Anda di halaman 1dari 4

Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta

3 PROFIL LAPANGAN USAHA PERIKANAN PROVINSI DKI JAKARTA

3.1 CAKUPAN LAPANGAN USAHA PERIKANAN DI INDONESIA Pada buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005, Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia dikasifikasikan sebagai Kategori B (Perikanan) dan di dalamnya mencakup: 1 Golongan Pokok Perikanan (berkode 2 dijit, yakni 05), 1 Golongan Perikanan (berkode 3 dijit, yakni 050), 5 SubGolongan (berkode 4 dijit), dan 19 Kelompok (berkode 5 dijit). Kelima Sub-

Golongan tersebut adalah: Penangkapan Biota di Laut (0501), Budidaya Biota di Laut (0502), Penangkapan Biota di Perairan Umum (0503), Budidaya Biota Air Tawar dan Air Payau (0504), serta Jasa Perikanan (0505). Secara lebih lengkap struktur klasifikasi dan uraian masing-masing Kelompok (5 dijit) dalam Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia disajikan pada Lampiran 1.

3.2.

PROFIL

LAPANGAN

USAHA

PERIKANAN

DALAM

STRUKTUR

PEREKONOMIAN PROVINSI DKI JAKARTA Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian Provinsi DKI Jakarta bisa dilakukan dengan melihat perkembangan nilai tambah lapangan usaha tersebut dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta selama periode tertentu. Tabel 3.1 di bawah menyajikan data hasil

olahan sejumlah indikator yang terkait dengan perkembangan nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi DKI Jakarta selama periode tahun 2006 2010. Selama periode tahun 2006 2010, berdasarkan Tabel 3.1 di bawah, ratarata kontribusi nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi DKI Jakarta dalam nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Indonesia relatif kecil, yakni

3 -1

Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta


hanya sebesar 0,19 persen dan trennya pun terus menurun. Jika pada tahun 2006 kontribusinya masih sebesar 0,25 persen, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 0,16 persen. Tabel 3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi DKI Jakarta
Indikator 2006 74.335 184 2007 97.697 204 2008 137.250 244 2009 176.621 282 2010 199.384 311 Rataan 137.057 245 Standar Koefisien Deviasi Variasi (%) 52.281 53 38,1 21,5

Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDB Indonesia ADH Berlaku (Rp miliar) Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Prov. DKI Jakarta ADH Berlaku (Rp miliar) Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. DKI Jakarta dalam Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Indonesia (%) Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. DKI Jakarta ADH Konstan Tahun 2000 (Rp miliar) Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan Prov. DKI Jakarta (% per tahun) Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. DKI Jakarta dalam PDRB Prov. DKI Jakarta (%) Angka LQ Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov. DKI Jakarta

0,25

0,21

0,18

0,16

0,16

0,19

0,04

20,20

96

100 4,17

100 -

103 3,00

105 1,94

101 2,28

3 1,77

3,4 77,70

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,04

0,00

1,46

0,02

0,01

0,01

0,01

0,01

0,01

0,00

15,05

Sumber: BPS, 2011 (diolah) Pada tahun 2010, nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi DKI Jakarta atas dasar harga (ADH) konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp105 miliar, sementara pada tahun 2006 masih sebesar Rp96 miliar. Artinya, selama periode tersebut nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi DKI Jakarta telah meningkat sebesar Rp9 miliar atau telah mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,38 persen. Angka 9,38 persen tersebut merupakan hasil akumulasi dari laju pertumbuhan tahunan selama periode tahun 2006 2010 dengan laju pertumbuhan rata-rata (2007 2010) sebesar 2,28 persen per tahun. Selama periode tahun 2007 2010, rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat Provinsi DKI Jakarta (2,28 persen per tahun) lebih rendah dibanding rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat nasional (5,17 persen per tahun). Sementara itu, rata-rata laju

pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat nasional juga lebih rendah

