Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN EKSPRIMENTAL PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG PELABUHAN MAJENE

Juswan, m. Alham DJABBAR, Debyanti PATTA Jurusan Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin-Makassar E-mail: juswansade@gmail.com Abstrak
Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai khususnya di Sulawesi Barat adalah abrasi pantai yang terutama disebabkan oleh gelombang laut. Salah satu struktur pantai yang dapat mereduksi beban gelombang adalah breakwater. Tujuan penelitian untuk menganalisis tentang besar nilai koefisien transmisi gelombang serta hubungan antara koefisien transmisi dengan kecuraman gelombang untuk setiap variasi stroke pembangkit gelombang. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hidrodinamika Teknik Kelautan dengan uji model fisik berupa pemecah gelombang tipe tiang pancang. Model tersebut merupakan representasi pemecah gelombang di Pelabuhan Majene. Penelitian ini menggunakan gelombang regular dengan skala model 1:33. Penelitian dilaksanakan dengan menyusun model kedalam tangki uji gelombang dengan pengukuran menggunakan 4 variasi stroke pembangkit gelombang. Hasil Penelitian menunjukkan nilai koefisien transmisi berbanding terbalik dengan kecuraman gelombang, di mana nilai KT akan semakin kecil apabila kecuraman gelombang semakin besar begitupun sebaliknya semakin kecil kecuraman gelombang maka gelombang yang ditransmisikan akan semakin besar. Dari hasil pengamatan diperoleh nilai Kt berkisar 0.395-0.468. . Keywords: camera-ready manuscript, single column text, MS-Word file, punctuality.

1. Pendahuluan Pelabuhan Majene Sulawesi Barat dilengkapi dengan pemecah gelombang tipe tiang pancang (gambar 1)sebagai pelindung pelabuhan dari serangan gelombang.

Gambar 1. Pemecah Gelombang Pelabuhan Majene

Abrasi pantai merupakan masalah paling sering terjadi pada daerah pantai sebagai akibat dari aktifitas gelombang laut.Metode penanggulangan abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang pada area tertentu. Gempuran gelombang yang besar diredam dengan cara mengurangi energi gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya berkurang. Break water (pemecah gelombang) berfungsi memecahkan, merefleksikan dan mentransmisikan energi gelombang. Efektifitas pemecah gelombang dinilai dari kemampuannya mentransmisikan energi gelombang.

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012

X- 1

Untuk mengetahui kemempuan transmisi gelombang dibuat model pengujian sebagai reprentasi dari pemecah gelombang tipe tiang pancang pelabuhan Majene. 2. Tinjauan Pustaka Pemecah gelombang tiang pancang memiliki fungsi yang sama dengan jenis pemecah gelombang yang lain untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Pemecah gelombang tiang pancang biasa diletakkan di laut dengan kedalaman sampai 20 m dan dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung besar dan tahan terhadap erosi. Ketika suatu gelombang mengenai struktur maka gelombang akan teredam/ di transmisikan, tetapi akan ada sisa-sisa energi gelombang yang terjadi setelah melewati struktur. Transmisi adalah penerusan gelombang melalui suatu bangunan yang parameternya dinyatakan sebagai berikut. K_(T )= H_t/H_i = (E_t/E_i ) Dengan : (1)

+ H min H H t = max 2 transmisi

(2)

Hi =

H max + H min 2

(3)

Dimana : Ht = Tinggi gelombang setelah melewati struktur ( m ) Hi = Tinggi gelombang sebelum mengenai struktur ( m ) Et = Energi gelombang setelah melewati struktur ( joule/m ) Ei = Energi gelombang sebelum melewati struktur ( joule/m ) 3. Metode Penelitian Desain pengujian model pemecah gelombang tipe tiang pancang seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Desain Pengujian Model Pengujian model dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012

