Anda di halaman 1dari 9

Propofol Penggunaan: Obat induksi sedasi sadar, pemeliharaan dari anestesia, pengobatan dari mual dan muntah akibat

kemoterapi/pascabedah Sedasi sadar: Bolus IV, 25-50 mg (0.5-1 mg/kg), titrasi lambat hingga efek yang diinginkan (contohnya awitan dari bicara yang tidak jelas). Fungsi pernapasan dan jantung harus dipantau secara terus menerus. Induksi: IV, 2-2.5 mg/kg (berikan secara lambat dalam 30 detik dalam 2-3 dosis bagi) Pemeliharaan: Bolus IV, 25-50 mg. Infus, 100-200 g/kg/menit Antiemetik: IV, 10 mg Eliminasi: Kemasan: Farmakologi Propofol merupakan suatu obat hipnotik intravena diisopropilfenol yang menimbulkan induksi anestesia yang cepat dengan aktivitas eksitasi minimal (contohnya, mioklonus). Obat ini mengalami distribusi yang luas dan eliminasi yang cepat. Dosis induksi berkaitan dengan apne dan hipotensi sebagai akibat depresi miokard langsung dan penurunan tahanan vaskular sistemik dengan perubahan nadi minimal. Obat ini menghambat respons hemodinamik terhadap laringoskopi dan intubasi. Propofol tidak mempunyai sifat analgetik, tetapi tidak seperti barbiturat, obat ini bukan antianalgesik. Dibandingkan dengan natrium tiopental, pemulihan lebih cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Propofol kemungkinan memiliki efek antiemetik intrinsik. Dosis subhipnotik efektif dalam mengobati mual dan muntah pascabedah dan berkaitan-kemoterapi. Seperti etomidat, propofol dapat menekan korteks adrenal dan menurunkan kadar kortisol plasma. Namun, tidak seperti halnya etomidat, supresi adrenal reversibel dengan cepat dan memberikan respons terhadap stimulasi ACTH. Perubahan EEG pada induksi termasuk peningkatan aktifitas alfa, delta, dan teta kadang-kadang dengan supresi ledakan. Jika digunakan untuk pemeliharaan anestesia, propofol menghasilkan penurunan tergantung dosis dari amplitudo potensial bangkitan somato-sensorik. Propofol kemungkinan memiliki aktifitas prokonvulsan dan antikonvulsan. Efek pronkonvulsa dapat merupakan aktifasi dari fokus epileptogenik. Efek antikonvulsan kemungkinan besar disebabkan oleh depresi korteks nonspesifik daripada oleh peningkatan ambang kejang. Propofol mengurangi aliran darah otak, tekanan intrakranial, dan kecepatan metabolik otak. Dapat mengurangi tekanan perfusi otak karena efeknya pada tekanan rerata arteri (CPP = MAP-ICP). Dapat terjadi pelepasan histamin, dan reaksi alergik kemungkinan sekali berupa anafilaksis. Farmakokinetik Awitan Aksi: Efek Puncak: Lama Aksi: Dalam 40 detik 1 menit 5-10 menit hati, ekstrahepatik (paru) suntikan, 10 mg/ml

Dosis:

Interaksi/toksisitas:

Mempotensiasi efek depresi SSP dan sirkulasi dari narkotik, hipnotik sedatif, anestetik volatil; ekstraksi pulmoner berkurang dan kadar plasma meningkat (hingga 50%) dengan pemberian bersama alfentanil, fentanil, halotan (konsentrat > 1.5%); nyeri dapat terjadi pada suntikan ke dalam vena kecil; mempotensiasi blokade neuromuskuler dari relaksan otot nondepolarisaasi (contohnya, atrakurium).

