Anda di halaman 1dari 45

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Fungsi utama jalan raya adalah untuk melayani lalu lintas guna memungkinkan bergeraknya kendaraan untuk memindahkan manusia dan

barang,dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini yang membuat kebutuhan akan sarana dan prasarana jalan sangatlah penting pada saat sekarang ini. Untuk mendapatkan kualitas konstruksi jalan yang baik sesuai perencanaan, maka dibutuhkan material dan peralatan sesuai spesifikasi, serta penggunaan tenaga kerja yang professional. Untuk itu sangatlah penting memperhatikan bahan-bahan atau material yang akan digunakan sebagai lapisan konstuksi perkerasan, agar

kualitas konstruksi jalan memenuhi sarat-sarat teknis, dengan tidak melupakan faktor ekonomis sebagai salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan. Konstruksi perkerasan ruas jalan Paal 4 Tikala Kota Manado mengalami kerusakan seperti, berlubang, retak-retak dan lain-lain, sehingga kecepatan arus lalulintas menjadi rendah. Melalui proyek Rehabilitas/pemeliharaan jalan, maka arus lalulintas mejadi lancar, hal ini tentunya berimplikasi positif pada kelancaran perpindahan arus barang dan jasa yang melintas di ruas jalan ini. Melihat kondisi ruas jalan Paal 4 Tikala Kota Manado serta permasalahanya, dimana dari pengamatan dilapangan dilihat bahwa kondisi jalan yang rusak sampai ke lapis pondasi bawah, sehingga perlu diadakan pembongkaran hingga lapis pondasi bawah. Hal ini yang mendasari masalah tersebut diangkat untuk dibahas di penulisan Tugas Akhir dengan judul, Pengujian material Lapis Pondasi Bawah pada proyek jalan Paal 4 Tikala, yaitu untuk mengetahui mutu dan kualitas material yang digunakan pada konstruksi perkerasan lapis pondasi bawah. Permasalahan tersebut diatas diamati saat dilaksanakan praktek kerja lapangan pada proyek

rehabilitas/pemeliharaan jalan dan jembatan selama di Kota Manado.

1.2

Maksud dan Tujuan Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk, menguji kualitas abrasi dan nilai

CBR dari material yang digunakan, serta dapat membandingkan dengan data pengujian yang ada di lokasi proyek. 1.3 Pembatasan masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan yang sehubungan dengan judul yang di angkat, maka dalam penulisan ini hanya dibatasi pada pengujian mutu di Laboratorium, khususnya untuk material yang digunakan sebagai Lapis Pondasi Bawah. Adapun pengujian yang dimaksud adalah : Abrasi. Analisa ayakan agregat(Gradasi). Berat isi agregat. Berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar. Kadar air agregat Compaction (pemadatan) CBR Laboratorium 1.4 Metodologi Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini digunakan metode penelitian yang meliputi : a. Study literatur, yaitu dengan mengunakan study pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di lapangan dan judul yang diangkat b. Study lapangan, yaitu dengan pengambilan material yang digunakan di proyek khususnya material lapis pondasi bawah untuk penyusunan tugas akhir c. Pengujian di Laboratorium 1.5 Sistematika penulisan Dalam penulisan Tugas Akhir ini didasarkan pada pengamatan di lapangan kemudian dilaksanakan pengujian di laboratorium terhadap lapis pondasi bawah (LPB) dengan sistemmatika penulisan sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang penulisan, maksud tujuan penulisan serta pembatasan masalah.

BAB II

DASAR TEORI Bab ini diuraikan tentang teori Lapis Pondasi Bawah (LPB), serta spesifikasi standar yang digunakan pada pengujian mutu material, serta teori lainya yang berkaitan dengan topik pembahasan.

BAB III

PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai pengujian tentang mutu Lapis pondasi Bawah, dan perhitungan kepadatan laboratorium

BAB IV

PENUTUP Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran dari hasil penulisan Tugas Akhir serta pengujian Mutu di laboratorium dari material Lapis Pondasi Bawah.

BAB II DASAR TEORI


2.1. Pengertian Jalan Raya Yang dimaksud dengan jalan raya adalah suatu jalur tertentu yang dapat di lewati kendaraan dengan memenuhi syarat-syarat perkerasan, yakni keamanan serta kenyamanan yang dituntut dalam suatu perjalanan. Syarat-syarat tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi daerah setempat. Suatu konstruksi jalan berdasarkan jenis perkerasannya dapat dibagi menjadi dua (2) golongan besar, yaitu: 1. Jalan tanpa perkerasan (jalan tanah) adalah jalan yang tidak mengalami perkerasan sama sekali, dan hanya merupakan jalan tanah yang dipadatkan sekedarnya. Biasanya jalan ini hanya dilewati bermotor dalam jumlah yang relatif kecil. 2. Jalan raya dengan perkerasan adalah yang telah mengikuti standar-standar perencanaan yang ada, biasanya di bangun oleh pemerintah setempat maupun pusat dan sesuai tingkat pelayanan (kelas jalan). Selanjutnya lapis perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban roda (lalu lintas) tanpa menimbulkan kerusakan yang berat pada konstruksi jalan itu sendiri, dimana konstruksi perkerasan terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Beban lalu lintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedahkan atas: 1. Muatan kendaraan, berupa gaya vertikal. 2. Gaya rem kendaraan, yang berupa gaya horizontal. 3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran. Karena sifat penyebaran gaya, maka gaya diterima oleh masing-masing lapisan berbeda dan semakin kebawah makin kecil. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, sedangkan lapis pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, selanjutnya lapisan tanah dasar dianggap hanya menerima vertikal saja.
4

manusia dan kendaran

2.2 Agregat Agregat/batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat(solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa yang berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan, yaitu mengandung 90 95 % agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85 % agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
2.2.1 Klasifikasi Agregat.

