Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN KE-4

PENGANTAR MAKRO EKONOMI TEORI KEYNES DAN KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR

1. Pandangan ahli ekonomi klasik Perekonomian 2 (dua) sektor adalah suatu perekonomian yang diasumsikan hanya terdiri dari sektor rumah tangga (household) dan sektor perusahaan (business). Perekonomian dua sektor juga disebut sebagai perekonomian sederhana tertutup. Dinamakan sederhana karena perekonomian tersebut hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Tertutup karena didalam perekonomian tersebut tidak ada hubungan ekonomi (perdagangan) dengan dunia internasional. Dalam perekonomian 2 (dua) sektor arus melingkar dari aktivitas ekonomi (circular flow of economic activities) mempunyai sifat sebagai berikut : 1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memperoleh pendapatan (income payment) yang berupa : gaji dan upah, sewa, bunga dan laba. 2. Sebagai besar pendapatan (income payment) yang diterima oleh sektor rumah tangga akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (consumption expenditure) yaitu : untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan. 3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi, oleh sektor rumah tangga akan ditabung dalam badan (lembaga) keuangan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

4. Sektor perusahaan (business sector) yang memerlukan modal untuk kegiatan investasi meminjam tabungan yang dikumpulan oleh lembaga keuangan dari sektor rumah tangga (household). Dalam model makroekonomi yang sederhana ini diperoleh asumsi bahwa pengeluaran agregat (aggregat expenditure, AE) terbagi menjadi 2 (dua), yaitu pengeluaran untuk barang-barang konsumsi (consumption expenditure) dan pengeluaran untuk barang-barang modal (Investasi). Selain dari itu, juga diasumsikan bahwa penerima (income) yang diterima oleh sektor rumah tangga, akan dikeluarkan untuk barang-barang konsumsi dan sisanya untuk ditabung. sama dengan jumlah penerimaan. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) AD = C + 1 Dimana AD C (2) = Agregat demand (permintaan agregat) = Pengeluaran konsumsi rumah tangga (masyarakat) Selain itu suatu perekonomian akan mencapai kondisi kesimbangan, apabila jumlah pengeluaran

I = Pengeluaran investasi yang dilakukan oleh sektor perusahaan Y=C+S Dimana Y = Notasi (simbol) untuk penerimaan agregat yang nilainya sama dengan pendapatan nasional. S (3) = Jumlah tabungan (saving) yang dilakukan oleh masyarakat.

Pengeluaran (Permintaan) Agregat = Penerimaan Agregat AD C+I I =Y =C+S =S

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Dari persamaan-persamaan diatas akan diperoleh syarat keseimbangan dalam model makroekonomi sederhana (perekonomian dua sektor) berikut ini : (1) AD (2) S =Y=C+I = I (Kebocoroan=Injeksi)

Fungsi Konsumsi Pengeluaran konsumsi yang dibahas oleh makroekonomi, adalah pengeluaran konsumsi agregat, yaitu pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh seluruh rumah tanggan (masyarakat) yang terdapat didalam suatu perekonomian. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (baik perorangan maupun secara keseluruhan) dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya adalah pendapatan, ekspektasi mengenai keadaan dimana yang akan datang, tingkat harga, suku bunga, dan lainlain. Dari beberapa faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah tingkat pendapatan yagn siap dibelanjakan (disposibel income). Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan disposibel adalah pendapatan yang secara aktual tersedia bagi rumah tangga untuk dibelanjakan. Jadi pendapatan disposibel (Yd) adalah pendapatan perorangan dikurangi pajak. Yd = Y T (Tax) + Tr (Transfer Pemerintah). Karena didalam perekonomian 2 sektor tidak ada peranan pemerintah, maka tidak ada pungutan pajak ( T=0), sehingga Yd = Y 0 atau Yd = Y. (dan tidak ada transfer pemerintah (Tr=0). Sifat hubungan antara pengeluaran konsumsi ( C ) dengan tingkat pendapatan disposibel yang mempengaruhinya, dijelaskan oleh pernyataan John Maynard Keynes berikut ini : As income increase consamption will increase, but not by as much as th increase in income. Semakin tinggi pendapatan disposibel yang diterima oleh seseorang (rumah tangga), makin besar pula pengeluaran konsumsi yang akan mereka lakukan. Tetapi pertambahan konsumsi ( C) yang terjadi adalah lebih kecil dari pertambaan pendapatan ( Y) yang berlaku. Berdasarkan sifat hubungan antara konsumsi dengan tingkat pendapatan disposibel yang dinyatakan oleh Keynes tersebut, maka fungsi konsumsinya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

