Anda di halaman 1dari 16

Nama Klompok : 1. Ilham Arrum Y. M (1120004) 2.

Suandy Y (1120015)

Prodi : D3 Keperawatan/Semester 4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Karya tulis yang berjudul ASKEP Bayi Dengan Ibu Adiksi Obat disusun untuk memenuhi tugas semester 4 D3 keperawatan mata kuliah keperawatan anak universitas stikes ABI surabaya. Karya tulis ini berisi tentang yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif media pembelajaran bagi mahasiswa untuk memahami konsep dasar keperawatan anak. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan karya tulis ini, sehingga dapat selesai tepat waktu. Kami menyadari seandainya dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan semoga karya tulis ini bermanfaat.

Surabaya, 01 Mei 2013

Penulis

BAYI DENGAN IBU ADIKSI OBAT BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan suatu proses luar biasa yang akan dialami oleh setiap wanita normal. Dimana si Ibu bertanggung jawab untuk melindungi si calon bayi dari segala bentuk ancaman baik ancaman dari dalam maupun dari luar. Misalnya pada Ibu yang ketergantungan obat, alkohol maupun nikotin. Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak koran dan majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut, tidak terkecuali pada ibu hamil. Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil, dalam penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal terhadap si janin (calon bayi). Hal ini terlihat jelas dengan semakin meningkatnya angka kematian bayi baru lahir dan BBLR, dengan riwayat si Ibu ketergantungan obat. Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001). Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).

B. MANFAAT PENULISAN a. Mengetahui pengaruh zat adiktif pada ibu hamil b. Mengatahui dampak yang terjadi pada janin yang terlahir dari seorang ibu yang dipengaruhui obat c. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pada kasus ibu hamil dengan ketergantungan.

BAB II PEMBAHASAN

Masalah penyalahgunaan obat dan zat terlarang telah menjadi masalah global yang terus mengalami peningkatan tajam. Penyalahgunaan obat dan zat terlarang sering kali menimbulkan kecanduan (adiksi) yang seterusnya memberikan dampak buruk bagi kesehatan, memicu prilaku kejahatan, mengancam generasi muda, dan tidak sedikit menelan korban jiwa serta mempengaruhi perekonomian negara. Di Indonesia, berdasarkan data yang disusun Badan Narkotika Nasional (BNN) jumlah pecandu obat zat terlarang di tahun 2007 mencapai 11 juta orang. Jumlah ini tentu saja mengkhawatirkan karena cukup tinggi dan diramalkan terus bertambah tiap tahunnya. A. Opioida, terdiri dari: 1. opioda alami, seperti opium, morfin, dan kodein; 2. opioda semi sintetis, yakni heroin dan hidromorfin; 3. opioda sintetik seperti meperidin, prolsifen, leforfanol, levarolfan. B. Psikotropika C. Zat aditif lainnya. Menghentikan seseorang dari adiksi bukanlah suatu hal yang sederhana dan memerlukan proses pemulihan yang kompleks. Adiksi merusak tidak hanya kehidupan seseorang, tapi berdampak buruk pada keluarga, pekerjaan dan komunitas. Adiksi bukanlah dominasi problem sosial dan komunitas saja, melainkan suatu tantangan bagi dunia medis yang lebih memahaminya sebagai penyakit di otak. Disinilah peranan profesional medis untuk lebih jeli mendeteksi secara dini. Dengan wawasan yang baik mengenai adiksi, tidak hanya dokter jiwa saja, namun para dokter umum pun dapat menangani penderita dengan optimal dan membantu pemulihan penderita untuk lepas dari keterpurukan akibat adiksi.