Ditinjau dari asal terjadinya agregat/bantuan, maka agregat dibedahkan atas batuan beku (Intrusive Ingnues Rock), batuan sedimen, dan batuan metamorf (batuan malihan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku, yang dibedahkan atas batuan beku luar (Extrusive Ingnues Rock) dan batuan beku dalam (Intrusive Ingnues Rock). Batuan beku luar dibentuk dari material yang keluar dari gunung api yang meletus ke permukaan bumi. Akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginan dan membeku sacara perlahan-lahan, tekstur kasar dapat ditemui dipermukaan bumi, karena proses erosi dan permukaan bumi. Batuan Sedimen Batuan sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa-sisa hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan kulit bumi dari endapan di danau, laut dan sebagainya. Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dibedahkan atas:

1. Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik, yaitu: breksi, konglomerat, batu pasir, batu lempung. 2. Batuan sedimen yang dibentuk secara organik, seperti: batu gamping, batu bara, dan batu opal. 3. Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi, seperti: batu gamping, garam, gips, dan flint. Batuan Metamorf Jenis ini berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi. Berdasarkan strukturnya, dapat dibedahkan atas batuan metamorf yang

masih seperti marmer dan kwarsit, dan batuan metamorf yang berlapis seperti batu sabak, filit, dan sekis. Berdasarkan besarnya ukuran partikel partikel agrerat, dapat dibedahkan atas: Agrerat kasar, dengan ukuran > 4.75 mm menurut ASTM, atau > 2 mm menurut AASHTO. Agrerat halus, agregat dengan ukuran < 4.75 mm menurut ASTM, atau < 2 mm dan 0.075 mm menurut AASHTO. Abu batu / mineral filler, adalah agregat halus yang umumnya lolos saringan no 200.

2.2.2

Sifat Agregat.

Sifat Agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dibedahkan dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Kekuatan dan keawetan dipengaruhi oleh: a. Gradasi b. Ukuran maksimum c. Kadar lempung d. Kekerasan dan ketahanan e. Bentuk butir
6

(Strength And Durability) lapisan perkerasan

f. Tekstur permukaan 2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh: a. Porositas b. Kemungkinan basah c. Jenis agregat 3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan aman, dipengaruhi oleh: a. Tahan geser (Skid Resistance) b. Campuran yang memberikan kemudahan dan pelaksanaan (Bituminous Mix Workability) 4. Ukuran maksimum partikel agregat Terdapat 2 cara untuk menyatakan ukuran partikel yaitu dengan: a. Ukuran maksimum, merupakan ukuran tapis / ayakan terkecil dimana agregat tersebut lolos 100 %. b. Ukuran nominal maksimun, merupakan ukuran tapis terbesar dimana agregat tertahan tapis tidak lebih dari 10%. 5. Bentuk dan tekstur agregat Bentuk dan tekstur mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. 6. Partikel agregat dapat berbentuk: a. Bulat (Rounded) b. Lonjong (Elongate) c. Kubus (Cubical) d. Pipih (Flaky) e. Tak beraturan (Irregular). Seluruh lapisan pondasi agregat harus bebas dari benda-benda organis dan gumpalan lempung atau benda yang tidak berguna lainnya, dan harus memenuhi kebutuhan gradasi yang diberikan setelah pemadatan dan menggunakan pengujian basah.

2.2.3

Fraksi Agregat.

Agregat kasar yang tertahan pada lobang ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel yang keras, awet atau pecahan dari pondasi atau pecahan dari kerikil. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan. Agregat halus yang lolos ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikil pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya. Hal tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1. Sifat sifat Lapisan Pondasi Agregat. Sifat sifat Abrasi agregat dari kelas (SNI 03-2417-1990) Indeks plastisitas (SNI -03-1966-1990) Hasil kali indeks plastisitas dengan % lolos Ayakan No.200 Batas cair (SNI 03-1967-1990) Bagian yang lunak (SK SNI M-01-1994-03) CBR (SNI 03-1744-1989) Kelas A 0-40% 0-6 Max.25 0-25 0-5% Min.90% Kelas B 0-40% 0-10 0-35 0-5% Min 60%

2.3 Gradasi Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat, merupakan hal yang penting dalam menentukan dalam stabilitas perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antara butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses kemudahan. Gradasi agregat dapat di bedakan atas : a. Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/sejenis atau mengandung agregat halus sedikit jumlahnya, sehingga tidak dapat mengisi rongga antara agregat.
8

b. Gradasi rapat (Dense Graded) merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam posisi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik. c. Gradasi buruk/ jelek (Poorly Graded) merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di atas. Gradasi yang disebutkan di atas yaitu perbedaan sifat gradasi dapat dilihat pada Tabel 2.2, sedangkan untuk persyaratan gradasi untuk lapis pondasi dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut : Table 2.2. perbedaan sifat gradasi Gradasi seragam Kontak antara butir baik Kepadatan berfariasi tergantung Stabilitas keadaan Stabilitas Sukar padatkan Mudah di resapi air Tidak kadar air dari Gradasi baik Kontak antara butir baik Seragam kepadatan tinggi Stabilitas tinggi Kuat deformasi menahan dan Gradasi jelek Kontak jelek Seragam tapi kepadatan jelek Stabilitas sedang Stabilitas sangat rendah pada keadaan basah antara butir

segregasi yang terjadi dalam terbatasi

(confined) tinggi dalam

keadaan lepas rendah untuk di Sukar sampai sedang usaha memadatkan Tingkat permebilitas cukup dipengaruhi Pengaruh kadar air cukup variasi Tingkat rendah Kurang di pengaruhi variasi kadar air permeabilitas untuk Mudah dipadatkan

Table 2.3. Persyaratan gradasi lapis pondasi agregat Ukuran ayakan (mm) ASTM 2 11/2 1 3/8 No.4 No 10 No.40 No.200 (mm) 50 37.5 25.0 9.5 4,75 2.0 0,425 0,075 Persen berat yang lolos Kelas A 100 79-85 44-58 29-44 17-30 7-17 2-8 Kelas B 100 88-95 70-85 30-65 25-55 15-40 8-20 2-8

(Sumber : Dirjen Bina Marga KRMTP Design Perkerasan JalanDiv05-Granular)

2.4

Metode Pemeriksaan Lapis Pondasi Bawah (LPB)

2.4.1 Pengujian Agregat. Dalam pelaksanaan pengujian ini material yang diambil berasal dari Tateli. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan contoh material yang di pakai di lokasi proyek yang nantinya akan digunakan dalam pengujian mutu Lapis Pondasi Bawah di laboratorium, sebagai judul Tugas Akhir. 2.4.2 Keausan Agregat dengan mesin Los Angeles 1. Referensi AASHTO T 96 74 ASTM C 131- 55 ASTM C 535 9 2. Maksud Dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan nomor 12 terhadap berat semulah dalam persen.
10

3. Peralatan Dan Bahan Peralatan : a. Mesin los angeles Mesin terdiri dari selinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm(28) panjang dalam 50 cm(20). Silinder bertumpu pada dua proses pendek yang tidak menerus dan dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak tergangu. dibagi dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8.9 cm(3.56). b. Saringan nomor 12. c. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm(17/8) dan berat masing-masing antara 390 - 445 gram d. Timbangan dengan ketelitian 0.1gram e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai pada (1105)0C Bahan Uji : a. Berat sesuai dengan kebutuhan. b. Benda uji dipastikan telah bersih dan keringkan dalam oven dengan suhu (1105)0C sampai beratnya tetap.

