Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.

Definisi Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal. 2. Epidemiologi Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008). 3. Etiologi Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: 1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan. 2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.

3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. 4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang). 4. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer penurunan transport O2 ke jaringan hipoksia, pucat, lemah beban jantung meningkat kerja jantung meningkat payah jantung 5. Klasifikasi Secara patofisiologi anemia terdiri dari : 1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik. 2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik. Secara umum anemia dikelompokan menjadi : 1. Anemia mikrositik hipokrom a. Anemia defisiensi besi Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia iniumumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan olehinfestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemiabila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena : o Diet yang tidak mencukupi o Absorpsi yang menurun o Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

o Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah o Hemoglobinuria o Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru. b. Anemia penyakit kronik Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelialsiderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi sepertiinfeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ). 2. Anemia makrositik a. Anemia Pernisiosa Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karenagangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktorekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12. b. Anemia defisiensi asam folat Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsiasam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asamfolat terdapat dalam daging, susu, dan daun daun yang hijau. 3. Anemia karena perdarahan a. Perdarahan akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. b. Perdarahan kronik Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien.Penyebab 4. Anemia hemolitik Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baiksementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainanglikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan salurancerna, dan epistaksis.

imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.Biasanya pasien ikterus dan splenomegali. 5. Anemia aplastik Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll. 6. Tanda dan Gejala Tanda umum pada anemia: o Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan, o Peningkatan frekuensi pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen di darah. o Pusing akibat kekurangan aliran darah ke otak o Kelelahan karena penurunan oksigen ke berbagai organ, termasuk otot jantung dan otot rangka. o Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi. o Mual akibat penurunan aliran darah ke saluran cerna dan susunan saraf pusat. o Penurunan kualitas rambut dan kulit. Pada anemia aplastik, jika trombosit dan sel darah putih juga terkena, gejalagejala tambahan dengan : o Pendarahan dari gusi dan gigi, mudah timbul memar, termasik petekie dan purpura. o Infeksi berulang o Luka pada kulit dan mukosa yang sulit sembuh. Manifestasi klinis Area Keadaan umum Manifestasi klinis Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat , kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun. Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit

pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik, elastisitas kulit munurun, perdarahan kulit atau mukosa (anemia aplastik) Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,

konjungtiva pucat. Telinga Mulut Vertigo, tinnitus Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency asam folat) Paru paru Kardiovaskuler Dipsneu, takipnea, dan orthopnea Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja, angina pectoris dan gagal jantung Gastrointestinal Anoreksia, hepatospleenomegali hemolitik) Muskuloskletal System persyarafan Nyeri pinggang, sendi Sakit kepala, lesu pusing, perasaan tinnitus, dingin mata otot, pada mual-muntah, (pada anemia bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali,

berkunang-kunang, irritable, ekstremitas. o (Bakta, 2003:15).

kelemahan

7. Pemeriksaan Fisik
o

Pemeriksaan rektal - seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan rektum untuk menentukan apakah sesuatu di saluran pencernaan dapat menyebabkan perdarahan. Ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan semacam ini. Jika kelainan yang terdeteksi Dokter maka akan dokter umum akan merujuk pasien ke spesialis (pencernaan).

Pemeriksaan panggul - Jika menstruasi berat dapat menyebabkan anemia ia dapat melaksanakan pemeriksaan panggul. Jika pasien tidak menanggapi pengobatan suplemen zat besi dan memiliki periode berat Dokter Umum bisa merujuk ke ginekolog.

8. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999:572)
o o

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal: menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal: peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

o o

Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB). SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter

Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). Nilai normal Trombosit (per mikro lt): 200.000 400.000 per mikro liter darah. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl): Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi

o o o o

Besi serum: tak ada (DB); tinggi (hemolitik). Masa perdarahan: memanjang (aplastik). Tes schilling: penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP). Guaiak: mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster: penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi: sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan; perdarahan GI.

9. Therapy Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat 10. Komplikasi Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998). B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 2000:569) meliputi :


1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk aktivitas. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu aktivitas atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi

Gejala : Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia: abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya orang tua yang mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : Depresi.
4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : Distensi abdomen.
5) Makanan/cairan

Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala (DB)


8) Pernapasan

Gejala : Riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10)

Seksualitas Gejala : Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menorargi, impoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

11)

Penyuluhan /pembelajaran

Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB/AP), riwayat penyakit hati, ginjal; masalah hematologi; riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan

dipsnea, takikardia
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.


