Anda di halaman 1dari 1

Ketika bayang merangkul tebaran hawa dingin. Lembaran impianpun melayang. Terombang ambing di udara tanpa arah.

Lelah membuatku menepi dan tersungkur pada bintang ke bintang. ... Ada keluh bibir yang bertutur duka atas lenyapnya impian semalam. Tentang sisa cerita. Tentang sisa usia. Tentang sisa langkah. Dan tentang keentahan yang nyatakan semua belum tertuntaskan. Seperti ada yang hilang begitu bintangpun turut menghilang. Suram lalu mengendap hilang. Kuintai malam di ruas jemari. Akankah kembali yang telah pergi ? Sepertinya peringatan. . . Bukannya aku terlena dan mencampakkan kenangan. Tapi kehampaan dari dalam yang menghempaskanku menuju luar. Lalu menanggil-manggilku dengan membacakan sajak riuh tak bernyawa. Ada elegi pagi, penuh ratapan, sesal. Tapi tak ada yang bergeming. Masih hening . . . Dengan keraguan aku berjingkat menuju kekosongan. Melabrak detak waktu agar lekas beringsut menuju malam, lagi ... Dan berharap bisa kembali menggenapi ruang mimpi yang tergadai.

Anda mungkin juga menyukai