Apa Adiksi itu? Adiksi dikenal sebagai suatu kondisi kronik, adanya gangguan kekambuhan yang ditandai oleh dorongan kuat (kompulsif) untuk mencari dan menggunakan zat tanpa memperdulikan akibat dan konsekuensi buruknya. Penyalahgunaan obat-obatan ini dapat merubah struktur otak, menimbulkan perubahan adaptasi pada susunan saraf, sehingga mengakibatkan perubahan perilaku negatif. Beberapa efek penggunaan dan mekanisme aksi opioida memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu contohnya adalah morfin yang termasuk dalam golongan opioida alami yang memiliki daya analgesik kuat, berbentuk kristal putih, dapat berubah warna kecoklatan dan tidak berbau. Sedangkan heroin/putaw adalah opioida semi sintetik, yang dikenal memiliki karakteristik serbuk putih dengan rasa pahit, dan sering dicampur dengan bahan lain berkadar 24% seperti tepung susu, gula atau coklat. Baik morfin maupun heroin dalam jangka pendek akan menyebabkan eforia, sedasi, dan perasaan tenang, namun pada tahap pemakaian selanjutnya, menyebabkan toleransi dan ketergantungan fisik yang timbul semakin sering. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan depresi nafas. Heroin dapat memperlambat pernafasan dan meningkatkan resiko berbagai infeksi serius, terutama bila digunakan secara intravena. Gejala putus heroin akan menyebabkan rasa lelah berkepanjangan, mudah teriritasi dan insomnia . Mulanya, seseorang yang menggunakan obat atau zat terlarang merasa mendapat efek positif. Mereka percaya dapat menggunakan obat secara terkontrol, walaupun tanpa disadari kehidupan mereka telah diambil alih oleh obat tersebut. Selanjutnya pengguna opioida membutuhkan dosis yang lebih besar dan lebih sering sekalipun dalam tahap dini penggunaan obat. Beberapa gejala dan tanda yang dapat digunakan untuk mendiagnosa ketergantungan zat adalah gejala toleransi, gejala putus obat/withdrawal, penggunaan dalam jumlah banyak atau dalam jangka waktu lama/melebihi kebutuhan yang seharusnya, kegagalan membatasi/mengontrol pengunaan zat, dan berusaha kuat untuk mendapatkan zat tersebut, hingga tampak adanya hubungan sosial yang terganggu, baik dalam pekerjaan maupun saat berekreasi, tanpa mempedulikan kondisi kesehatan sosial ataupun masalah ekonomi.

Adiksi adalah penyakit pada otak Adiksi merupakan penyakit pada otak. Bila penyakit yang disebabkan oleh suatu kelainan organ memberikan konsekuensi dan dampak akibat pada kelainan organ tersebut, demikian pula dengan adiksi. Adiksi akan memberikan dampak negatif akibat kelainan pada organ otak dan layaknya penyakit yang didasari kelainan organ, adikisi dapat dicegah dan di terapi, dan tentunya bila tidak ditangani dengan tepat akan berakibat fatal. Pencitraan otak pada penyakit adiksi memperlihatkan adanya perubahan daerah otak yang berfungsi untuk mempertimbangkan, mengambil keputusan, belajar dan mengingat serta mengontrol perilaku. Beberapa ahli mempercayai, dengan mengetahui perubahan area pada penderita adiksi, dapat dijelaskan penyebab perilaku kompulsif, dan destruktif karena adiksi. Seperti pada penyakit lain dengan dasar kelainan organ, pada penderita adiksi, kelainan otak ditunjukkan dengan menurunnya metabolisme otak. Otak kita bekerja mengulang suatu aktivitas yang memberikan kesenangan. Bila jalur otak tersebut di aktifkan, maka otak akan mencatatnya sebagai suatu peristiwa yang penting dan harus diingat, lalu mengajarkan pada kita untuk mengulang-ulang aktivitas tersebut kembali tanpa melalui proses berpikir lebih dulu. Obat yang dikonsumsi akan menstimulasi jalur yang sama pada otak dan direkam sebagai suatu kenikmatan, sehingga secara spontan obat tersebut digunakan terus menerus. Beberapa obat/zat, diantaranya heroin dapat mengaktivasi saraf karena memiliki struktur dan bekerja serupa neurotransmiter alami (full agonis), sehingga zat adiktif tersebut dapat mengaktivasi sel-sel saraf dalam otak seperti neurotransmiter dan membantu merangsang pengeluaran dopamin. Dopamin adalah suatu neurotransmiter yang mengatur gerak, emosi, kognitif dan motivasi serta sensasi kenikmatan. Pada penderita adiksi, dopamin distimulasi 2 hingga 10 kali lebih banyak daripada seseorang yang melakukan aktivasi normal yang memberikan sensasi nikmat, seperti saat makan, menikmati suatu musik atau seni, ataupun melakukan hubungan intim. Rasa nikmat atau euforia inilah yang menyebabkan seseorang pecandu akan mengulang-ulang mengonsumsi obat atau zat tersebut.

Dampak negatif adiksi Dampak negatif penyalahgunaan obat dapat terjadi sejak dalam kandungan. Bayi-bayi dengan ibu ketergantungan obat, dilahirkan dengan berat badan rendah dan prematur, perkembangan kecerdasannya akan mengalami gangguan serta berpengaruh pada perilakunya saat dewasa nanti. Remaja dengan adiksi obat akan mengalami gangguan pemusatan perhatian dan pelajaran serta berisiko melakukan tindak kriminal, mengalami kehamilan yang tak dikehendaki, serta berisiko mendapat penyakit infeksi. Para pengguna obat terlarang usia dewasa dan orang tua akan mengalami berbagai konflik dalam kehidupan rumah tangganya dan memberikan contoh yang buruk bagi anak-anak mereka serta perkembangan jiwanya. Penderita adiksi seringkali mengidap penyakit infeksi seperti penyakit hepatitis B atau C dan HIV/AIDS akibat penggunaan jarum suntik bersama.