Pedoman/Peringatan 1. Kurangi dosis pada manula, pasien hipovolemik, pasien bedah berisik tinggi dan pada penggunaan bersama narkotik dan hipnotik sedatif. 2. Perkecil rasa nyeri dengan menyuntikkan ke dalam vena besar dan/atau mencampurkan lidokain IV (0.1 mg/kg) dengan dosis propofol induksi. 3. Karena efeknya terhadap tekanan perfusi otak, propofol tidak disarankan pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Harus diberikan dengan hati-hati kepada pasien dengan riwayat epilepsi atau gangguan kejang. 4. Gunakan dengan hati-hati pada seksio sesarea. Dibandingkan dengan tiopental, dosis induksi propofol dapat berkaitan dengan konsentrasi vena umbilikalis yang tinggi, hipotonus otot, dan skor Apgar 1 dan 5 menit neonatus yang rendah. 5. Vehikulum emulsi lemak-kedelai dari propofol mrmbantu pertumbuhan cepat bakteri, dan teknik aseptik yang ketat harus dipertahankan selama penanganan. Ampul propofol harus dibuang setelah selesai digunakan. 6. Penggunaannya merupakan kontraindikasi pada pasien alergik terhadap telur atau minyak kedelai. Efek samping 1. Kardiovaskular: Hipotensi, aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi 2. Pulmoner: Depresi pernapasan, apne, cegukan, bronkospasme, laringospasme 3. SSP: Sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, gerakan klonik/mioklonik, opistotonus, kejang 4. GI: mual, muntah, kram abdomen 5. Lokal: terbakar, tersengat, nyeri pada tempat suntikan 6. Alergik: Eritema, urtikaria, pruritus

Midazolam Penggunaan: Dosis: Pramedikasi, sedasi sadar, obat induksi suplementasi anestesia Pramedikasi: IM, 2.5-10 mg (0.05-0.2 mg/kg). PO, 20-40 mg (0.5-0.75 mg/kg). Gunakan larutan injektat potensi tinggi (5 mg/ml). Encerkan dalam 3-5 ml sari apel atau minuman cola bersendawa. Atropin 0.03 mg/kg PO dapat ditambahkan untuk mengurangi sekresi. Intranasal, 0.2-0.3 mg/kg. Gunakan larutan injektat potensi tinggi (5mg/ml). Rektal, 15-20 mg (0.3-0.35 mg/kg). Encerkan dalam 5 ml NS.

Sedasi sadar: IV, 0.5-5 mg (0.025-0.1 mg/kg). Titrasi lambat hingga efek yang diinginkan (contohnya, awitan bicara tidak jelas). Pernapasan dan fungsi jantung harus dimonitor secara kontinu. Induksi: IV, 50-350 g/kg. Infus, 0.25-1.5 g/kg/menit. Antikonvulsan: IV/IM, 2-5 mg (0.025-0.1 mg/kg) setiap 10-15 menit seperti yng diperlukan Eliminasi: Kemasan: Farmakologi Benzodiazepin aksi pendek ini memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik, antikonvulsan, dan relaksan otot skelet. Transmisi neuromuskuler tidak dipengaruhi, dan aksi dari obat-obatan nondepolarisasi tidak berubah. Karena struktur cincin imidazol, midazolam sangat larut dalam air pada pH rendah (<4) dengan cincin terbuka dan lipofilik pada pH fisiologik (>4) dengan cincin tertutup. Kelarutannya dalam air mempermudah pencampuran intravena, dan sifat lipofilik memperkecil iritasi venosa. Mekanisme aksi tidak diketahui, tetapi diduga midazolam bertindak dengan mempermudah efek dari asam gama aminobutirat, seperti obat-obatan benzodiazepin lain. Dengan induksi midazolam, ritme alfa terjaga pada EEG berubah ke suatu ritme beta. Aktivitas alfa kembali setelah 30 menit. Aliran darah serebral, kecepatan metabolik serebral, dan tekanan intrakranial menurun. Midazolam menekan ventilasi dan mengurangi tahanan vaskular perifer dan tekanan darah, khususnya dengan pramedikasi narkotik dan/atau hipovolemia. Aliran darah uterus tergantung pada tekanan arteri sistemik. Dibandingkan dengan diazepam, midazolam mempunyai awitan yang lebih cepat dengan reaksi lokal yang lebih sedikit, suatu lama aksi yang lebih pendek, efek amnesik yang lebih besar, dan potensi sedatifnya 3-4 kali lebih besar. Dibandingkan pasien yang mendapat tiopental untuk induksi pemulihan secara relatif lebih lambat. Hubungan respons SSPkadar darah dapat diramalkan. Farmakokinetik Awitan aksi: Efek Puncak: IV, 30 detik-1 menit; IM, 15 menit; PO/rektal <10 menit; intranasal, <5 menit IV, 3-5 menit; IM, 15-30 menit; PO, 30 menit; Intranasal, 10 menit; rektal, 20-30 menit IV/IM, 15-80 menit; PO/rektal, 2-6 jam Efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh alkohol, narkotik, sedatif, anestetik volatil; menurunkan MAC untuk anestetik volatil; efeknya diantagonis oleh flumazenil. Ginjal Suntikan, 1mg/ml, 5 mg/ml