C = a + bYd Dimana : C = jumlah pengeluaran konsumsi a = konsumsi diri (autonomous consumtions) b = kecondongan mengkonsumsi marginal = C/ Y Yd = pendapatan disposbel (Yd = Y T) Sedangkan yang dimaksud dengan konsumsi diri, adalah pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, konsumsi diri juga dapat diartikan sebagai pengeluaran konsumsi apabila suatu rumah tangga tidak mempunyai pendapatan. Karena didalam perekonomian dua sektor, tidak terdapat sektor pemerintah dalam kegaitan ekonomi, maka tidak terdapat pungutan pajak (T), sehingga : C = a + bY Dalam kondisi yang didemikan ini, konsumsi tersebut dibiayai dari tabungan yang dilakukan pada masa lalu. Tindakan melakukan konsumsi dengan menggunakan tabungan masa lalu disebut dissaving atau mengeruk tabungan. Berdasarkan hubungan antara pendapatan dan pengeluaran konsumsi didapatkan 2 (dua) hal yang perlu dicatat : 1. Setiap pendapatan disposibel meningkat, maka pengeluaran konsumsi bertambah. Hubungan antara pertambahan pendapatan dengan pertambahan dalam pengeluaran konsumsi terdapat : Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC atau kecondongan mengkonsumsi marjinal adalah : Perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan.

MPC = C Y

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

2. Hubungan antara pendapatan disposibel dengan pengeluaran konsumsi dapat juga ditunjukan dengen menentukan perbandingan antara jumlah pengeluaran konsumsi, dengan pendapatan disposibel tersebut : Perbandingan tersebut dinamakan Average Propensity to Consume (APC) atau kecondongan mengkonsumsi rata-rata.

C APC = Y 3. Apabila konsumsi (C) > pendapatan disposibel (Y), maka rumah tangga tersebut akan mengorek tabungan dan APC>1. Sebaliknya jika C<Y, maka rumah tangga tersebut akan melakukan tabungan, dan APC<1. Cara Menggambar Fungsi Konsumsi Hubungan antara berbagai tingkat pendapatan dengan pengeluaran konsumsi dapat juga disajikan dalam bentuk grafis. Untuk suatu fungsi konsumsi, misalnya C=100+0,8Y, maka gambar grafik (kurva) fungsi konsumsinya adalah seperti gambar 1, dibawah ini :

Gambar 1. Fungsi Konsumsi C


Y=C C=100+0,8Y

100 0 500

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

S=-100+0,2Y 0 -100 Y=C=500 Y(Income)

Dalam menggambarkan fungsi konsumsi dilakukan sebagai berikut : (1) Dibuat salib sumbu pada kuadran pertama, dimana sumbu tegaknya sebagai sumbu konsumsi (C), dan sumbu datarnya sebagai sumbu pendapatan (Y). (2) Membuat garis yang membentuk sudut 450 dengan sumbu data (sumbu Y). Sehingga setiap titik pada garis tersebut berjarak sama dengan sumbu datar dan sumbu tegaknya. Jadi setiap titik pada garis tersebut menunjukkan pendapatan disposibel sama dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (C). (3) Untuk suatu fungsi konsumsi C=100+0,8Y, maka pada waktu tingkat pendapatan (Y) sama dengan nol (0), maka pengeluaran konsumsinya = 100. Sehingga didalam menggambarkan kurva fungsi konsumsi harus dimulai dari titik pada sumbu tegak (C) yang menunjukkan jumlah pengeluaran konsumsi = 100. (4) Pengeluaran konsumsi sama dengan pendapatan disposibelnya, terjadi pada waktu Y=500, hal tersebut dapat dicari sebagai berikut : Y=C Y = 100 + 0,8Y Y 0,8Y = 100 (1-08)Y = 100 Y = 100/(1-0,8) = 100/0,2 = 500

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Maka dalam menggambarkan kurva fungsi konsumsi tersebut harus melalui titik E, yaitu titik yang terletak pada garis yang membentuk sudut 450 dengan sumbu datar yaitu garis Y = C. (5) Dengan diperolehnya dua titik tersebut, akan dapat ditarik suatu garis (kurva) yaitu kurva fungsi konsumsi seperti terlihat pada gambar 1 diatas.

Fungsi Tabungan Didalam model perekonomian dua sektor, bahwa pendapatan disposibel(disposable income) yang diterima oleh sektor rumah tangga hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi (C) dan sisanya untuk ditabung (S). Dengan demikian Y=C+S atau S=Y-C. Selanjutnya fungsi tabungan (the saving function) dapat dicari sebagai berikut : S = Y (a+bY) S = Y a bY S = -a + (Y-bY) Hubungan (Perbandingan) antara pertambahan pendapatan (change in income) dengan pertambahan tabungan (change in saving) dikenal sebagai : Marginal Propensity to Save atau Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) MPS : Perbandingan antara pertambahan saving ( S) dengan pertambahan pendapatan Y. S MPS = Y

Untuk fungsi saving yang berbentuk garis lurus, besarnya MPS pada semua tingkat pendapatan adalah sama.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Sedangkan perbandingan antara besarnya tabungan yang dilakukan rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan disposibel tertentu disebut Average Propensity to Save(APS) (Kecondongan Menabung Rata-Rata).