Bagaimana mekanisme adiksi di otak? Adiksi telah dikenal sebagai penyakit pada otak, yang sesungguhnya dapat diobati. Mekanisme apa saja yang terjadi di otak pada penderita adiksi? Pemahaman mekanisme di otak sangat penting dan menentukan terapi efektif bagi penderita adiksi. Di edisi mendatang akan dibahas lebih dalam mengenai mekanisme dan terapi adekuat untuk pasien penyalahgunaan obat/zat terlarang ini.

1. Analisis dan Efek Samping Pada Ibu dan Janin a. Sedativa-Hipnotika Dalam dunia kedokteran, zat adiktif sedative-hipnotika digunakan sebagai zat penenang yang dikenal juga dengan sebutan pil BK dan magadon. Pemakaian sedative-hipkotiva dalam dosis kecil menenangkan. Sedangkan dalam dosis besar menidurkan. Tanda-tanda gejala pemakaiannya yaitu mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malasi daya pikir, menurun, bicara dan tindakan lambat. Tanda-tanda gejala putus obat, yaitu gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik dan kejangkejang.

b. Heroin Segera setelah penyuntikan (atau inhalasi), heroin melintasi penghalang darah-otak. Dalam otak, heroin dikonversi menjadi morfin dan cepat mengikat pada reseptor opioid. Pelaku biasanya mengalami perasaan gelombang dan sensasi menyenangkan, serta tergesagesa. Intensitas terburu-buru adalah fungsi dari berapa banyak obat yang diambil dan seberapa cepat obat tersebut memasuki otak dan mengikat ke reseptor opioid alami. Efek jangka pendek heroin :
Tergesa-gesa rush

Respirasi Tertekan Mendung fungsi mental Mual dan muntah Penindasan sakit Aborsi spontan Heroin sangat adiktif karena memasuki otak begitu cepat. Dengan heroin, terburuburu biasanya disertai dengan pembilasan hangat dari kulit, mulut kering, dan terasa berat di kaki, yang mungkin disertai mual, muntah, dan gatal-gatal parah. Setelah efek awal, pelaku biasanya akan mengantuk selama beberapa jam. Mental fungsi mendung oleh efek heroin pada sistem saraf pusat fungsi jantung lambat. Pernapasan juga sangat lambat, kadang-kadang hampir mati. Overdosis heroin merupakan risiko khusus di jalan, di mana jumlah dan kemurnian obat tidak dapat diketahui secara akurat. Efek jangka panjang heroin :
Addiction (Kecanduan) Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS - hepatitis B & C

Infeksi bakteri Abses

Infeksi pada lapisan jantung dan katup. Arthritis dan masalah rematik lainnya Penyalahgunaan heroin pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi serius selama kehamilan, termasuk pengiriman keguguran dan premature Anak-anak yang lahir dari ibu kecanduan beresiko besar SIDS (sindrom kematian bayi mendadak). Wanita hamil tidak boleh didetoksifikasi dari opiat karena peningkatan risiko abortus spontan atau kelahiran prematur, melainkan, pengobatan dengan metadon sangat disarankan. Meskipun bayi yang lahir dari ibu yg ketergantungan metadon dapat menunjukkan tanda-tanda ketergantungan fisik, mereka dapat diobati dengan mudah. Penelitian juga menunjukkan bahwa efek dalam paparan rahim untuk metadon relatif jinak. c. Kokain Efek kokain, sama dengan amfetamin disertai stimulasi SSP jangka pendek. Ada hambatan dalam ambilan ulang katekolamin, yang mengakibatkan kadar norepinefrin, serotonin, dan domain tinggi. Hal ini mengakibatkan penyalahguna kokain terjaga berlebihan. Kokain meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonin dengan cepat dan menurunkan kadar kedua zat tersebut dengan tiba-tiba. Sistem biokimia norepinefrin, serotonin, dan dopamin memainkan peran utama mengatur mood dan kesehatan mental. d. Alkohol Alkohol atau etanol bersifat larut dalam air sehingga akan benar-benar mencapai setiap sel setelah dikonsumsi. Alkohol yang dikonsumsi akan diserap masuk melalui saluran pernafasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk kedalam lambung dan diserap oleh usus kecil. Hanya 5-15% yang diekskresikan secara langsung melalui paru-paru, keringat dan urin. Pernah dibuktikan bagaimana cepat dan mudahnya alkohol diserap oleh tubuh manusia. Alkohol sangat mudah terdistribusi masuk ke dalam saluran darah janin melalui darah ibunya dan dapat merusak sel-sel pada janin. Sel-sel utama yang menjadi target kerusakan adalah pada otak dan medula spinalis. Fetal alcohol syndrome (FAS) menggambarkan rentang efek alkohol terhadap janin hingga bayi yang dilahirkan mengalami kelainan fisik dan mental. Efeknya bervariasi dari ringan sampai sedang. Beberapa efek alkohol terhadap janin antara lain adalah :
9

Bentuk wajah yang ganjil. Bayi mungkin akan memiliki kepala kecil, dengan muka datar, dan mata yang hanya bisa membuka sedikit. Dan keadaan ini makin kelihatan nyata ketika anak berusia 2-3 tahun.

