PENDAHULUAN
Bronkiolitis banyak dialami bayi (11% - 12%). yang dirawat : 1% - 2% pada tahun pertama kehidupan. Berperan besar pada keadaan tingginya angka kematian bayi. Akibat jangka panjang pada bayi dan anak berlanjut sampai dewasa (fungsi paru, pertumbuhan paru, dan kelainan permanen paru).
DEFINISI
Bronkiolitis : infeksi akut saluran pernapasan, ditandai oleh obstruksi, inflamasi saluran napas kecil (bronkiolus). Sering pada usia di bawah 2 tahun. Insiden tertinggi : umur 6 bulan.
EPIDEMIOLOGI
Terjadi secara sporadis dan epidemik. Insiden tertinggi : musim hujan dan awal musim semi. Insiden pada bayi : 11% - 12%. Yang dirawat di RS = 1% - 2%. Kebanyakan pada bayi laki-laki, umur 3 6 bulan, belum pernah mendapat ASI, tinggal di daerah padat. Bayi dari ibu merokok lebih cenderung menderita bronkiolitis daripada bayi dari ibu tidak merokok.
ETIOLOGI
Sebagian besar disebabkan virus yang utama : respiratory syncytial virus (RSV) > 50% kasus. Sisanya : virus parainfluenza type 3, mycoplasma, beberapa adenovirus. Etiologi infeksi bakteri tidak ada bukti akurat.
PATOLOGI
Virus bereplikasi pada epitel mukosa
Nekrosis sel epitel & destruksi sel epitel bersiliamenghasilkan sel kuboid tanpa silia
Terbentuk debris seluler dan fibrin di dalam bronkiolus Kadang-kadang kerusakan meluas sampai alveoli peningkatan debris seluler di daerah subepitel bronkus & bronkiolus menyebar ke dinding intra alveoli edema di dalam alveoli.
Proses
penyembuhan :
1. Proses regenerasi sel epitel bronkiolus setelah 3 atau 4 hari. 2. Pertumbuhan silia setelah 15 hari. 3. Lendir atau mukus berkurang akibat peran serta makrofag.
PATOFISIOLOGI
Edema, akumulasi mukus dan debris seluler, serta spasme otot
Retensi CO2 (hiperkapnea); terjadi bila gangguan perfusi berat dan hipoventilasi
Takipnea Pada anak yang lebih besar & orang dewasa dapat mentolerir edema saluran napas lebih baik daripada bayi jarang terjadi bronkiolitis bila terserang infeksi virus saluran napas.
DIAGNOSIS
Pada umumnya berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti radiologis, dan pemeriksaan laboratorium tidak spesifik. Beberapa penelitian, diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, usia, epidemi RSV di masyarakat. Diagnosis bronkiolitis : mengi (wheezing) dan hiperventilasi (gejala utama). didahului infeksi saluran napas atas (batuk dan pilek). ekspirium memanjang, ronki halus nyaring pada akhir atau awal ekspirasi. kenaikan suhu tubuh tidak tinggi / subfebril (jarang).
kasus ringan : gejala menghilang 1 3 hari. dalam 1 2 hari, gejala bertambah berat : gelisah, frekuensi pernapasan meningkat (> 60/menit), napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan dan retraksi serta sianosis. manifestasi klinis berat : apnea dan kegagalan pernapasan. hepar dan lien teraba (akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi). Gambaran radiologis : Normal; atau menunjukkan hiperinflasi paru, diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral, diafragma mendatar, penonjolan daerah retrosternal dan pelebaran interkostal. Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi infiltrat.
Walaupun perjalanan penyakit berat, foto toraks bisa normal. Laboratorium : tidak spesifik. AL berkisar 5000 24.000/l. Jika lekositosis infeksi sekunder bakteri. AGD : asidosis metabolik atau respiratorik (keadaan berat). Pemeriksaan nasofaring : untuk virus dengan deteksi antigen atau dengan biakan.
Bayi berisiko tinggi (penyakit jantung kongenital dengan hipertensi pulmonal, penyakit saluran napas kronik, defisiensi imun, bayi prematur, dan fibrosis kistik paru) cenderung akan menderita bronkiolitis di kemudian hari. Indikasi dirawat di RS berdasarkan umur, faktor resiko, manifestasi klinis dan saturasi oksigen.
DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis, perlu dipertimbangkan beberapa penyakit lain, yaitu : 1. Asma bronkial 2. Bronkopneumonia 3. Penyakit jantung kongestif 4. Pertusis 5. Fibrosis kistik paru
Tujuan terapi di RS : 1. Untuk menghilangkan gejala-gejala yang muncul. 2.Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang muncul. 3. Mengobati dengan anti virusyang spesifik jika ada indikasi.
TATALAKSANA
Terapi Suportif
o Dibaringkan dalam posisi supin, kepala ditegakkan dgn kemiringan 30 40 derajat, leher posisi ekstensi. o Pemantauan ketat suhu dan pemberian O2 (konsentrasi 30 40%). o Keseimbangan & kecukupan cairan (diberikan dgn nasogastric tube atau intravena)
Terapi Spesifik
o Ribavirin (Virazol) : obat virustatic dengan spektrum luas; diberikan secara aerosol tiap 12 18 jam/hari selama 3 5 hari. o Antibiotika : bila ada indikasi infeksi bakteri. o Bronkodilator lazim digunakan pada terapi bronkiolitis. Tetapi efikasi bronkodilator sebagai terapi bronkiolitis tidak secara umum dapat diterima. o Kortikosteroid : tidak ada manfaatnya. o Sedativa : tidak dianjurkan, karena menyebabkan penekanan pusat pernapasan.
o Imunoglobulin : dalam tahap penelitian. o Rekombinan interferon-2 per i.m : masih dalam tahap penelitian
Terapi Pencegahan
o Vaksin mekanisme belum diketahui secara pasti. o Imunoglobulin : sebagai antibodi maternal yang didapat secara pasif sebagai imunoprofilaksi.
KOMPLIKASI
Dengan terapi suportif yang memadai klinis membaik. Komplikasi (20%) : wheezing menetap, bentuk dada mencembung, adanya sumbatan jalan napas, pneumotoraks, dan emfisema menetap beberapa bulan. Komplikasi lain : dehidrasi, infeksi sekunder oleh bakteri (pneumonia bakterial), otitis media dan gagal napas.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia, ketepatan tatalaksana, dan kecermatan pemantauan. Bayi yang sebelumnya sehat prognosis baik. Dengan tindakan suportif klinis membaik (48 72 jam) angka kematian : < 1%. Bayi dengan resiko tinggi angka kematian : 37%. 1% bayi dgn bronkiolitis menjadi kronis dlm beberapa minggu sampai bulan, bahkan berakhir dengan kematian.