X- 2

1) Model diletakkan dalam tangki uji gelombang yang dilengkapi dengan pembangkit gelombang tipe flap. Model dipasang pada jarak 10,67 m dari posisi pembangkit gelombang. 2) Pemasangan bak ukur pada titik-titik yang telah ditetapkan dalam tangki uji gelombang, pada penelitian ini 3 bak ukur diletakkan di depan model dan 3 bak ukur diletakkan di belakang model. 3) Stroke dan periode gelombang diatur pada sistem pembangkit gelombang, 4) Pembangkit gelombang dihidupkan pada stroke yang telah ditentukan, bersamaan dengan itu stopwatch dijalankan sampai menunjukkan waktu 30 detik , selanjutnya pembacaan tinggi gelombang datang (Hi) dan tinggi gelombang transmisi (Ht) secara bersamaan di setiap titik yang telah ditentukan. 5) Running tinggi gelombang datang (Hi) dan tinggi gelombang transmisi (Ht) di lakukan sebanyak 10 kali untuk setiap variasi stroke. Adapun variasi stroke yang digunakan, yaitu : stroke 1,2,3 dan 4 6) Setelah running, pembangkit gelombang dimatikan dan dilanjutkan dengan variasi stroke berikutnya dengan mengikuti kembali langkah 4-6. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu : 1) Mengitung tinggi gelombang datang yaitu Hmaks dan Hmin 2) Menghitung tinggi gelombang sebelum mengenai struktur (Hi). 3) Menghitung tinggi gelombang transmisi (Ht) 4) Menghitung panjang gelombang. 5) Menghitung Koefisien transmisi (KT) 6) Pembuatan grafik hubungan antara Hi/gT2 dengan KT pada setiap stroke. 4. Hasil Penelitian Dari data pengujian, diperoleh grafik kecuraman gelombang terhadap koefisien transmisi untuk masing-masing stroke pembangkit gelomban (gambar 3).

Gambar 3 Grafik pengaruh kecuraman gelombang terhadap koefisien transmisi untuk setiap variasi stroke

Koefisien transmisi untuk keempat stroke berbanding terbalik dengan angka kecuraman gelombang. Nilai koefisien transmisi meningkat dengan berkurangnya angka kecuraman gelombang, sebaliknya nilai koefisien transmisi menurun dengan bertambahnya angka kecuraman gelombang (Hi/gT2). Transmisi gelombang yang terendah ditemukan pada nilai kecuraman gelombang yang lebih tinggi. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa gelombang dengan angka kecuraman gelombang yang kecil cenderung diteruskan dan membentuk gelombang transmisi

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012

X- 3

yang besar. 5. Kesimpulan Koefisien transmisi (KT) pemecah gelombang tipe tiang pancang berada pada kisaran 0,35 sampai 0,468 Daftar Pustaka Armono. H. H., Sholihin, Rezkirana. Y., (2011), Transmisi Gelombang Pada Floating Breakwater Polyethylene Bentuk Zig zag. FTK-ITS. Bhattacharyya, R. (1978). Dynamic of Marine Vehicles. John Wiley and sons Inc., New York. BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar. 2012, Informasi Cuaca Pelayaran Perairan Majene dan Pasang Surut Perairan Majene. Budiman. (2008), Pemanfaatan Energi Gelombang Laut Sebagai Sumber Energi. TK-UNHAS. Dirgayusa, Yuwono Nur, (1997), Transmisi Gelombang Melalui Pemecah Gelombang Susunan Pipa Horisontal. FTK-UGM. Fajar kamis 19 Juli 2012. Tinggi Gelombang di Perairan Majene. Google. Indonesian Map. Accessed 24 July 2012. Haryono Rizqi, Armono Haryo Dwito, Sujantoko, Studi Eksperimental Transmisi Pada Pemecah Gelombang Terapung Tipe Pile. FTK-ITS. Johnny, Muchtasor, Pratikto Widi Agus, Wahyudi. 2008, Studi Uji Model Fisik Peredam Gelombang Tenggelam Bentuk Enam Gigi Gergaji.FTK-ITS. Lande,Darma. (2010), Kajian Eksperimental Pengaruh Pemecah Gelombang Bawah Air Terhadap Transmisi Gelombang Permukaan. TK-UNHAS. Thaha M. Arsyad, Minggu Willem. 2011, Rangkaian Batang Semi Apung Sebagai Altenatif Struktur Pelindung Pantai. Universitas Hasanuddin. Triatmodjo,Bambang. 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta. Tsinker,Gregory P. (1995), Marine Structures Engineering: Specialized Application, An International Thomson publishing Company, NewYork. Wurjanto Andojo, Ajiwibowo Harman, Zamzam Rahman. (2010), Pemodelan Fisik 2D Untuk Mengukur Tingkat Efektifitas Perfoted Skirt Breakwater Pada Kategori Gelombang Panjang. FTS-ITB. Yuwono, Pemodelan. Diakses 24 Juli 2012 ; www.google.com

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 5 Desember 2012

X- 4

Anda mungkin juga menyukai