Gambar 2.1 Mesin Abrasi Los Angeles

11

4. Langkah kerja a. Benda uji dan bola-bola baja di masukan kedalam mesin los angeles. b. Putar mesin los angeles.dengan kecepatan 30 33 rpm,sebanyak 500 kali putaran untuk gradasi A,B,C dan D, 1000 kali putaran untuk gradasi E,F dan G. c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari silinder mesin. d. Timbang berat benda uji yang tertahan saringan no 12 2.4.3. Pasing Nomor 200 1. Maksud Dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat lewat saringan nomor 200 dengan cara pencucian. 2. Peralatan. a. Saringan nomor 16 dan 200 b. Wadah pencucian benda uji dengan kapasitas cukup sehingga pada waktu di goncang-goncangkan benda uji dan air tidak tumpah. c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai pada (1105)0C d. Timbangan dengan ketelitian 1.0 gram e. Talam untuk mengeringkan contoh agregat 1. Proses Pengujian. a. Ambil contoh material atau agregat yang sudah kering. b. Cuci dan saring dengan saringan nomor 200 material tersebut sampai material kelihatan bersih. c. Setelah di cuci kemudian di oven selama 1 X 24 jam dan ditimbang. Hasil yang didapat : Berat awal. Berat akhir setelah di oven. Rumus :

12

2. 4.4 Pengujian Analisa Ayak Agregat.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. 1. Peralatan Dan Bahan Peralatan : a. Timbangan b. Ayakan standar, ukuran 37.5mm, 19.0mm, 9.5mm, 4.75mm, 2.36mm, 1.18mm, 0.425mm, 0.075mm, dan pan. c. Mesin penggetar ayakan d. Kuas e. Cawan

Gambar 2.2 Peralatan Analisa Saringan Bahan : a. material yang sudah dikeringkan di oven kemudian disiapkan untuk pengujian ayakan

13

2. Langkah kerja. a. Agregat dikeringkan didalam oven sampai berat tetap. Kemudian contoh agregat ditimbang untuk mendapatkan berat awal. b. Susun ayakan dengan susunan sebagai berikut : 37.5mm, 19.0mm, 9,5mm, 4.75mm,2.36mm, 1.18mm, 0.425mm, 0.075mm.dan pan. c. Kemudian agregat dimasukan kedalam saringan yang sudah tersusun sesuai urutan nomor saringan yang di saratkan.kemudian di tutup dan diletakan di atas mesin penggetar (penyaring),dengan durasi waktu 10-15 menit. d. Setelah disaring material diambil dan dipisakan dari susunanya sesudah itu ditimbang setiap yang tertahan di masing-masing saringan. e. Setelah selesai melakukan pengujian,bersikan semua peralatan yang selesai digunakan. f. Hitung presentase berat benda uji yang lolos di setiap ayakan.

2.4.5

Berat Isi Agregat

1. Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi agregat. 2. Peralatan : a. b. c. Timbangan dengan ketelitian 0.1 dari berat contoh. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. Tongkat pemadat dengan diameter 15 mm, panjang 16 cm dengan ujung bulat terbuat dari baja tahan karat. d. e. Mistar perata (Straight edge) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat penampang berkapasitas seperti berikut :

14

Gambar 2.3 Peralatan Berat Isi

Tabel 2.4 Kapasitas Wadah Kapasitas (liter) 2.832 9.435 14.158 28. 316 Diameter (mm) 152.42.5 203.22.5 254.02.5 355.62.5 Tinggi (mm) 154.92.5 2.92.12.5 279.42.5 284.42.5 Tebal Wadah Minimum 5.08 5.08 5.08 5.08 2.54 2.54 3.00 3.00 Ukuran butir maks. (mm) 12.7 25.4 38.1 101.6

3. Prosedur Pengujian A. Berat isi lepas a. Timbang dan catat berat mould/cetakan (W1) b. Masukkan benda uji kedalam mould dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran, ketinggian maksimum 5 (lima) cm diatas wadah dengan menggunakan sendok spesi atau sekop sampai penuh. c. Ratakan permukaan benda uji dengan straight edge/perata d. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2) e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 W1)
15

B. Berat isi padat agregat ukuran butiran maksimum 38.1 mm (1 ) dengan cara penusukan. a. Timbang dan catatlah berat mould/wadah (W1) b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang kurang lebih sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada waktu pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan c. Ratakan permukaan benda uji dengan straight edge/perata d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2) e. Hitung berat benda uji (W3 = W2 W1) C. Berat isi Padat agregat ukuran butir antara 38.1 101.6 mm (1 4) dengan cara penggoyangan. a. Timbang dan catatlah berat mould/wadah (W1) b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang kurang lebih sama tebal. c. Padatkan setiap lapisan dengan cara penggoyangan wadah sebagai berikut : 1. Letakkan wadah diatas tempat kokoh dan datar angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5cm kemudian lepaskan. 2. Ulangi hal tersebut diatas pada posisi berlawanan, pemadatan dengan penggoyangan setiap lapis 25 kali untuk setiap sisi d. Ratakan permukaan benda uji dengan straight edge/perata e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta berat benda uji (W2) f. Hitung berat benda uji (W3 = W2 W1)

.4. Perhitungan Berat isi agregat adalah :

Berat Isi Agregat =

W3 V

(Kg/Dam)

Dimana :

= Isi wadah/isi agregat


16

Catatan : Wadah sebelum digunakan, harus dikalibrasi dengan cara : a. Isi wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu ditutup dengan pelat kaca, tidak terlihat gelembung udara. b. Timbang dan catatlah berat wadah berserta airnya c. Hitung berat air (berat air sama dengan isi wadah)

2.4.6

Pengujian Berat Jenis, Penyerapan Agregat Halus Dan Agregat Kasar.


Berat Jenis Penyerapan Agregat Halus.

