktif, ROA dan ROE yang keduanya mewakili rasio rentabilitas, dan FDR yang mewakili rasio likuiditas.untuk membuktikan hipotesis awal yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja BMI dengan BSM. Peneliti menggunakan uji statistik independen sampel t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kedua kinerja bank syariah dengan menggunakan metode CAMEL, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan.pada a = 5 %. Namun secara deskriptif kinerja BSM lebih baik dibandingkan kinerja BMI dimana BSM lebih baik pada 4 rasio keuangan yaitu CAR, NPL, ROA, dan ROE sedangkan BMI relatif lebih baik pada rasio ROE. II.6. Rasio Keuangan Bank Pengertian Umum Menurut Keown (2000), Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisis keuangan (h.108). Sedangkan Bambang Riyanto (1999), Rasio keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical Term yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.(h.263) Analisis rasio keuangan merupakan instrumen prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang

II.6.1.

18

ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuanganatau prestasi masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan

yang bersangkutan. Makna dan penggunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dalam konteks apa analisis diaplikasikan, Helfert (1991). Untuk menilai kinerja keunangan perbankan, menurut Supriyanto (1998 2000) yang secara berkala melakukan rating terhadap kinerja bank dengan menggunakan rasio rasio keuangan tertentu. Rasio rasio keuangan yang digunakan memiliki kesamaan kriteria dengan metode CAMEL yang digunakan oleh peneliti dalam menilai kinerja bank. II.6.2 Metode CAMEL Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bank, metode CAMEL adalah metode standar yang digunakan oleh Bank Sentral di seluruh dunia. Bank sentral diseluruh negara mempunyai kewajiban dan wewenang untuk menjaga dan mengendalikan bank bank yang ada di dalam industri perbankannya. Untuk melakukan kontrol terhadap kinerja makan bank sentral mewajibkan bank bank yang mengirimkan laporan keuangan secara berkala baik berupa laporan keuangan mingguan, triwulanan, semesteran, maupun laporan tahunan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio keuangan dengan metode CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity, sesuai dengan Standart Bank For International Settlement, Peraturan Bank

19

Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 dan surat edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum. Dimana penilaian kondisi suatu bank telah mengalami perubahan ke arah penilaian yang berbasis resiko. Secara lebih rinci pokok pokok penilaian dalam setiap komponen metode CAMEL, yaitu : 1. Capital (rasio permodalan / kecukupan modal) Menurut Bank Indonesia (2004), modal merupakan salah satu rasio yang sangat vital dan sangat penting untuk menunjang pengembangan usaha dan penanggulangan resiko kerugian yang mungkin ditanggung oleh bank dalam menjalankan operasionalnya sangat bergantung pada modal yang dimilikinya. Menurut Zainuddin dan Hartono (1999), Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Bank indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan perturan No. 3/21/PBI/2001 dan No. 8/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank umum yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang menetapkan CAR minimum sebesar 8 %. Bagi bank yang CAR nya di bawah 8% maka bank yang bersangkutan harus menambah modalnya baik berupa

20

penambahan modal disetor oleh pemilik atau merger dengan bank yang memiliki kelebihan CAR. Rumus perhitungan CAR adalah :

Capital Adequacy Ratio = modal inti + modal pelengkap (CAR)

x100 %

Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)

2. Assets Quality (rasio kualitas asset) Menurut Zainuddin dan Hartono (1999), asset Quality menunjukan hubungan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Menurut Syahyunan (2004), aktiva yang produktif ,karena penempatan dana bank tersebut di atas adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Ada empat macam aktiva produktif, antara lain: Kredit yang diberikan Surat surat berharga Penempatan dana pada bank lain Penyertaan Semua dalam menanamkan usaha dana tersebut mengundang resiko dimana tidak terbayar kembali atas kredit yang telah diberikan. Sementara ini penanaman modal dalam bentuk kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan aktiva secara keseluruhan.

21

Karena itu pengamatan dan analisis tentang bagaimana kualitas dari aktiva produktif harus dilakukan terus menerus. Berdasarkan SK Direksi bank Indonesia nomor 31 / 147 / kep / dir tanggal 12 november 1998 tentang kwalitas aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam

benntuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi kepada trnsaksi rekening administratif. Dalam pasal 14 ayat 1 disebutkan, ketentuan dalam keputusan surat tersebut berlaku juga bagi bank syariah, demikian juga penilaian kwalitas aktiva produktif (KAP) bagi bank umum konvesional dan bank umum syariah keduanya menggunakan acuan yang sama yaitu didasarkan atas : Prospek usaha Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur Kemampuan membayar Berdasarkan ketiga faktor tersebut, kredit yang diberikan bank kepada nasabah dapat dibedakan menjadi lima kelompok kolektibilitas. Berikut ini kelompok kolektibilitas yang dinilai berdasarkan kemampuan membayar : Lancar Dalam perhatian khusus Kurang lancar

22

Diragukan Macet Dari kelompok kolektibilitas tersebut, yang terakhir merupakan kredit

macet atau NPL (non performing loan). Besaran NPL ditujukan dengan persentase perbandingan kredit bermasalah dengnan seluruh kredit atau pembiayaan yang dikucurkan bank. Walaupun peraturan kap bagi bank syariah telah dikeluarkan, yaitu peraturan bank indonesia nomor 5 / 7 / PBI / 2003 tanggal 19 mei 2003 tentang kwalitas aktiva produktif bagi bank syariah dalam menghitung NPL peneliti masih menggunakan ketentuan SK direktur BI tersebut diatas. Rumus perhitungan NPL = kredit yang bermasalah x 100 %

total kredit yang dikucurkan NPL atau tingkat kredit macet menunjukan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit ysng mereka kucurkan ke masyarakat. NPL jugs merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan peraturan surat edaran bank Indonesia nomor 6 / 23 / DPNP tanggal 31 mei 2004 yang menetapkan NPL maksimum 5 %. Semakin rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang macet pada bank tersebut semakin kecil, begitupun sebaliknya semakin tinggi