Gambar 2. Fungsi Tabungan S

S=-100+0,2Y

0
500

-100

Dengan diketahuinya fungsi konsumsi sebagai : C = 100 + 0,8Y, maka akan dapat dibuat skedul pengeluaran konsumsi dan tabungan untuk berbagai tingkat pendapatan (Y) seperti tabel 1 berikut ini.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Tabel 1. Daftar Konsumsi dan Tabungan untuk berbagai Tingkat Pendapatan Disposibel (Y) Income Consumption Saving C MPC= APC= MPS= Y (Y) (C) (S) C/Y C/Y S/Y $0 $100 $-100 80 100 0,80 100 180 -80 80 100 0,80 1,80 ,20 200 260 -60 80 100 0,80 1,30 ,20 300 340 -40 80 100 0,80 1,13 ,20 400 420 -20 80 100 0,80 1,05 ,20 500 500 0 80 100 0,80 1,00 ,20 600 580 20 80 100 0,80 0,97 ,20 700 660 40 80 100 0,80 0,94 ,20 800 740 60 80 100 0,80 0,92 ,20 900 820 80 80 100 0,80 0,91 ,20 1000 900 100 80 100 0,80 0,90 ,20 1100 980 120 80 100 0,80 0,89 ,20 80 100 0,80 ,20

APS= S/Y -0,80 -0,30 -0,13 -0,05 0,00 0,03 0,06 0,08 0,09 0,10 0,11

Penentuan Pendapatan Nasional Keseimbangan Pendapatan nasional akan berada dalam kondisi keseimbangan (equilibrium) apabila permintaan AD C+I I =Y =C+S =S (pengeluaran) agregat = penerimaan agregat. Untuk perekonomian 2 (dua) sektor kondisi tersebut dapat dinyatakan menjadi :

Dengan demikian syarat yang harus dipenuhi agar perekonomian 2 (dua) sektor dapat mencapai kondisi keseimbangan adalah : (1) Y = C + I (2) Kebocoran (S) = Investasi (I) Berdasarkan syarat keseimbangan tersebut, maka rumus pendapatan nasional keseimbangan dapat dicari sebagai berikut : Y=C+I Untuk perekonomian dua sektor, C = a + bY, maka : Y = a + bY + 1 Y - bY = a + 1

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

(1-bY) = a + 1 a+ I Y= (1-b)

Pendapatan Investasi Variabel ekonomi agregatif ini sebutan lengkapnya adalah pengeluaran investasi domestik bruto (gross private domestic invesment). Variabel ekonomi ini meliputi semua pengeluaran domestik yang dilakukan oleh sektor perusahaan (swasta untuk mendirikan bangunan-bangunan baru, mesin-mesin baru beserta perlengkapannya dan perubahan jumlah berbagai macam persediaan perusahaan. Didalam membahas keseimbangan perekonomian dua sektor, diasumsikan bahwa investasi yang dilakukan oleh sektor perusahaan merupakan investor otonom (autonomous investment), yaitu investasi yang dinilainya tidak dipengaruhi oleh nilai pendapatan nasional. Jika misalnya fungsi konsumsi masyarakat yang terdapat dalam perekonomian dua sektor adalah : C = 100 + 0,8Y, dan pengeluaran investasi yang dilakukan sektor perusahaan adalah I = 100, maka pendapatan nasional keseimbangan dapat ditentukan sebagai berikut : Y=C+I Y = 100 + 0,8Y + 100 Y - 0,8Y = 100 + 100 (1-0,8)Y = 200 200 Y= (1-0,8) = 0,2 200 = 1000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Sedangkan

nilai

konsumsi

keseimbangan

dan

tabungan

(saving)

keseimbangannya adalah sebagai berikut : C equilibrium = +100 + 0,8 (1000) = 900 S equilibrium = -100 + 0,2 (1000) = 100 Disini dalam kondisi keseimbangan S = I = 100

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

PENGANTAR EKONOMI MAKRO TEORI KEYNES DAN KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR

MODUL 4

Oleh: HASANUDIN PASIAMA

PRGRAM KULIAH SABTU-MINGGU FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA 2008

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Drs. Hasanuddin Pasiama MS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Anda mungkin juga menyukai