1. maksud dan tujuan pengujian pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry atau SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus, yaitu: a. berat jenis kering adalah perbedaan antara berat agregat kering dan berat air suling, yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh. b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh. c. Berat jenis semu ( apparent spesifik grafity), ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan kering. d. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap agregat kering. 2. Peralatan dan bahan Peralatan : a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram b. Piknometer/gelas ukur, kapasitas 500 ml. c. Kerucut terpancung untuk menentukan material dalam keadaan SSD. d. Penumbuk dengan penampang rata, berat 340 15 gram diameter penumbuk 25 3 mm.
17

e. Saringan no.4. f. Oven g. Termometer. h. Cawan i. Alat pembagi contoh bahan

Gambar 2.4 Peralatan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Bahan : a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan nomr 4 yang di peroleh dari alat pembagi sebanyak 500 gram b. Benda uji terlebih dahulu dibuat dalam keadaan jenuh permukaan kering (SSD) 3. Prosedur pengujian Penentuan SSD material halus adalah sebagai berikut : a. Masukan benda uji kedalam kerucut terpancung sebanyak 3 lapisan, dan masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali ditambah 1 kali
18

tumbukan untuk bagian atasnya sehingga selurunya menjadi 25 tumbukan. b. c. Sebelum diangkat bagian luar kerucut dibersikan dari butiran agregat Angkat kerucut terpancung perlahan-lahan hingga lepas dari material. d. Lihat hasil cetakan agregat, periksa bentuk runtuh dari agregat, yaitu hasil percetakan setelah kerucut diangkat. Bentuk runtunya umumnya ada 3, yang masing-masing menyatakan keadaan kandungan air dari agregat tersebut yaitu : Jika runtuhnya keseluruhannya, agregat terlalu kering sehingga perlu ditambah air. Jika tidak runtuh sama sekali, agregat terlalu basah sehingga agregat perlu dikeringkan di udara. Jika yang lain runtuh dan yang lain tidak, atau keruntuhanya hampir mencapai 50%, maka agregat dinyatakan dalam keadaan SSD. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus adalah : e. Timbang material dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram dan

masukan kedalam piknometer atau gelas ukur. f. Masukan air suling sampai pada batas garis yang sudah ditentukan pada piknometer, putar sambil diguncangkan untuk menghilangkan gelembung udara didalamnya. g. Tambakan air suling sampai mencapai batas yang ditentukan pada piknometer. h. Timbang berat piknometer+ benda uji dan air.(B1) i. Keluarkan benda uji kedalam cawan, keringkan dalam oven selama 24 jam sampai berat tetap. Kemudian dikeluarkan dari oven, didinginkan dan ditimbang beratnya.(B2) j. Isi kembali piknometer dengan air suling sampai pada tanda batas,kemudian timbang beratnya.(B3)

19

4. Perhitungan Berat jenis kering (bluk dry specific gravity)

BJ Bulk =

Berat Jenis Jenih Permukaan (SSD)

BJ SSD = Berat jenis semu (apperent)

BJ App =

Penyerapan (absortion)

Abs =

Dimana : B1 = Berat piknometer berisi benda uji + air B2 = Berat benda uji dalam kering oven. B3 = Berat piknometer berisi air. BJ = Berat benda uji dalam keadaan SSD.

Penetapan Berat Jenis Agregat Kasar.

1. Maksud Dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh(saturated surface dry = SSD), berat jenis semu(apparent) dan penyerapan dari agregat kasar.

20

2. Peralatan Dan Bahan Peralatan : a. Timbangan b. Bejana/gelas ukur, kapasitas 1000 ml. c. Kain penyerap d. Penjepit e. Oven f. Termometer g. Cawan h. Alat pembagi contoh atau riffler sampler. i. Saringan no. 4(4.75mm)

Gambar 2.5 Peralatan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Bahan : a. Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4.75 mm) diperoleh dengan menggunakan riffle sampler atau system perempat bagian (quatering) kira kira 500 gram.
21

3. Prosedur Pengujian a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan agregat. b. c. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110 5)c. Dinginkan benda uji pada suhu ruang selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram(Bk) d. Rendam benda uji dalam air dengan menggunakan gelas ukur dalam suhu ruangan selama 244 jam. e. Keluarkan benda uji dari perendaman/air, dilap dengan kain penyerap atau dibiarkan sampai selaput pada permukaan agregat hilang, agregat ini dinyatakan SSD (jenuh kering permukaan) f. g. Timbang benda uji dalam keadaan SSD (BJ) Masukan benda uji kedalam bejana gelas/ gelas ukur dan tambakan air suling sehingga keseluruhan benda uji terendam dan permukaan air pada gelas ukur diberi tanda batas. h. i. Timbang berat bejana berisi benda uji dan air (B1). Keluarkan benda uji kedalam cawan, keringkan dalam oven selama 24 jam sampai berat tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang (B2) j. Bersikan bejana dan masukan air suling sampai pada tanda batas, kemudian timbang beratnya (B3).

4. Perhitungan Berat jenis kering

BJ Bulk = Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD)

BJ SSD =

22

Berat jenis semu apparent(app)

BJ App=

Penyerapan (absorpion)

Abs =

100%

Dimana : B1 = Berat piknometer berisi benda uji + air B2 = Berat benda uji dalam kering oven. B3 = Berat piknometer berisi air. BJ = Berat benda uji dalam keadaan SSD.
2.4.7 Pengujian Kadar Air Agregat.

1. Maksud Dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat, dengan berat agregat dalam keadaan kering. 2. Peralatan a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram b. Oven (pengeringan) c. Cawan.

23

Gambar 2.6 Peralatan Pengujian Kadar Air 3. Bahan. Material halus mengunakan material yang lolos disaringan nomor 4.sebanyak dua sampel. Sesuai kebutuhan. Material batu mengunakan material yang lolos disaringan 3/4" dan tertahan di nomor 4. Sebanyak dua sampel sesuai kebutuhan.

4. Langkah kerja. a. Timbang berat cawan (W1) b. Masukan benda uji kedalam cawan dan timbang beratnya (W2). c. Hitung berat benda uji (W3= W2-W1) d. Keringkan benda uji dalam oven selama 1x24 sampai berat tetap. e. Keluarkan benda uji dari oven, didinginkan kemudian ditimbang cawan serta benda uji.(W4) f. Hitung berat benda uji kering oven(W5= W4-W1)

5. Perhitungan. Berat benda uji: (W3=W2-W1) Berat benda uji kering oven : (W5=W4-W1) Nilai kadar air : (W3 - W5) / (W5) X 100%
24

Ket : W1 = barat cawan W2 = berat cawan + benda uji W3 = berat benda uji semula W4 = berat cawan + benda uji setelah di oven W5 = berat benda uji kering oven.