Lama aksi: Interaksi/Toksisitas:

Pedoman/Peringatan 1. Mengurangi dosis pada manula, pasien hipovolemik, berisiko tinggi dan penggunaan bersama sedatif atau narkotik lain. 2. Pasien dengan COPD biasanya peka terhadap efek depresi pernapasan.

3. Penggunaannya merupkan kontraindikasi pada glaukoma sudut sempit atau terbuka akut kecuali pasien mendapat terapi yang sesuai. 4. Hipotensi dan depresi pernapasan yang tidak diharapkan dapat terjadi jika diberikan bersama opioid; pertimbangkan dosis yang lebih kecil. 5. Depresi dan henti pernapasan dapat terjadi jika digunakan untuk sedasi sadar. Jika digunakan untuk sedasi sadar, jangan berikan sebagai suatu bolus. Terapi kelebihan dosis dengan tindakan suportif dan flumazenil (IV lambat 0.2-1 mg) Efek Samping 1. Kardiovaskular: Takikardia, episode vasovagal, kompleks ventrikuler prematur, hipotensi 2. Pulmoner: Bronkospasme, laringospasme, apne, hipoventilasi 3. SSP: Euforia, delirium bangkitan, bangkitan yang diperpanjang, gerakan tonik-klonik, agitasi, hiperaktivitas 4. GI: Salivasi, muntah, rasa asam 5. Dermatologik: Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan

Ketamin Penggunaan: Anestetik disosiatif; induksi dan pemeliharaan anestesia, khususnya pada pasien hipovolemik atau berisiko tinggi; satu-satunya anestetik untuk prosedur bedah singkat. Sedasi dan analgesia: IV, 0.5-1 mg/kg; IM/rektal 2.5-5 mg/kg; PO, 5-6 mg/kg. Encerkan injektat dalam 5-10 ml (0.2 ml/kg) minuman berasa cola Induksi: IV, 1-2.5 mg/kg; IM/rektal, 5-10 mg/kg Infus: 15-80 g/kg/menit (perbesar dengan 2-5 mg diazepam IV atau 1-2 mg midazolam IV seperlunya) Epidural/kaudal: 0.5 mg/kg; encerkan dalam NS atau anestetik lokal (1 ml/kg) Eliminasi: Kemasan: Farmakologi Turunan fensiklidin ini menimbulkan anestesia disosiatif beraksi cepat yang ditandai dengan adanya refleks laring yang normal atau agak ditingkatkan, tonus otot rangka yang normal atau agak ditingkatkan, stimulasi pernapasan, dam kadang-kadang depresi pernapasan yang sementara atau minimal. Efek anestetik dari ketamin sebagian dapat disebabkan oleh suatu efek antagonis terhadap reseptor eksitasi N-metil aspartat, suatu subkelompok dari reseptor opioid. Ketamin juga dapat bekerja pada reseptor kolinergik muskarinik, serotonin, dan norepinefrin dalam SSP. Stimulasi simpatis sentral, pelepasan neuronal katekolamin, dan inhibisi dari ambilan neuronal katekolamin biasanya melebihi efek depresi miokard langsung dari ketamin. Efek hemodinamik (yang tergantung pada respons simpatis utuh) termasuk peningkatan tekanan arteri sistemik dan pulmonal, nadi, dan Hati Suntikan: 10 mg/ml, 50 mg/ml, 100 mg/ml