3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan

untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah ditandai dengan mualmuntah, anoreksia, penurunan BB
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.


5. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan 6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
3. Intervensi

1.

Pola nafas tidak efektif b.d takikardia

hiperventilasi ditandai dengan dispnea,

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama X 24 menit, diharapkan pola nafas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil : - pasien melaporkan sesak napas berkurang - pernafasan teratur - takipneu atau dispneu tidak ada - tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 37,5 C) Intervensi : Mandiri : 1) Pantau tanda-tanda vital Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien 2) Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan, napas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan Rasional : Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan intervensi yang tepat 3) Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi Rasional : Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada 4) Ajarkan klien napas dalam Rasional : Untuk meningkatkan kenyaman 5) Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi Rasional : Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkaji apakah keluhan sesak pasien sudah berkurang. Kolaborasi 1. Berikan O2 sesuai indikasi Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan O2 2. Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan pemasangan ventilator sesuai indikasi Rasional : Untuk membantu pernapasan adekuat 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.

Tujuan : Setelah diberikan askep selama . X 24 jam diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil: - menunjukkan perfusi adekuat - TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit), RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C)) - Membrane mukosa warna merah muda - GCS > 13 Intervensi : Mandiri : 1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. 2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. 3. Selidiki keluhan nyeri kepala Rasional : iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien 4. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi Rasional : vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer. kolaborasi : 1. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium (Hb, Ht, jumlah sel darah merah, dan AGD). Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. 2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan

untuk

mencerna

atau

ketidakmampuan

mencerna

makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Tujuan : Setelah diberikan askep selam . X 24 jam diharapkan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:
- mual muntah (-) - makan habis 1 porsi - tidak terjadi penurunan berat badan > 20%

Intervensi : Mandiri :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi


2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.

Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.


3. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu

makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
4. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang

berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,

gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. Kolaborasi :
1. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.

Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.


2. Pantau hasil pemeriksaan laboraturium.

Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
3. Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan kelemahan, kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai Tujuan : Setelah diberikan askep selama .... x 24 jam diharapkan dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil: - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - TTV dalam batas normal (TD (140/90-90/60 mmHg), nadi (60-100 x/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-37,50 C)) Intervensi : Mandiri :
1. Kaji kemampuan ADL pasien.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.


2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,

pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi

kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

5. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. Tujuan : Setelah diberikan askep selama . X 24 jam diharapkan membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat. Intervensi : 1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat. 2. Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. 3. Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet. 4. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung. Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare. 5. Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen 6. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan. 7. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk. Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi. 8. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

9. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. 6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)). Tujuan : Setelah diberikan askep selam . X 24 jam diharapkan Infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. Intervensi : 1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. 2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri. 3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. 4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. 5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. 6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. 7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. 8. Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan. 9. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan. 10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local. Evaluasi
1. Pola nafas tidak efektif dengan kriteria hasil :

pasien melaporkan sesak napas berkurang pernafasan teratur takipneu atau dispneu tidak ada tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 37,5 C)

2. Perfusi jaringan efektif dengan kriteria hasil : -

menunjukkan perfusi adekuat TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit), RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C)) Membrane mukosa warna merah muda GCS > 13 mual muntah (-) makan habis 1 porsi tidak terjadi penurunan berat badan > 20% melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) TTV dalam batas normal (TD (140/90-90/60 mmHg), nadi (60-100 x/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-37,50 C))

3. Nutrisi adekuat dengan kriteria hasil :

4. Dapat mempertahankan aktivitas dengan kriteria hasil : -

5. Konstipasi teratasi dengan kriteria hasil :

menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

6. Risiko tinggi terhadap infeksi teratasi dengan kriteria hasil :

mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC Price, S.A, 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC

Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 20052006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika Doenges, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta. Kahsasi,Daniel.2009.AnemiaAcute,(online)http://emedicine.medscape.com/article/159803media, emergency_medicine diakses pada tgl 22 Oktober 2009 Bakta, I Made.2003.Hematologi Klinik Dasar.Jakarta:EGC Catherino jeffrey M.2003.Emergency medicine handbook USA:Lipipincott Williams Guyton Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC. ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo / nurse / leucemia / htm.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA

OLEH: Made Widya Pramesti (0902105030)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2011

Anda mungkin juga menyukai