23

NPL suatu bank maka akan semakin besar kredit macet pada bank tersebut. 2 . Management (rasio manajemen ) Menurut menunjukan Zainuddin kemampuan dan Hartono (1999), bank kualitas manajemen

management

untuk

mengidentifikasi,

mengawasi, mengontrol resiko-resiko yang timbul melalui kebijakankebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Menurut bank Indonesia (2004) management bank biasanya dinilai dari tiga aspek utama : management government penerapan system management resiko yang mencakup umum, dinilai dari praktek good corporate

pengawasan aktiv dewan komisaris dan direksi, kecukupan kebijakan prosdur identifikasi dan penetapan resiko limit, dan kecukupan system proses informasi

pengendalian

management resiko, system pengendalian interen yang menyeluruh. Kepatuhan bank mencakup batas maksimum pemberian kredit (BMPK), posisi devisa netto atau PDN dan lain sebagainya. 3 Earning ( rasio rentabilitas ) Menurut Zainuddin dan Hartono (1999) rasio rentabilitas menunjukan kemampuan bank dalam meningkatkan laba usahanya yang dicapai. Bank yang mempunyai kinerja baik adalah bank yang

24

diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Dalam penelitian ini rasio rentabilitas yang digunakan adalah ROA dan ROE. ROA (Return On Asset) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan upaya untuk melakukan efisiensi oleh manajemen secara keseluruhan. Rumus perhitungan ROA ( Return On Asset) yaitu : Return On Asset = Laba Sebelum Pajak x 100 % Rata - Rata Total Asset ROE (Return On Equity) ROE (Return On Equity) atau pengembalian atas ekuitas. Rasio ini mempunyai arti yang sangat penting untuk mengukur kemampuan dalam menajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Rumus perhitungan ROE (Return On Equity) yaitu : Return On Equity = Laba Setelah Pajak Rata Total Modal x 100 % Rata

4 Liquidity ( Rasio Likuiditas ) Menurut Zainuddin dan Hartono (1999), liquditas menunjukan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang, pengaturan liquiditas bank terutama dimaksudkan agar setiap bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera

dibayar. Rasio liquiditas adalah rasio yang menunjukan

25

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek. Salah satu rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan To Deposit Ratio (LDR). Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit

( pembiayaan ). Hal ini penting mengingat lembaga perbankan secara operasional mendasarkan kemampuan operasionalnya pada kredibilitas, khususnya dalam mengatur kondisi liquiditasnya. Rumus perhitungan LDR = Kredit (pembiayaan) x 100 % Dana pihak ketiga Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan surat edaran bank Indonesia nomor 6 / 23 / DPNP tanggal

31 mei 2004, yang menetapkan LDR berkisar antara 85 % sampai 100 %. Semakin tinggi LDR semakin meningkatnya ekspansi kredit bank namun tidak diimbangi dengan pengumpulan dana pihak ketiga, atau dari sisi lain berarti dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank menurun. Sementara itu bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank tersebut tidak manjalankan fungsinya dengan baik. Bank- bank seperti ini umumnya hanya menampung dana pihak ketiga, untuk mencari profit tanpa menyalurkan kredit kepada masyarakat.

26

II.7. Metode Analisis Data II.7.1. Pengertian Metode Penelitian Menurut Prof.Dr.Sugiyono (1999), Metode penelitian bisnis adlah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

dalam bidang bisnis. II.7.2. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat beberapa macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini dan peneliti menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilam sampel dari populasi itu diberlakukan secara random (Sugiyono,1999). Pada statistik Inferensial, terdapat statistik parametris dan non parametris. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik statistik parametris dalam proses pengambilan keputusan. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sample. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang dianalisis

27

harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengaharuskan data homogen. Jenis jenis metode statistik parametris yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Uji Normalitas Data Uji Kolmogrov Smirnov atau Uji Lilliefor Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas kelas interval (Sugiyono,1999). Uji ini merupakan salah satu cara mendeteksi normalitas suatu data (Singgih Santoso: 169). Q-Q Plot Q-Q Plot merupakan gambaran deskriptif dari data yang telah diolah. Data dapat dikategorikan normal, apabila penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik menyebar disekitar garis normal. 2. Uji F (Levenes Test) Uji ini digunakan untuk mengetahui ragam (varians) data untuk menentukan suatu data bersifat homogen atau tidak. 3. Uji Beda atau Uji Signifikan Independent Sampel T Test Uji ini digunakan untuk mengetahui beda rata rata suatu data yang dianalisis. Karakter pengujiannya adalah : a. Data yang diuji berdistribusi normal

28

b.

Varians data bersifat homogen Jika salah satu dari karakter pengujiannya terpenuhi, maka uji ini dapat

dilakukan. Mann-Whitney U Test U-test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif bila datanya berbentuk ordinal. Uji ini merupakan cara untuk menguji data dengan metode statistik non parametrik, artinya apabila suatu data tidak memenuhi kategori t-test, maka uji beda ini merupakan strategi alternatif untuk menguji signifikan suatu data.

29

Anda mungkin juga menyukai