3- 2

Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta


dibanding rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional (5,8 persen per tahun). Artinya, baik di tingkat nasional maupun Provinsi DKI Jakarta, rata-rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan sama-sama di bawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional. Secara lebih rinci perkembangan laju

pertumbuhan PDB Indonesia dan PDRB Provinsi DKI Jakarta menurut sektor/lapangan usaha/sublapangan usaha/susbsublapangan usaha selama periode tahun 2006 2010 bisa dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Selama periode 2006 2010, secara umum perekonomian Provinsi DKI Jakarta sudah didominasi oleh Sektor Tersier (sektor yang bercirikan jasa-jasa), yakni sudah berkontribusi sebesar 71,28 persen dalam PDRB Provinsi DKI Jakarta (secara lebih lengkap bisa dilihat pada Lampiran 7). Adapun Sektor

Sekunder dan Sektor Primer masing-masing berkontribusi sebesar 28,17 persen dan 0,55 persen. Pada level lapangan usaha, ada 3 lapangan usaha yang

masing-masing berkontribusi lebih dari 11 persen, yaitu Lapangan Usaha: 1) Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan (28,6 persen) 2) Perdagangan, Hotel dan Restoran (20,5 persen); 3) Industri Pengolahan(15,8 persen); 4) Jasa-jasa (12,7 persen); serta 5) Bangunan (11,3 persen). Adapun Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan secara keseluruhan hanya berkontribusi rata-rata sebesar 0,10 persen dalam PDRB Provinsi DKI Jakarta (lihat Lampiran 4). Dalam kaitan ini, khusus untuk (Sub) Lapangan Usaha Perikanan kontribusinya lebih kecil lagi, yakni rata-rata hanya sebesar 0,04 persen dan cenderung stagnan. Untuk menganalisis lebih lanjut peranan Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian suatu wilayah, dalam hal ini Provinsi DKI Jakarta, bisa digunakan indikator angka Location Quotient (LQ).1 Pada Tabel 3.1 di atas tampak bahwa pada periode Tahun 2006 2010, Lapangan Usaha Perikanan bukan lapangan usaha basis di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini tampak dari rata

3 -3

Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta


angka LQ-nya yang rata-rata bernilai kurang dari 1 (LQ < 1), yakni sebesar 0,01. Dengan perkatan lain, Lapangan Usaha Perikanan Provinsi DKI Jakarta tidak memiliki keunggulan relatif terhadap lapangan usaha yang sama di provinsiprovinsi lainnya di Indonesia. Di samping itu, selama periode tersebut, angka LQ tersebut juga cendrung menurun. Jika pada tahun 2006 nilainya masih sebesar 0,02, maka pada tahun 2010 hanya sebesar 0,01.

Angka LQ umumnya digunakan untuk menentukan lapangan usaha (sektor) basis suatu daerah. Keunggulan LQ terletak kepada kemampuannya untuk menunjukkan tingkat keunggulan relatif dari suatu lapangan usaha di suatu daerah terhadap lapangan usaha tersebut di daerah-daerah lainnya dalam suatu negara (wilayah referensi). Angka LQ berkisar antara 0 sampai dengan positif tak berhingga. Angka LQ yang kurang dari 1 (LQ < 1) menunjukkan bahwa lapangan usaha yang bersangkutan tidak lagi memiliki keunggulan relatif (lapangan usaha non basis). Bila Angka LQ sama dengan 1 (LQ = 1), maka lapangan usaha yang bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang sama dengan rata-rata semua daerah. Sedangkan Angka LQ yang lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan bahwa lapangan usaha yang bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang lebih tinggi dari rata-rata (lapangan usaha basis). Lapangan usaha basis adalah lapangan usaha yang mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar di daerah sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan jasa yang dihasilkannya ke luar daerah yang bersangkutan. Adapun lapangan usaha non basis adalah lapangan usaha yang hanya mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar daerahnya sendiri, atau bahkan harus mengimpor dari luar daerah tersebut.

3- 4

Anda mungkin juga menyukai