Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan Teori

A. PATIENT SAVETY Lembaga kesehatan dunia (WHO) mendirikan lembaga world alliance for patient savety baru pada tahun 2004 dan di Indonesia mulai gerakan keselamatan pasien ini pada tahun 2005 yaitu dengan didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada 1 Juli 2005, dan direncanakannya gerakan Keselamatan Pasien secara Nasional oleh Mentri Kesehatan Republik Indonesia pada 21 Agustus 2005. Keselamtan (Savety) diartikan sebagai bebas dari bahaya atau risiko (hazard), sedangkan hazard adalah suatu keadaan, perubahan, atau tindakan yang dapat meningkatkan risiko pada pasien. Sehingga patient savety didefinisikan sebagai bebas bagi pasien dari harmi atau cidra (penyakit, cedra fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian, dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cidra yang potensial terkait dengan pelayanan kesehatan. Sehingga dibuatlah hospital patient savety yaitu suatu sistem dimana rumah sakit membuahan asuhan pasien yang lebih aman. Hal ini termasuk: assesmen risiko, identifikasi, pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampaun belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko(KKP-RS, 2007) Penerapan Patient Svety adalah bersifat menyeluruh di seluruh bagian di rumah sakit, oleh karenannya termasuk juga di ruang rawat inap. Proses asuhan keperawtan yang dilakukan diruangan dilaksanakan dengan tidak mengkaji risiko-risiko dan kemungkinan terjadinya risiko cidra sehingga kemudian dapat dipikirkan bagaimana mengeliminasi atau jika tidak memungkinkan bagaimana risiko dari kemunduran kondisi pasien dapat diminimalisir. Tujuan patient savety di RSUD Sleman adalah : 1. Lebih terciptanya budaya keselamtan pasien di Rumah Sakit. 2. Terlapornya setiap kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidra (KNC), kejadian tidak cidra (KTC), dan kejadian potensial cidra (KPC) di Rumah Sakit. 3. Terlaksanannya program insiden keselamatan pasien (IKP). 4. Terlaksanannya 5 solusi life saving keselamatan pasien rumah sakit. Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cidra pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. 5 solusi Patient Safety ini merupakan kebijakan keselamatan pasien yang terbaru yang digunakan rumah sakit di Indonesia, atau lebih dikenal dengan Joint Commite International (JCI) tahun 2012: 1. Identifikasi Pasien dengan Tepat Untuk mencegah terjadinnya kesalahan dalam menggali identitas pasien yaitu nama maupun nomor rekamedis. Perawat selalu melakukan identifikasi terlebih dahulu untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan berkas rekam medis (status yang tersedia). Elemen Penilaian: a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua cara identifikasi pasien, tidak termasuk/kecuali nomor atau lokasi kamar pasien. b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk memeriksa klinis. d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan atau tindakan. e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan proses yang konsisten pada semua situasi dan lokasi. 2. Tingkat Komunikasi yang Efektif Perawat melakukan write back terhadap instruksi yang diterima secara lisan maupun melalui telepon atau melaporkan hasil pemeriksaan penting yang membutuhkan verivikasi oleh orang yang menerima informasi. Perawat sendiri telah mendapatkan sosialisasi standar oprasional prosedur tentang komunikasi efektif. Elemen penilaian: a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil tes dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. b. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah. c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemeri perintah atau hasil percobaan. d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan proses yang konsisten pada verivikasi akurasi komunikasi lisan atau melalui telepon.