Dosis:

curah jantung. Ketamin merupakan obat anestetik yang berguna pada pasien dengan kompromi hemodinamik berdasarkan pada hipovolemia atau penyakit jantung intrinsik (tetapi bukan arteri koronaria), (contohnya, tamponade jantung, penyakit jantung sianotik). Merupakan suatu relaksan otot polos bronkus dan sama efektifnya seperti anestetik inhalasional dalam mencegah bronkospasme yang ditimbulkan secara eksperimental. Pengaruh ketamin terhadap EEG meliputi peningkatan aktivitas alfa, delta, dan teta tanpa perubahan pada gelombang beta. Ambang kejang pada pasien epileptik tidak berubah. Metabolisme otak aliran darah otak dan tekanan intrakranial meningkat dengan adanya normokapnia. Ketamin menimbulkan peningkatan tonus uterus terkait dosis tanpa efek berlawanan terhadap darah uterus (pada dosis <1 mg/kg). Sekresi ludah dan trakeobronkial meningkat. Ketamin tidak melepaskan histamin. Farmakokinetik Awitan aksi: Efek puncak: Lama aksi: Interaksi/toksisitas: IV, <30 detik, IM/rektal, 3-4 menit IV, 1 menit; IM/rektal, 5-20 menit; PO, 30 menit IV, 5-15 menit; IM/rektal, 12-25 menit; epidural, 4 jam timbulnya delirium; penurunan kebutuhan anestetik volatil; hipertensi, aritmia, iskemia miokard pada penggunaan bersama simpatomimetik (contohnya, epinefrin); depresi hemodinamik dapat terjadi dengan adanya penyekat alfa, penyekat beta, penyekat saluran kalsium, benzodiazepin, opioid, anestetik volatil, penyekat ganglion, anestesia epidural servikal, transeksi medula spinalis; penggunaan bersama dengan benzodiazepin, barbiturat, anestetik volatil dapat memperpanjang pemulihan; peningkatan penyekat neuromuskuler depolarisasi dan nondepolarisasi; penurunan ambang kejang jika diberikan dengan aminofilin.

Pedoman/peringatan 1. Pasien yang sakit kritis dengan deplesi katekolamin dapat memberikan respons terhadap ketamin dengan penurunan yang tidak diharapkan dari tekanan darah dan curah jantung. 2. Reaksi bangkitan (mimpi, halusinasi, kebingungan) lebih lazim terjadi pada orang dewasa (umur 15-65 tahun), dengan dosis tinggi, dan pemberian yang cepat, dan dikurangi dengan pramedikasi benzodiazepin dan droperidol. 3. Peningkatan tekanan intrakranial akibat ketamin dapat diperlemah oleh hiperventilasi dan prapengobatan benzodiazepin. 4. Jangan campur dengan barbiturat dalam suntikan yang sama. Dapat terjadi pembentukan presipitasi endapan. 5. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hipertensi berat, penyakit jantung iskemik, atau aneurisma, mereka yang dengan peningkatan tekanan intrakranial, alkoholik kronis, dan pasien terintoksikasi alkohol secara akut. 6. Hindari penggunaan ketamin setelah penggunaan kokain nasal topikal, pada keracunan kokain akut, atau pada pemberian bersama dengan simpatomimetik. Hipertensi, aritmia, dan iskemia miokard dapat merupakan hasil akhir.

7. Peningkatan sekresi saliva dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas dan laringospasme khususnya pada anak-anak. Berikan suatu antisialagog (contohnya, glikopirolat) prabedah. 8. Hindari sedasi ketamin intramuskuler (1-2 mg/kg) pada bayi preterm. Dapat menyebabkan apne yang lama dengan bradikardia Efek Samping 1. 2. 3. 4. 5. Kardiovaskular: hipertensi, takikardia, hipotensi, aritmia, bradikardia Pulmoner: Depresi pernapasan, apne, laringospasme SSP: Gerakan tonik-klonik, delirium bangkitan GI: Hipersalivasi, mual, muntah Mata: Diplopia, Nistagmus, peningkatan ringan dari tekanan intraokuler