2.4.8

Pemadatan(modified)

1. Maksud Dan Tujuan a. Dapat melaksanakan pemadatan agregat dengan spesifikasi yang benar b. Dapat menentukan nilai berat isi kering maksimum (dry maks) dan nilai kadar air optimum (OMC) 2. Alat dan bahan. Alat : a. Cetakan (mould) dengan diameter 15.25 cm dan tinggi mould 11,8 cm. b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 4 kg 5 kg c. Ayakan No. (19 mm) d. Ayakan No. 4 (4.75mm) e. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram f. Alat perata (straight edge), talam, mistar dan palu karet

Gambar 2.7 Peralatan Pemadatan

25

Bahan : a. Hal yang pertama dilakukan sebelum pemadatan adalah material di ayak lebih dahulu dengan ukuran saringan No.3/4(19 mm). setelah itu dipisakan material yang lolos No.4 adalah material halus. Dan tertahan di No. 4 adalah material kasar. b. Hasil ayakan ditimbang masing-masing material kasar dan material halus sesuai hasil perhitungan dari analisa saringan. Keduanya mencapai 6 kg. c. Setelah ditimbang di isi dalam tas plastik dan dibagi 6 bagian.

Kemudian hitung kadar air yang akan digunakan dalam pemadatan, mulai dari 5%, 7%, 9%, 11%, 13% cara perhitungan 6000 Gr dikali dibahagi kadar air dan dikali 100%. d. Material yang sudah dibagi dalam tas plastik, diambil dan dicampur dengan kadar air yang sudah diketahui. Pencampuran dimulai dari kadar air yang paling rendah sampai pada kadar air yang paling tinggi sesuai kadar air yang di tentukan. e. Setelah pencampuran selesai, material dibungkus dengan plastik dan di biarkan selama 24 jam.jangan lupa diberi tanda/nomor. 3. Prosedur pengujian a. Pertama-tama yang dilakukan adalah cetakan dibersikan kemudian mould ditimbang, ukur tinggi, dan diameter cetakan serta volume cetakan V (cm3) b. Cetakan diberi oli secukupnya untuk mempermuda saat material dikeluarkan. Setelah diberi oli cetakan di rangkai untuk persiapan penumbukan c. Ambil salah satu benda uji yang terisi dalam plastik kemudian di letakan dalam baki /cawan yang cukup memuat material. Kemudian material tersebut dibagi 5 bagian. d. Pemadatan dilakukan sebanyak 5 lapisan.masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 56 kali tumbukan. Dilakukan terus menerus hingga sampel yang ke 5. Setelah selesai ditumbuk ditimbang mould + tanah basah.
26

e. Setelah selesai ditimbang, diambil masing-masing sampel untuk pengujian kadar air.

2.4.9 CBR Laboratorium/ California Bearing Ratio. Cara ini pertama kali di perkenalkan oleh laboratorium California difision of highway USA pada tahun 1929, yang kemudian di terima dan di kembangkan lebih lanjut oleh institusi lain yaitu : U. S. Corps of engineers (1940-an) ASTM D 13-7 (1940-an), STM D 1883-87 (1961), AASTHO 193 74 (1972), dan British Standard BS 1377. Sedangkan di Indonesia percobaan ini telah di standarisasi melalui SNI dan standar Bina Marga PB- 0113 76. Percobaan ini bersifat empiris, yaitu mengukur tahanan geser tanah padah kondisi kadar air dan kepadatan tertentu. Untuk menetukan nilai kepadatan tertentu. Untuk menentukan nilai kekuatan (daya dukung) relatif tanah dasar atau bahan-bahan lainya yang di pakai untuk perkerasan, yang dinyatakan dalam nilai CBR. Nilai CBR (California Bering ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi dan beban tertentu terhadap beban standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu, terhadap beban standar penetrasi tertentu dan dan dinyatakan dalam persen (%) yaitu :

Beban penetrasi CBR = Beban standar Percobaan CBR dapat dilakukan baik di laboratorium, maupun secara langsung di lapangan.jika dilakukan di lapangan sebagai sumber beban digunakan mesin beban (load Frame), sedangkan untuk pelaksanaan di lapangan sebagai sumber bebannya digunakan as truk yang diisi material, atau jika dilakukan di dalam ruangan dengan luas yang terbatas, dapat digunakan meja sebagai beban reaksi.
27

X 100%

Data yang di peroleh dari pelaksanaan percobaan ini berupa pasangan beban dan kedalaman penetrasi. 1. Tujuan Percobaan Untuk mendapatkan nilai CBR rencana 2. Peralatan Dan Bahan Peralatan : a. Mesin beban (load Frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gaguae). b. Cetakan dengan diameter 15,25 cm tinggi11,78 cm termasuk leher penyambung dan keeping alas serta piringan pemisah. c. Alat penumbuk/hamer seberat 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm. d. Piston tolak /penetrasi dengan diameter 4,49. e. Keeping beban seberat 4 kg. f. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr g. Alat perata, talam dan lain-lain.

Gambar 2.8 Peralatan Pengujian CBR Laboratorium

28

Bahan : a. Ambil contoh material yang sudah di siapkan sebanyak 6 kg kemudian di tambakan air sesuai kadar air optimum (omc) yang di dapatkan pada waktu pelaksanaan pemadatan. b. Setelah selesai dicampur dengan air, material dibungkus dengan plastic dan di biarkan selama 24 jam. c. Rangkai cetakan kemudian material di letakan di dalam baki/cawan kemudian material dibagi 3 bagian. d. Pemadatan dilakukan sebanyak 3 lapisan.masing-Masing lapisan ditumbuk sebanyak 56 kali tumbukan. Setelah selesai ditumbuk ditimbang mould + tanah basah. e. untuk CBR tanpa rendaman (unsoaked) benda uji siap untuk di tekan.

3. Proses Pengujian a. Letakan keping beban sebesar 4 kg. atau sesuai perkiraan beban perkerasan,di atas benda uji. b. Atur piston penetrasi agar menyentu permukaan benda uji kemudian atur arloji beban dan penetrasi pada posisi nol. c. Beri pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati 2,227 mm (0,05 Inch)/menit d. Catat pembacaan bilah beban maksimum telah tercapai sebelum penetrasi 12,5, e. Lepaskan benda uji dari mesin beban, kemudian pasang piringan pada permukaan benda uji dan tutup dengan alas cetakan . f. Setelah selesai melakukan pengujian keluarkan benda uji dari cetakan dan ambil contoh material untuk di cari kadar airnya. 4. Perhitungan dan pelaporan Untuk benda uji yang di rendam (soaked), laporkan besarnya pengembangan nilai

(swelling). Pengembangan adalah perbandingan antara

perubahan tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula, yang dinyatakan dalam persen (%)
29