Gangguan pertumbuhan. Anak yang terpapar alkohol saat masih dalam kandungan akan tumbuh lebih lambat daripada anak yang normal.

Masalah belajar dan perilaku. Hal ini karena alcohol juga akan mempengaruhi fungsi otak anak.

Cacat lahir. Selain dengan bentuk wajah ganjil, bayi mungkin akan mengalami kecacatan pada berbagai bagian tubuh.

Biasanya, bayi akan lahir dengan bentuk otot tubuh dan kepala yang terlalu kecil. Selain itu, bayi yang dikandung kemungkinan besar juga akan mengalami gangguan pada pendengaran, penglihatan, dan juga masalah kecanduan alkohol serta gangguan pada pelakunya. e. Marijuana Komponen aktifnya adalah delta-9-tetrahidrokannabinol, dimetabolisme di hepar, 2 minggu setelah pemakaian masih dapat dideteksi dalam urin. Bila dihisap kurang dari 2jam, sedang penggunaan oral efeknya mencapai 30-120 menit dan berakhir 5-7 jam. Risiko maternal : mempunyai efek karsinogenik lebih kuat, menimbulkan inflamasi paru yang luas, menghambat produksi makrofag paru. Risiko perinatal : lipatan epiknatal lebih berat,hipertelorisme, pertumbuhan janin terhambat,partus prematurus,partus presipitatus, risiko menunjang waktu persalinan serta partus macet, komplikasi dalam air ketuban.

f. Fenisiklidin (PCP) Setelah digunakan, PCP mengendap di otak dan lemak tubuh selama waktu yang lama. Obat ini dapat menembus plasenta dan cenderung ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam jaringan janin dari pada dalam jaringan maternal.

10

g. Tembakau Nikotin menyebabkan pembuluh darah plasenta vasokontriksi dan karbonmonoksida menonaktifkan Hb maternal dan janin, yang penting untuk mentranspor oksigen ke janin. Paparan asap tembakau pada ibu hamil dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan janin dan pertumbuhan bayi serta katian pada bayi baru lahir. Namun, yang paling menonjol adalah kelahiran bayi premature dan BBLR. Masalah pernafasan dan sindrom kematian mendadak bayi juga umum terjadi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masing-masing ruangan tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit dan format pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi : a. Perilaku b. Faktor penyebab dan faktor pencetus c. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi: penyangkalan (denial) terhadap masalah rasionalisasi memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya

a. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien

11

2.Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif. Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan malnutrisi metode pemberian obat / efek obat Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman tentang proses penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh dan kehamilan Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk mengenali dan mengungkapkan kemarahan Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan

menggunakan obat, efek zat yang digunakan. 2. Intervensi Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang berhubungan dengan efek sensori obat Hasil yang diharapkan: persalinan pasien yang prematur akan disupresi intervensi: Memantau terapi tokolisis melalui IV Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah baring, dan menjaga kebersihan
12

Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang pemberian obat oral dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa dan bagaimana melaporkannya: sumber orang yang dapat dihubungi saat diperlukan.

Rasional: Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali tanda dini toksisitas Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil keputusan sehingga ia akan merasa lebih kuat Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan : merupakan proses yang membantu dalam mengembangkan keterampilan koping yang baru; kepercayaan perawat dapat membantu pasien dalam mengembangkan harga diri, yang bisa membantu pasien melewati sisi hidupnya yang lain. Evaluasi: Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas Pasien mampu mematuhi tirah baring Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak terjadi. Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang Hasil yang diharapkan: Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa menggunakan kokain Intervensi: Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya

13

Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat Rasional: Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak tepat Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan pelaksanaan aktivitas Evaluasi: Klien mampu menggunakan pernyataan positif saya Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk kelahiran aterm Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan perawat di klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari obat selama sisa masa hamilnya. Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan psikoaktif Hasil yang diharapkan: Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat Intervensi Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal, lingkungan, dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai Rasional Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan kesukaannya Evaluasi
14

Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn kehamilannya trimester ketiga Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan kesukaan dalam pilihan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, I.JBuku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta: 1995 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC: 1995 Bobak, Lowdermig, Jensen. Buku Keperawatan Maternitas Edisi 4, EGC, Jakarta:2004 http://www.saskschools.ca/~psychportal/Psych30/EjournalPrenatal/influences_on_prenatal.htm http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15734273 http://teratogenmarijuana.pbworks.com/

15

16

Anda mungkin juga menyukai