Lidokain Penggunaan: Anestesia regional, pengobatan aritmia ventrikuler, khususnya jika berkaitan dengan infark miokard akut atau pembedahan jantung, perlemahan respons presor terhadap intubasi (tekanan darah/tekanan intrakranial); pelemahan fasikulasi yang diakibatkan-suksinilkolin Antiaritmik: Bolus IV lambat, 1 mg/kg (larutan 1%-2%) diikuti oleh 0.5 mg/kg setiap 2-5 menit (hingga maksimum 3 mg/kg/jam). Infus, (larutan 0.1%-0.4%), 1-4 mg/menit (20-50 g/kg/menit). IM, 4-5 mg/menit; dapat diulangi 60-90 menit kemudian. Kurangi dosis pada manula, pasien dengan gagal jantung atau penyakit hati, atau mereka yang mendapatkan penyekat-beta atau simetidin Pelemahan respons presor: IV, 1.5-2 mg/kg (larutan 1-2%), berikan 3-4 menit sebelum larigsoskop. Laringotrakea, 2 mg/kg (larutan 4%); instilasikan secara translaringeal (dengan kanula) tepat sbelum intubasi. Reduksi dari respons presor terhadap intubasi hanya merupakan indikasi pada pasien yang secara hemodinamik stabil. Pelemahan fasikulasi: IV, 1.5 mg/kg (larutan 1%-2%), berikan 3 menit sebelum dosis suksinilkolin. Dapat dikombinasikan dengan dosis prapengobatan dari relaksan otot nondepolarisasi. Anestesia lokal: Topikal, 0.6-3 mg/kg (larutan 2%-4%). Blok saraf tepi/infiltrasi, 0.5-5 mg/kg (larutan 0.5-2%). Transtrakea, 80-120 mg (2-3 ml larutan 4%). Nervus laringeus superior: 40-60 mg (2-3 ml larutan 2% pada setiap sisi) Regional intravena: ekstremitas atas, 200-250 mg (40-50 ml larutan 0.5%). Ekstremitas bawah, 250-300 mg (100-120 ml larutan 0.25%). Jangan tambahkan epinefrin untuk blok regional. Jika diinginkan, tambahkan fentanil 50 g untuk meningkatkan blok/atau relaksan otot (hanya dosis prapengobatan) (contohnya, 50 ml lidokain 0.25% untuk blok ekstremitas bagian atas).

Dosis:

Blok pleksus brakialis: 300-750 mg (30-50 ml larutan 1%-1.5%); anak-anak, 0.2-0.33 ml/kg. Pada dosis yang tinggi (>4mg/kg), tambahkan epinefrin 1:200.000 untuk mengurangi toksisitas sistemik (tanpa adanya suatu kontraindikasi). Blokade regional dapat dipotensiasi dengan penambahan tetrakain 0.5-1 mg/kg atau fentanil 1-2 g/kg atau morfin (0.05-0.1 mg/kg) Blok ganglion stelata: 10-20 ml larutan 1% (100-200 mg) dengan atau tanpa epinefrin 1:200.000. Kaudal, 150-300 mg (15-20 ml larutan 1% atau 1.5%). Anak-anak, 0.4-0.71.0 ml/kg (tingkat anestesia L2-T10-T7). Bolus epidural, 200-400 mg (larutan 1%-2%), anak-anak, 7-9 mg/kg infus 6-12 ml/jam (larutan 0.5% dengan atau tanpa narkotik epidural); Anak-anak, 0.2-0.35 ml/kg/jam. Kecepatan awitan dan potensi aksi anestetik lokal dapat ditingkatkan oleh karbonasi. (Tambahkan 1 ml larutan bikarbonat 8.4% dengan 10 ml lidokain 0.5-2%. Jangan gunakan jika terdapat pengendapan.) Infus/bolus spinal, 50-100 mg (larutan 0.5%-5% dengan atau tanpa glukose 7.5%). Kadar terapeutik: 1.5-6 g/ml. Dosis aman maksimum :4 mg/kg tanpa epinefrin, 7 mg/kg dengan epinefrin 1:200.000. IV: hanya gunakan suntikan lidokain tanpa pengawet dengan label yang jelas untuk penggunaan IV. Pada pasien hamil dosis untuk anestesia epidural atau spesial harus dikurangi. Larutan yang mengandung pengawet tidak boleh digunakan untuk blok spinal, epidural, atau kaudal. Kecuali jika merupakan kontraindikasi, dapat ditambahkan obat-obatan vasokonstriktor untuk meningkatkan efek dan memperpanjang efek anestesia lokal atau regional. Jangan gunakan obat-obatan vasokonstriktor untuk anestesia IV regional atau anestesia lokal dari organ akhir (jari-jari, penis, hidung, telinga). Eliminasi: Kemasan: Hati, Paru Pemberian parenteral: Suntikan untuk IM, 10%, suntikan untuk IV langsung, 1%, 2%; suntikan untuk campuran IV, 4%, 10%, 20%; suntikan untuk infus IV, 0.2%, 0.4%, 0.8% Blok saraf tepi/infiltrasi: 0.5%, 1%, 1.5%, 2% dengan atau tanpa epinefrin, 1:50.000, 1:100.000, 1:200.000 Epidural: 1%, 1.5%, 2% bebas pengawet Spinal (larutan hiperbarik), larutan 1.5%, larutan 5% dengan dekstrose/glukose 7.5% Laringotrakea, (dengan kanula laringotrakea), larutan steril 4% Farmakologi Anestetik lokal turunan amida ini mempunyai awitan aksi yang cepat. Menstabilisasi membran neuonal dengan menginhibisi fluks natrium yang diperlukan untuk memulai dan menghantarkan impuls. Obat ini juga merupakan suatu obat antiaritmik kelas IB, yang secara otomatis menekan dan memperpendek periode refrakter efektif dan lama potensial aksi dari sistem His_Purkinje. Lama potensial aksi dan periode refrakter efektif otot ventrikel juga berkurang. Lidokain intravena dan