Selain elemen diatas, perawat sendiri telah mendapatkan sosialisasi standar operasional prosedur tentang komunikasi efektif. Car komunikasi yaitu SABAR. SABAR terdiri atas: a. Situation adalah kondisi terahir yang terjadi pada pasien. b. Beckground adalah informai penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini. c. Assesment adalah hsil pengkajian kondisi pasien terkini. d. Recommendation adalah apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini. 3. Tingkatkan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert ) Elemen penilaian: a. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses

mengidentifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsetrat. b. Implementasi kebijakan dan prosedur. c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara linis dan tindakan diambil untuk mencegah

pengadministrasian yang kurang hati-hati pada area dimana sesuai kebijakan. d. Elektrolik konsetrat yang ditempatkan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas sekali, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted). 4. Pastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Standar SKP.IV. Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Elemen penilaian: a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengarti untuk identifikasi lokasi oprasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaaan. b. Rumah sakit menggunakan suatu chel list atau proses lain untuk memferivikasi saat preoperatif tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional. c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi/time out tepat sebelum dimulainnya suatu prosedur / tindakan pembedahan.

d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. 5. Kurang Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Standar SKP.V Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkat pelayanan kesehatan. Elemen penilaian: a. Rumah Sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene yang baru diterbitkan dan diterima secara umum (al.dari WHO patient savety). b. Rumah sakit menerapkan hand hygiene yang efektif. c. Kebijakan dua atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. 6. Kurangi Risiko Pasien Jatuh Standar SKP.VI. rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cidra karena jatuh. Elemen penilaian: a. Rumah sakit menerapkan proses assesment awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan assesment ulang paien dengan indikasi perubahan kondisi, obat, dll. b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada assesment dianggap rawan jatuh. c. Langkah tersebut dimonitor hasilnya, terhadap keberhasilan frekuensi jatuh, kejadian terkait yang tidak diharapkan. d. Kebijakan dan atau prosedur diembangkan untuk mendukung pengurangan kelanjutan risiko pasien cidra akibat jatuh di Rumah sakit.

B. Evaluasi Pelaksanaan 5 Patient Safety di Ruang Cempaka I RSUD Sleman Tanggal 15-17 Juli 2013 N=8 No 1. Prosedur Memperbaiki Identitas Pasien 1) Perawat mengecek Pemasangan gelang identitas pasien untuk rawat inap dipasang di IGD. 5 62,5 3 37,5 Ya % Tidak %

2) Perawat

Memberikan

gelang

62,5

37,5

(berwarna biru untuk pasien laki-laki dan merah muda untuk pasien wanita). 3) Gelang diberi label nama, 5 62,5 3 37,5

nomor reakam medis, usia, dan alamat. 4) Setiap lembar Rekam Medis harus ada identitas pasien, 8 100 -

nama, umur, jenis kelamin, dan nomor recam medis. 5) Perawat memasangan gelang 5 62,5 3 37,5

identitas pasien yang belum terpasang di IGD dipasang di ruang rawat inap. Jumlah Total 28
28

12
12

/40 x

/40 x

100 Presentasi 2. Meningkatkan Komunikasi Efektif 1) Perawat/bidan mengecek ulang instruksi dokter dengan cara menulis/membaca yang ditulis dokter. 2) Perawat atau bidan meminta kepada membacakan dokter instruksi untuk obat 8 100 8 100 70

100 30

dengan jelas jika perawat/bidan tidak jelas. 3) Oprean jaga pagi/sore/malam setiap paien dengan dokumen 8 100 -

menggunakan rekaman keperawatan.

4) Perawat/bidan operan situasi pasien, jaga dan

melakukan sesuai latar dengan belakang dan

75

25

assesment

rekomendasi dengan jelas 5) Komunikasi dilakukan sesuai SOP komunikasi terapeutik. Jumlah Total 37
37

87,5

12,5

3
3

/40 x

/40 x

100 Presentasi 3. Mengurangi Kesalahan Pemberian Obat 1) Perawat atau bidan melakukan cross check untuk peemberian obat dengan program 6 tepat (tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat rute,tepat obat, dokumentasi) 2) Obat ditempatkan dengan ditempat identitas 8 100 92,5

100 7,5

100

obat/trolly

pasien terbaca jelas (nama, no RM, aturan minum, dan nama obat) 3) Tulisan nama obat oleh dokter ditulis dengan huruf yang jelas dan mudah dibaca ( sebaiknya menggunakan huruf kapital) 4) Obat yang tulisan nama obatnya kecil ,masing-masing dibuatkan tempat tersendiri dan di setiap tempat tersebut diberi nama sesuai dengan tempat obat 8 100 7 87,5 1 12,5

dengan tulisan yang jelas dan kapital. 5) Perawat mencocokkan atau kembali bidan nama 7 87,5 1 12,5

obat dengan instruksi dokter pada saat menyiapkan obat. 6) Petugas rumah sakit, perawat atau bidan memberikan edukasi/ penjelasan kepada pasien dan keluarga diberikan. sebelum obat 4 50 4 50