Kondisikan pembacaan bahan dari pembacaan devisi kedalam satu gaya dan gambar grafik hubungan beban terhadap penetrasi. Lakuan konfensi nol terhadap kurva yang berbentuk cekung pada pembacaan-pembacaan akibat ketidak-teraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Konfersikan pembacaan beban dari pembacaan divisi kedalam satuan gaya, dan gambarkan grafik hubungan beban terhadap penetrasi. Lakukan koreksi pembacaan nol terhadap kurva yang berbentuk cekung pada

pembacaan-pambacaan awal akibat ketidak aturan permukaan dan atau sebab-sebab lain. Dengan menggunakan harga harga beban yang telah di koreksi dapat ditentukan besarnya nilai CBR laboratorium untuk penetrasi tersebut.Umumnya harga CBR diambil dari penetrasi 0,1. Nilai CBR laboratorium benda uji adalah nilai CBR untuk penetrasi 2.50 mm(0,1). Nilai CBR penetrasi 5.00 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2.50 mm, maka pengujian harus di ulangi. Apabilah pada pengujian ulangan, nilai CBR pada penetrasi 5.00 mm lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2.50 mm maka yang diambil sebagai nilai CBR laboratorium adalah nilai CBR pada penetrasi 5.00 mm. Bilah beban maksimum terjadi sebelum 5.00 mm maka nilai CBR di dapat dari perbandingan beban maksimum tersebut terhadap beban standar yang sesuai.

30

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Bahan Pengujian dan Schedule Pengujian a. Bahan Pengujian Bahan Pengujian pada Proyek Rehabilitasi Jalan Paal 4 Tikala yaitu Material yang berasal dari Tateli. b. Schedule Pengujian Pengujian ini dilakukan di Lab Uji Bahan Politeknik Negeri Manado.Waktu pengujian dimulai pada tanggal 25 Mei 2012 dan berakhir pada tanggal 7 Juli 2012. Selama pengujian tersebut ada kendala kendala yang dialami dalam pengujian diantaranya menunggu peralatan uji yang akan di pakai karena melakukan pengujian secara bergantian.

3.2 Pengujian Abrasi Agregat Dengan Mesin Los Angeles Hasil pengujian Tabel 3.1 Hasil Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles Gradasi Pemeriksaan Saringan lewat tertahan berat sebelum 76.2 63.5 63.5 50.8 50.8 38.1 38.1 25.4 25.4 19 19 12.7 12.7 9.51 9.51 6.35 6.35 4.75 4.75 2.36 Berat Material Berat Material tertahan saringan No.12 Keausan/Abrasi(%) 33.64 berat sesudah

1250.8 1250.5 1250.3 1250

5001.6 3318.9

Hasil Pengujian Keausan Agregat Abrasi telah sesuai dengan spesifikasi yaitu= 33.64% (spesifikasi 0-40%) 31

3.3 Pengujian Analisa Ayakan ( Cara Basah ) Hasil Pengujian


Berat sample = Berat sampel 2866.3 2587.7 gr. gr. 2595.3 gr 2331.7 gr

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Analisa Ayakan


Saringan No. 2" 1" 1" 3/4 " 3/8" #4 #10 #40 #200 Pan mm 50.0 37.5 25.4 19.0 9.50 4.75 2.00 0.425 0.075 Individu Brt. Ret. (gr) 0 315.9 134.3 165.7 350 520 285.3 595.2 192.2 29 Brt. Ret. (gr) 0 315.9 450.2 615.9 965.9 1485.9 1771.2 2366.4 2558.6 2587.7
#200

Akumulatif Ret. % 0 11.02 15.71 29.00 33.70 51.84 61.79 82.56 89.26 100.00 Lolos % 100.0 89.0 84.29 71.00 66.30 48.16 38.21 17.44 10.74 0.00
#40

Individu Rata2 100.00 92.70 84.63 70.45 57.87 43.74 29.89 16.72 7.43 0.00
#10

Akumulatif Brt. Ret. (gr) 0 92.7 390.1 987.2 1312 1574.6 2035.2 2180 2488.2 2331.7
3/8"

Spec. 100 88-95 70-85 30-65 25-55 15-40 8-20 2-8

Brt. Ret. (gr) 0 92.7 297.4 135.5 324.8 262.6 460.6 144.8 308.2 30.6
#4

Ret. % 0 3.57184 15.03 30.10 50.55 60.67 78.42 84.00 95.87 100.00
1"

Lolos % 100.0 96.4 84.97 69.90 49.45 39.33 21.58 16.00 4.13 0.00
1" 2"

Grafik Analisa Saringan

#200

#40

#10

#4

3/8"

1"

1" 2"

Spesifikasi

Spesifikasi

0.075

0.425

2.00

4.75

9.5

25.4 37.5 50.0

0.075

0.425

2.00

4.75

9.5

25.4 37.5 50.0

Hasil Pengujian Analisa ayakan diambil dari rata rata persentase lolos tiap ayakan dan #20 #4 telah masuk pada sona spesifikasi.

#20

#4

Gambar 3.1 Grafik Analisa Saringan 32

3.4 Berat Isi Agregat (berat isi lepas) Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Halus Tabel 3.3 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Halus

PEMERIKSAAN Berat Mould(w1) Berat Mould + Benda uji(w2) Berat benda uji(w3=w2-w1) Berat Mould+ Air(w4) berat air/ Isi Mould (V=w4-w1)

LEPAS I 7820 22620 14800 17660 9840 II 7820 22640 14820 17660 9840

PEMERIKSAAN Berat Isi Agregat =w3/v (gr/cm) Rata- rata


Berat Isi Agregat Halus di dapat = 1.51 (gr/cm) Berat Isi Agregat Kasar Tabel 3.4 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat Kasar

I 1.50 1.51

II 1.51

PEMERIKSAAN Berat Mould(w1) Berat Mould + Benda uji(w2) Berat benda uji(w3=w2-w1) Berat Mould+ Air(w4) berat air/ Isi Mould (V=w4-w1)

LEPAS I 7820 19580 11760 17660 9840 II 7820 19600 11780 17660 9840

PEMERIKSAAN Berat Isi Agregat =w3/v (gr/cm) Rata- rata


Berat Isi Agregat Kasar di dapat = 1.20 (gr/cm)
33

I 1.20 1.20

II 1.20

3.5 Pengujian Berat Jenis, Penyerapan Agregat Halus Dan Agregat Kasar Tabel 3.5 Hasil pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
PEMERIKSAAN Berat benda uji jenuh permukaan kering (Bj) Berat benda uji kering oven (B2) Berat bejana berisi air (B3) Berat bejana + benda uji + Air (B1) PEMERIKSAAN Berat jenis bulk/ov = B2/(B3+500-B1) Berat jenis ssd = 500/(B3+500-B1) Berat jenis app = B2/ (B3+B2-B1) Penyerapan = Bj-B2/(B2) 100% I 500 493.5 678.4 975.6 I 2.43 2.47 2.51 1.32 II 500 495.2 673.9 971.3 II 2.44 2.47 2.50 0.97 rata rata 2.44 2.47 2.51 1.14

Hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat halus : Bj bulk = 2.44, Bj ssd = 2.47, Bj app = 2.51, Penyerapan = 1.14 % Tabel 3.6 Hasil pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
PEMERIKSAAN Berat benda uji jenuh permukaan kering (Bj) Berat benda uji kering oven (B2) Berat bejana berisi air (B3) Berat bejana + benda uji + Air (B1) PEMERIKSAAN Berat jenis bulk/ov = B2/(B3+Bj-B1) Berat jenis ssd = Bj/(B3+Bj-B1) Berat jenis app = B2/ (B3+B2-B1) Penyerapan = (Bj-B2)/B2 100% I 2367 2294.8 714.4 2057.9 I 2.24 2.31 2.41 3.15 II 2198.4 2129.8 714.4 1959.4 II 2.23 2.31 2.41 3.22 rata rata 2.24 2.31 2.41 3.18

Hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar : Bj bulk = 2.24, Bj ssd = 2.31, Bj app = 2.41, Penyerapan = 3.18 %
34

3.6 Pengujian Kadar Air Agregat Hasil Pengujian Kadar Air Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kadar Air pada 5%
PEMERIKSAAN No.Cawan Berat Cawan (w1) Berat cawan + Benda Uji (w2) Berat benda Uji(w3=w2-w1) Berat Cawan+Benda Uji kering Oven(w4) Berat benda uji kering oven(w5= w4-w1) PEMERIKSAAN Kadar Air Agregat = (w3-w5)/w5 100% cat: pemadatan 5% 477.8 I 4.65 478.2 II 4.56 Rata-rata 4.60 500 500 I A II B

Nilai Kadar Air pada Pemadatan 5% = 4.60 % Tabel 3.8 Hasil Pengujian Kadar Air pada 7%
PEMERIKSAAN No.Cawan Berat Cawan (w1) Berat cawan + Benda Uji (w2) Berat benda Uji(w3=w2-w1) Berat Cawan+Benda Uji kering Oven(w4) Berat benda uji kering oven(w5= w4-w1) PEMERIKSAAN Kadar Air Agregat = (w3-w5)/w5 100% cat: pemadatan 7% 468.7 I 6.68 467.3 II 7.00 Rata-rata 6.84 500 500 I A II B

Nilai Kadar Air pada Pemadatan 7% = 6.84 %


35

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Kadar Air pada 9%


PEMERIKSAAN No.Cawan Berat Cawan (w1) Berat cawan + Benda Uji (w2) Berat benda Uji(w3=w2-w1) Berat Cawan+Benda Uji kering Oven(w4) Berat benda uji kering oven(w5= w4-w1) PEMERIKSAAN Kadar Air Agregat = (w3-w5)/w5 100% cat: pemadatan 9% 463.1 I 7.97 462.6 II 8.08 Rata-rata 8.03 500 500 I A II B

Nilai Kadar Air pada Pemadatan 9% = 8.03 % Tabel 3.10 Hasil Pengujian Kadar Air pada 11%
PEMERIKSAAN No.Cawan Berat Cawan (w1) Berat cawan + Benda Uji (w2) Berat benda Uji(w3=w2-w1) Berat Cawan+Benda Uji kering Oven(w4) Berat benda uji kering oven(w5= w4-w1) PEMERIKSAAN Kadar Air Agregat = (w3-w5)/w5 100% cat: pemadatan 11% 454.7 I 9.96 461.2 II 8.41 Rata-rata 9.19 500 500 I A II B

Nilai Kadar Air pada Pemadatan 11% = 9.19 %

36

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Kadar Air pada 13%


PEMERIKSAAN No.Cawan Berat Cawan (w1) Berat cawan + Benda Uji (w2) Berat benda Uji(w3=w2-w1) Berat Cawan+Benda Uji kering Oven(w4) Berat benda uji kering oven(w5= w4-w1) PEMERIKSAAN Kadar Air Agregat = (w3-w5)/w5 100% cat: pemadatan 13% 444.3 I 12.54 452.2 II 10.57 Rata-rata 11.55 500 500 I A II B

Nilai Kadar Air pada Pemadatan 13% = 11.55 %

37

3.7 Pemadatan(modified) Hasil Pengujian Pemadatan Tabel 3.12 Hasil Pengujian Pemadatan (Modified)
Volume Mould
Kepadatan

2140

cm3 cc gr gr gr gW gd gr/cc gr/cc 300 20063 16008 4055 1.895 1.811 A gr gr gr Ww Ws W gr gr % % 500.00 478.00 0.00 22.00 478.00 4.60 420 20243 16008 4235 1.979 1.852 B 500.00 468.00 0.00 32.00 468.00 6.84

Pukulan 540 20355 16008 4347 2.031 1.880 C 500.00 462.75 0.00 37.25 462.75 8.05

: 56 660 20387 16008 4379 2.046 1.874 D 500.00 457.95 0.00 42.05 457.95 9.18 780 20452 16008 4444 2.077 1.862 E 500.00 448.25 0.00 51.75 448.25 11.54

Penambahan Air Berat mould + sample Berat mould Berat sample yang dipadatkan Kepadatan Basah Kepadatan Kering Container No. Wt. of wet sample + cont.
Kadar Air

Wt. of dry sample + cont. Wt. of Container Weight of Water Weight of dry sample Water Content Average

Grafik Kepadatan

Kepadatan Maximum = Berat Jenis Gabungan =

1.878 2.327

gr/cc gr/cc

Kadar Air Optimum =

9.50

Gambar 3.2 Grafik kepadatan


38

3.8 CBR Laboratorium (California Bearing Ratio) Hasil Pengujian Tabel 3.13 Hasil Pengujian CBR Laboratorium pada 15x Tumbukan
STANDARD / MODIFIED Pengembangan Tanggal Jam Pembacaan Penyesuaian PENETRASI Waktu (Menit) 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4 6 8 10 KADAR AIR Berat sample basah + wadah Berat sample kering + wadah Berat wadah Berat air Berat sample kering Kadar Air NILAI CBR 0.1" 1421.1 x 100 % Bawah 3 x 1000 47.4 % x 100 % Atas 3 x 1000 % 3 x 1500 % 4326.5 3 x 1500 96.1 % x 100 %
0 0 0.1 0.2 0.3 PENETRASI ( INC ) 0.4 0.5