laringotrakea menurunkan respons tekanan darah yang ditimbulkan oleh intubasi trakea. Jika diberikan secara intravena, hal ini sebagian disebabkan oleh efek analgesik dan efek anestetik lokal (mencerminkan pengiriman obat ke percabangan trakeobronkus yang sangat vaskular). Penurunan tergantung dosis dari tekanan intrakranial merupakan akibat sekunder dari peningkatan resistensi vaskular otak dan penurunan aliran darah otak. Kadar plasma yang tinggi (seperti yang terjadi pada blok paraservikal) menibulkan vasokonstriksi dan mengurangi aliran darah uterus. Dosis terapeutik tidak mengurangi secara bermakna tekanan darah sistemik, kontraktilitas miokard, atau curah jantung. Dosis yang berulang menyebabkan peningkatan yang bermakna dari kadar darah karena akumulasi yang lambat. Farmakokinetik Awitan aksi: IV (efek antiaritmik), 45-90 detik; intratrakea (efek antiaritmik), 1015 detik; infiltrasi, 0.5-1 menit; epidural, 5-15 menit Efek puncak: Lama aksi: IV( antiaritmik), 1-2 menit; infiltrasi/epidural, <30 menit IV (efek antiaritmik) 10-20 menit; intratrakea (efek antiaritmik), 30-50 menit; infiltrasi, 0.5-1 jam; w/ epinefrin 2-6 jam; epidural ,1-3 jam efk jantung dengan antiaritmik lain seperti fenitoin, prokainamid, propanolol, atau kuinidin dapat bersifat aditif atau antagonistik; dapat mempotensiasi efek bloking neuromuskuler suksinilkolin, tubokurarin; penurunan bersihan pada pemakaian berbarengan dengan obat-obatan penyekat beta, simetidin; kejang, depresi pernapasan dan sirkulasi terjadi pada kadar plasma tinggi; benzodiazepin, barbiturat, dan anestetik volatil meningkatkan ambang kejang; lamanya anestesia regional diperpanjang oleh obat-obatan vasokonstriktor (contohnya, epinefrin), agonis alfa-2 (contohnya, klonidin), dan narkotik (contohnya, fentanil); alkalinisasi meningkatkan kecepatan awitan dan potensi dari anestesia lokal atau regional.