Jumlah Total
26

26 /48 x
22

22 /48 x

100 Presentase 4. Kepastian Tepat Lokasi, TepatProsedur, Tepat-Pasien Oprasi 1) Lakukan site making dengan menggunakan kassa dan plaster pada lokasi yang akan dilakukan tindakan pembedahan. 2) Lakukan site making yang 8 100 54,17

100 45,82

100

dilakukan oleh operator yang disaksikan oleh perawat, pasien, dan keluarga. 3) Ada dokumentasi status pasien (RM 31.01.01) pada rekam 8 100 -

medik pasien sebelum oprasi. 4) RM 31.01.01 ditandatangani 8 100 -

oleh perawat dari ruangan dan

perawat ruang OK. 5) Jika site making tidak dilakukan oleh operator, maka operator harus melakuakn rechek pada saat time out. Jumlah Total Presentase 5. Kurang Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan 1) Di instalansi dan di ruang rawat inap tersedia tempat cuci tangan, cairan Alcuta. 2) Petugas rumah sakit, edukasi, kepada pasien atau keluarga tentang pentingnya cuci tangan. 3) Petugas rumaha sakit,perawat atau bidan melakukan cuci 5 62,5 3 37,5 8 100 antiseptik, dan atau 8 100 24
24

8
8

/32

/32

75

25

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 4) Petugas rumah sakit, perawat atau bidan patuh terhadap SAP cuci tangan. Jumlah Total Presentase 6. Kurangi Risiko Pasien Jatuh 1) Lakukan pengkajian terhadap 8 100 10 10/32 31,25 22 22/32 68,75 5 62,5 3 37,5

semua pasien tentang resiko pasien jatuh dengan

menggunakan fom pengkajian resiko pasien jatuh.

2) Perawat atau bidan memasang pengaman di sisi kanan dan sisi kiri tempat tidur. 3) Perawat/bidan memasang tanda segitiga kuning jika pasien

75

25

potensial jatuh.

Jumlah Total Presentase Jumlah Keseluruhan Presentase

6 6/16 37,5 131 63

10 10/16 62,5 77 37

Sumber data : data primer pengkajian 15-17 Juli 2013 Analisis Data Berdasarkan tebel diatas didapatkan presentase 63% atau sebagian besar perawat di Ruang Cemapaka I melaksanakan 5 pasien safety diantaranya memperhatikan nama obat sampai penggunaan alat injeksi sekali pakai termasuk dalam katergori yang cukup baik. Tetapi perawat tidak memperhatikan tentang pencegahan universal precaution yaitu Petugas kesehatan tidak melakukan cuci tangan baik sebelum maupun setelah melakukan tindakan sebanyak 5 dari 8 orang sebesar 62,25%. Perawat tidak patuh terhadap prosedur cuci tangan 5 dari 8 orang sebanyak 62,25%. Perawat tidak melakukan edukasi pendidikan tentang pentingnya cuci tangan 8 dari 8 orang sebanyak 100%. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 63% sasaran tentang mencegah pasien jatuh belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini didukung dengan data 100% belum adanya pemasangan tanda oleh perawat ruang untuk mengklasifikasikan resiko jatuh pada pasien dengan tanda kuning untuk pasien dengan potensial jatuh, dan tanda berwarna hijau jika pasien kooperatif. Ruang Cempaka I adalah ruang rawat inap klas I dan VIP yang digunakan untuk umum untuk bedah, penyakit dalam dan juga untuk Ibu dan anak, selain itu pula Ruang Cempaka I menerima pasien anak-anak sehingga pencegahan potensial jatuh sangat penting dilakukan mengingat anak beresiko tinggi mengalami cedera.

