Anda di halaman 1dari 5

Obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah, baik arteri maupun vena dibagi dalam sembilan

sub kelas sebagai berikut: 1. Obat inotropik positif 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Obat anti-aritmia Obat antihipertensi Obat anti-angina Diuretik Obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah Obat hipolipidemik Obat untuk syok dan hipotensi

Obat untuk gangguan sirkulasi darah (serebral, arteri, vena) Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang mengatur peredaran

darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem kardiovaskuler secara langsung ataupun tidak langsung. Di sini akan dibahas obat-obat yang menghambat pembentukan tromboemboli yaitu obat-obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah antara lain antikoagulan, antiplatelet, dan trombolitik. OBAT ANTIKOAGULAN Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi. Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan sebagai pencegahan untuk mengurangi insiden tromboemboli (masuknya udara pada aliran darah) terutama pada vena.

Kedua macam antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok : 1. Heparin, 2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 -hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan-1,3-dion misalnya : anisindion; 3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan darah. 1. Heparin Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan. Pelepasan heparin ke dalam darah yang tiba-tiba pada syok anafilaksis menunjukkan heparin mungkin berperan dalam imunologik. Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang sedang atau cenderung mengalami perdarahan misalnya: pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat, aborsi, perdarahan intrakranial. Obat ini hanya digunakan untuk wanita hamil bila benar-benar diperlukan. Hal ini disebabkan insidens perdarahan maternal, lahir mati dan lahir prematur yang dilaporkan meningkat pada penggunaan heparin. Mekanisme kerja heparin dengan mengikat antitrombin III membentuk kompleks yang yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktivasi faktor pembekuan darah. Sediaan heparin dengan berat molekul rendah (< 6000) beraktivitas anti Xa kuat dan sifat antitrombin sedang, sedangkan sediaan heparin dengan berat molekul yang tinggi (>25000) beraktivitas antitrombin kuat dan aktivitas anti Xa yang sedang. Heparin diberikan secara IV atau SC. Pemberian secara SC memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi efeknya tidak dapat diramalkan. Efek antikoagulan akan segera timbul pada pemberian suntikan bolus IV dengan dosis terapi, dan terjadi setelah 20-30 menit setelah suntikan SC.

Heparin cepat dimetabolisme di hati, masa paruh tergantung dari dosis yang digunakan. Metabolit inaktif diekskresi melalui urin.

2. Antikoagulan oral Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam jangka panjang. Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif. Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru. Antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Efek toksik yang paling sering adalah perdarahan. Kontraindikasi pada penyakit-penyakit dengan kecenderungan perdarahan. Contoh obat: Natrium warfarin, dikumarol, anisendion. Mekanisme kerja antikoagulan oral adalah antagonis vitamin K. Vitamin K adalah kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X. Selain diberikan per oral, warfarin juga dapat diberikan IM dan IV. Absorpsi dikumarol di saluran cerna lambat dan tidak sempurna, sedangkan warfarin diabsorpsi lebih cepat dan hampir sempurna. Masa paruh warfarin 48 jam, sedangkan masa paruh dikumarol 10-30 jam. Dikumarol dan warfarin dimetabolisme di hati menjadi bentuk tidak aktif. Ekskresi dalam urin terutama dalam bentuk metabolit, anisindion dapat menyebabkan urin berwarna merah jingga.

3. Antikoagulan pengikat ion kalsium Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium edetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan. Contoh obat: Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya, Natrium edetat.

ANTITROMBOSIT Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Contoh obat: Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, dekstran. Aspirin merupakan salah satu obat golongan NSAID, yang mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan tromboksan A2 melalui penghambatan secara ireversibel enzim siklooksigenase. Sehingga terjadi pengurangan agregasi trombosit. Indikasi untuk mencegah kambuhnya infark miokard akut yang fatal maupun non fatal, mengurangi kekambuhan TIA, stroke karena penyumbatan dan kematian akibat gangguan pembekuan darah. Sebagai antitrombosit, dosis yang paling banyak disarankan adalah 325 mg/ hari. Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh eritrosit dan sel endotel pembuluh darah dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam plasma. Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan merangsang adenilat siklase dan merupakan vasodilator. Dipiridamol juga memperbesar efek antiagregasi prostasiklin. Dipiridamol sering digunakan bersama heparin pada penderita dengan katup jantung buatan, digunakan bersama aspirin pada pasien infark miokard akut, untuk prevensi sekunder dan pada pasien TIA untuk mencegah stroke. Sulfinpirazon menghambat bersaing sintesis prostaglandin yang lebih lemah. Sulfinpirazon tidak efektif untuk mencegah infark miokard akut pada penderita angina tak stabil. Sedangkan dekstran menghambat adesi trombosit dan mencegah bendungan pada pembuluh darah dengan mempengaruhi aliran darah. Dekstran dengan berat molekul rendah telah digunakan sebagai profilaksis pada penderita yang cenderung mengalami komplikasi tromboemboli pada pembedahan.

TROMBOLITIK Trombolitik melarutkan trombus yang sudah terbentuk. Agar efektif trombolitik harus diberikan sedini mungkin. Indikasi golongan obat ini ialah untuk infark miokard akut, trombosis vena dalam dan emboli paru. Contoh obat: streptokinase dan urokinase. Streptokinase berasal dari Streptococcus C. Hemolyticus dan berguna untuk pengobatan fase dini emboli paru akut dan infark miokard akut. Streptokinase mengaktivasi plasminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk kompleks aktivator. Selanjutnya kompleks aktivator tersebut

mengkatalisis perubahan plasminogen bebas menjadi plasmin. Masa paruhnya bifasik, fase cepat 11-13 menit dan fase lambat 23 menit. Urokinase diisolasi dari urin manusia. Berbeda dengan streptokinase, urokinase langsung mengaktifkan plasminogen. Selain terhadap emboli paru, urokinase juga digunakan untuk tromboemboli pada arteri dan vena. Seperti streptokinase obat ini tidak bekerja secara spesifik terhadap fibrin sehingga menimbulkan lisis sistemik (fibrigenolisis dan destruksi faktor pembekuan darah lainnya). Penggunaan urokinase bersama heparin menyebabkan insiden perdarahan yang lebih besar dibandingkan dengan heparin saja. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita emboli paru yang berumur lebih dari 50 tahun, penderita dengan riwayat penyakit kardiopulmonal atau dengan gangguan hemostasis berat.

Anda mungkin juga menyukai