Interaksi/toksisitas:

Pedoman/peringatan 1. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hipovolemia, gagal jantung kongestif (CHF) berat, syok, dan semua bentuk blok jantung 2. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap anestesi lokal tipe amida 3. Benzodiazepin meningkatkan ambang kejang 4. Penggunaan untuk blok paraservikal berkaitan dengan bradikardia dan asidosis janin 5. Jika akses IV tidak ada, obat dapat diencerkan 1:1 dalam NS steril dan disuntikkan via suatu pipa endotrakea. Kecepatan, lama absorbsi, dan efek farmakologik dari pemberian obat intratrakea sebanding dengan rute IV. 6. Pada blok IV regional, kempeskan manset setelah 40 menit dan tidak kurang dari 20 menit. Antara 20 dan 40 menit manset dapat dikempeskan, dikembangkan dengan segera, dan setelah 1 menit akhirnya dikempeskan untuk mengurangi absorbsi mendadak dari anestetik ke dalam sirkulasi sistemik

7. Sindrom kauda ekuina dengan defisit neurologik permanen terjadi pada pasien yang mendapat 100 mg larutan lidokain 5% dengan teknik spinal kontinu. Defisit neurologik sementara telah terjadi dengan suntikan bolus dari lidokain 5% hiperbarik (dalam dekstrose 7.5%), khususnya untuk pembedahan yang dilakukan dalam posisi litotomi ketika perfusi kauda ekuina dapat terganggu dan saraf dapat lebih rentan. Kerusakan neurologik konsisten lebih lazim ditimbulkan oleh lidokain 5% hiperbarik dibanding bupivakain 8. Volume yang disarankan untuk blok pleksus brakialis konsisten dengan data yang ada mengenai kadar plasma (subtoksik) setelah blok pleksus brakialis. Risiko keracunan sistemik dapat dikurangi dengan penambahan epinefrin kepada anestetik lokal dan menghindari suntikan IV, yang dapat menimbulkan reaksi toksik yang segera 9. Kadar plasma toksik (contohnya, akibat suntikan IV yang asidentil) dapat menyebabkan kolaps dan kejang. Tanda dan gejala pramonitor bermanifestasi sebagai perasaan tebal dari lidah dan jaringan sirkumoral, rasa logam, gelisah, tinitus, dan tremor. Bantuan sirkulasi (cairan IV, vasopresor, natrium bikarbonat IV 1-2mEq/kg untuk mengobati keracunan jantung (blokade saluran kalsium), bretilium IV 5 mg/kg, kardioversi/defibrilasi DC untuk aritmia ventrikel) dan mengamankan saluran pernapasan paten (ventilasi dengan oksigen 100%) merupakan hal yang penting. Tiopental (1-2 mg/kg IV), midazolam ( 0.02-0.04 mg/kg IV), atau diazepam (0.1 mg/kg IV), dapat digunakan untuk profilaksis dan/atau pengobatan kejang 10. Tingkat blokade simpatis (bradikardia dengan blok diatas T5) menentukan tingkat hipotensi (sering ditandai dengan mual dan muntah) setelah lidokain epidural atau intratrakeal. Hidrasi cairan (10-20 ml/kg larutan NS atau ringer laktat), obat-obatan vasopresor (contohnya, epinefrin), dan pergeseran uterus ke kiri pada pasien hamil dapat digunakan untuk profilaksis dan/atau pengobatan. Berikan atropin untuk mengobati bradikardia 11. Jika pasien mengalami syok hipovolemik, septikemia, infeksi pada tempat suntikan, atau koagulopati, suntikan epidural, kaudal, intratekal harus dihindari 12. Monitor terhadap hipoventilasi dengan melepaskan manset jika ditambahkan relaksan otot pada larutan anestetik lokal untuk blokade intravena regional Efek Samping 1. Kardiovaskular: Hipotensi, bradikardia, aritmia, blok jantung 2. Pulmoner: depresi pernapasan, henti pernapasan 3. SSP: tinitus, kejang, kehilangan pendengaran, euforia, ansietas, diplopia, nyeri kepala pascaspinal, araknoiditis, kelumpuhan 4. Alergik: urtikaria, pruritus, edema angioneurotik 5. Epidural/kaudal/spinal: defisit motorik, sensorik, otonomik (kontrol sfingter) dari segmen bawah

Anda mungkin juga menyukai