A. PRIORITAS MASALAH

Analisa Data No 1 Analisa Data Masalah

- Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 62,5% Belum optimalnya sasaran tentang mencegah pasien jatuh belum pelalaksanaan dilaksanakan secara maksimal. sasaran patient safety terutama pencegahan resiko jatuh

2.

- Petugas kesehatan tidak melakukan cuci Belum optimalnya tangan sebelum melakukan tindakan sebanyak kepatuhan 3 dari 8 orang sebesar 37,5%. perawat dalam

- Perawat tidak patuh terhadap prosedur cuci pasien safety tangan 5 dari 8 orang sebanyak 62,5%. khususnya

- Perawat tidak melakukan edukasi pendidikan mengenai tentang pentingnya cuci tangan 8 dari 8 orang pencegahan sebanyak 100%. infeksi nosokomial.

Prioritas Masalah NO MASALAH Belum optimalnya pelalaksanaan sasaran 1 patient safety terutama pencegahan resiko jatuh Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam 2 pasien safety khususnya mengenai pencegahan infeksi nosokomial. 4 3 3 3 3 4 20 U 4 MG 4 A 4 I 4 MN 4 T 3 Total 23

Sumber : Data Primer RSUD Sleman KETERANGAN: U MG A I MN T : Urgency/Mendesak :Magnitud/Penting/Besar sesuatu : Applicative/Penerapan :Impact/Dampak yang kuat :Money/ Keuangan :Tools/Alat sarana/Fasilitas 1 : Rendah Sekali 2 : Rendah 3 : Sedang 4 : Tinggi 5 : Tinggi Sekali

POA (Plan Of Action)


Tabel. 63 POA (Plan Of Action)

No 1

Masalah

Pokok kegiatan

Uraian tugas 1. Kordinasi dengan TKPRS, kepala ruang , PN dan AN. 2. Membuat form penilaian (skoring) resiko jatuh 3. Menyusun label tanda resiko pasien jatuh baik pada RM maupun pada tempat tidur pasien sesuai kategori skoring 4. Sosialisasi mengenai Pasien safety; resiko jatuh di ruangan. 5. Implementasi Roleplay pasien safety; resiko jatuh 6. Evaluasi

Sasaran - Perawat Ruang Cempaka I - Karyawan - Mahasiswa - Pasien

Belum - Adakan optimalnya sosialisasi pelalaksanaan pada perawat sasaran patient mengenai safety terutama resiko jatuh pencegahan - Buat label resiko jatuh. resiko jatuh pada kamar 100% pasien pasien dan yang dirawat rekamedis diruang - Susun Form Cempaka I penilaian (skoring) tidak resiko jatuh dipasang untuk tanda resiko direkomendasi jatuh. kan ke RS Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam pasien safety khususnya mengenai pencegahan infeksi nosokomial. Optimalkan kegiatan Universal Precaution khususnya cuci tangan sebelum tindakan

Waktu Pelaksanaan 75% pasien 26 Juli 2013 terpasang tanda resiko jatuh. Target

PJ Rizki .P Lia

Pembimbing - Indaryati, S.Kep.,Ns.,

1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Ruang 2. Melakukan sosialisasi kegiatan cuci tangan sebelum tindakan 3. Membuat leaflet/pamphlet cuci tangan dan sabun cuci tangan pada setiap ruangan 4. Melakukan role play cuci tangan sebelum tindakan 5. Menggunakan soft

1. PN 2. AN

75% 23 Juli 2013 perawatan cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

Dyah Ayu Mayasari, Rizki Lia.P

Indaryati,S.Ke p.,Ns.,

No

Masalah

Pokok kegiatan

Uraian tugas Tamen/hand scrub saat tindakan

Sasaran

Target

Waktu Pelaksanaan

PJ

Pembimbing

-Petugas
kesehatan tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan sebanyak 3 dari 8 orang sebesar 3,75%. -Perawat tidak patuh terhadap prosedur cuci tangan 5 dari 8 orang sebanyak 62,5%.

Anda mungkin juga menyukai