Pr. Ring = Kepadatan

31.58

Jlh.Pukulan : 15 x I 11507 7525 3982 2140 1.861 1.721

Berat mould + sampel Berat mould 0 0 0 Berat sample basah Volume mould Kepadatan Basah Kepadatan Kering Penetrasi (inc) 0.0125 0.025 0.05 0.075 0.1 0.15 0.2 0.3 0.4 0.5
BEBAN ( LBS )

Pembacaan Atas Bawah 5 11 23 38 45 88 137 188 237

Pembebanan (Lbs) Atas Bawah 157.9 347.38 726.34 1200.04 1421.1 2779.04 4326.46 5937.04 7484.46
5500 5000 6500 7500 7000 8000

6000

I gr gr gr gr gr % 500.0 462.4 0.0 37.6 462.4 8.14 0.2"

II 500.0 462.8 0.0 37.2 462.8 8.03

4500 4000 3500 3000 2500

4106.48

2012.47
2000 1500 1000 500

x 100 %

Nilai CBR pada penetrasi 0.1 = 1421.1 Nilai CBR pada penetrasi 0.2 = 4326.5

39

Tabel 3.14 Hasil Pengujian CBR Laboratorium pada 35x Tumbukan


STANDARD / MODIFIED Pengembangan Tanggal Jam Pembacaan Penyesuaian PENETRASI Waktu (Menit) 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4 6 8 10 KADAR AIR Berat sample basah + wadah Berat sample kering + wadah Berat wadah Berat air Berat sample kering Kadar Air NILAI CBR 2179.0 Bawah 3 x 1000 72.6 % x 100 % Atas 3 x 1000 % 3 x 1500 % 0.1" x 100 % 4421.2 3 x 1500 98.2 % x 100 %
0 0 0.1 0.2 0.3 PENETRASI ( INC ) 0.4 0.5

Pr. Ring = Kepadatan

31.58

Jlh.Pukulan : 35 x II 11660 7470 4190 2140 1.958 1.797

Berat mould + sampel Berat mould 0 0 0 Berat sample basah Volume mould Kepadatan Basah Kepadatan Kering Penetrasi (inc) 0.0125 0.025 0.05 0.075 0.1 0.15 0.2 0.3 0.4 0.5 I gr gr gr gr gr % 500.0 458.8 0.0 41.2 458.8 8.98 0.2" x 100 % II 500.0 457.7 0.0 42.3 457.7 8.03
BEBAN ( LBS )

Pembacaan Atas Bawah 5 12 25 42 69 102 140 190 255

Pembebanan (Lbs) Atas Bawah

Rata-rata

157.9 378.96 789.5 1326.36 2179.02 3221.16 4421.2 6000.2 8052.9

8500 8000 7500 7000 6500 6000 5500

5000
4500 4000 3500 3000 2500

4199.54

2052.11
2000 1500 1000 500

Nilai CBR pada penetrasi 0.1 = 2179.0 Nilai CBR pada penetrasi 0.2 = 4421.2

40

Tabel 3.15 Hasil Pengujian CBR Laboratorium pada 65x Tumbukan


STANDARD / MODIFIED Pengembangan Tanggal Jam Pembacaan Penyesuaian PENETRASI Waktu (Menit) 1/4 1/2 1 1 1/2 2 3 4 6 8 10 KADAR AIR Berat sample basah + wadah Berat sample kering + wadah Berat wadah Berat air Berat sample kering Kadar Air NILAI CBR 2526.4 Bawah 3 x 1000 84.2 % x 100 % Atas 3 x 1000 % 3 x 1500 % 0.1" x 100 % 4547.5 3 x 1500 101.1 % x 100 %
1000 500 0 0 0.1 0.2 0.3 PENETRASI ( INC ) 0.4 0.5

Pr. Ring = Kepadatan

31.58

Jlh.Pukulan : 65 x III 11694 7345 4349 2140 2.032 1.862

Berat mould + sampel Berat mould 0 0 0 Berat sample basah Volume mould Kepadatan Basah Kepadatan Kering Penetrasi (inc) 0.0125 0.025 0.05 0.075 0.1 0.15 0.2 0.3 0.4 0.5 I gr gr gr gr gr % 500.0 458.0 0.0 42.0 458.0 9.16 0.2" x 100 % II 500.0 459.5 0.0 40.5 459.5 8.82
3000

Pembacaan Atas Bawah 7 18 34 56 80 110 144 195 272

Pembebanan (Lbs) Atas Bawah 221.06 568.44 1073.72 1768.48 2526.4 3473.8 4547.52 6158.1 8589.76

Rata-rata

9000 8500 8000 7500

7000
6500 6000 5500
BEBAN ( LBS )

5000 4500 4000 3500

4443.11

2500
2000 1500

2275.89

Nilai CBR pada penetrasi 0.1 = 2526.4 Nilai CBR pada penetrasi 0.2 = 4547.5

41

Grafik Hubungan Kepadatan dan Nilai CBR

1.9

GRAFIK KEPADATAN

GRAFIK CBR

Kepadatan ( gd ) gr/cm3

1.8

1.7

1.6 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140

OMC %

Kadar Air %

CBR %

Hubungan antara Grafik kepadatan dan nilai CBR di dapat : Kadar Air Optimum = 9.50 % gdMaximum = 1.878 gr/cm3 Nilai CBR pada 100 % = 86.45 % Gambar 3.3 Grafik kepadatan dan grafik CBR

42

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari Pengujian yang telah dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Manado maka di peroleh hasil pengujian yang menunjukan bahwa material lapis pondasi bawah quarry Tateli yang digunakan pada proyek Rehabilitas Jalan Paal 4 Tikala Manado telah memenuhi syarat. Dengan Hasil Pengujian Sebagai Berikut : 1. Nilai Abrasi sebesar 33,64 %, telah memenuhi spesifikasi untuk nilai Abrasi < 40%.

2. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Bulk SSD App Penyerapan = 2,24 = 2,31 = 2,41 = 3,18 %

3. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Bulk SSD App Penyerapan = 2,44 = 2,47 = 2,51 = 1,41 %

4. Kepadatan Maximum = 1,878 gr/cm 5. Kadar Air Optimum = 9,50 % 6. Nilai CBR rencana 86,45 % 4.2 Saran Untuk lebih memperkeras Perkerasan sebaiknya pada material Lapis Pondasi Bawah perlu ditambahkan Bahan Pengisi seperti Tras dengan persentasi penambahan secara bervariasi.

43

44

45

Anda mungkin juga menyukai