Anda di halaman 1dari 2

Cara menghadapi sensei

(1) Tarik mundur Sebelum maju ke dosen pembimbing, kita harusnya sudah punya rencana kerja. Tentu saja yang paling pertama ditentukan adalah KAPAN mau lulus. Soalnya ada beberapa dosen yang anti dengan 'hasil' dan lebih suka 'proses'. (2) Mejeng Sering2 nongkrongin mejanya sendiri . Setidak2nya dosen yang asalnya sibuk sendiri jadi sadar ada mahluk yang sering nongol (padahal belum tentu ngapa2in). Inget peribahasa orang Jerman "witing tresno jalaran soko kulino" kalo dosennya super sibuk dan kita cuma nongol seminggu sekali, dari hitung2an statistik manapun juga pasti susah ketemu, apalagi kalau kita tidak dekat sama , wah mana tau jadwalnya sang dosen jam segini kemana dst... Minimal sehari sekali sempatkan lewat ruang dosen, kalo perlu bawa buku/sampel yang banyak, biar kelihatan sibuk. Kalo memungkinkan, pilih meja di lab yang deket sama pintu dosen, kalo perlu pintu ruangan dibuka lebar2. Pokoknya mejeng deh, insya Allah di saat-saat senggangnya beliau akan ingat, "eh anak yang sering nongkrong di deket pintu masuk itu bimbingannya siapa ya??" (3) Kenali dosen Mirip dengan nomor (2). Cari tahu kebiasaan kerjanya, masuk kantor jam berapa, proyek yang ada, makan di mana, hobinya apa. Biasanya otomatis kenal kalo sering mengerjakan nomor (2). Gpp lagi, bukannya jadi penjilat. Yang namanya penjilat itu kan meski bos salah tapi tetep dibenerin. Kalo ini sih... apa ya... bagian dari interaksi sosial dengan orang yang lebih tua deh... Jadi bukan penjilat ya! (4) Rutin Di banyak kesempatan, saya selalu berusaha menyiapkan bahan-bahan tentang yang sudah saya kerjakan sebelum bertemu dengan dosen. Tapi secara tidak sadar, ternyata untuk menyiapkan saja butuh waktu, dan kadang2 kita mentok, sehingga pertemuan dengan dosen tertunda2 terus. Pas merasa sudah siap, menghadap dosen, langsung dibantai abis2an. Setelah dibantai, ya jadi males nongol deh, maen deh hehehe... Saran saya sih, dari diri sendiri harus sudah pasang target seminggu berapa kali mau ketemu dosen pembimbing. Siap tidak siap, ada kemajuan atau tidak, yang penting nongol, bahkan cuma buat bilang "maaf pak/bu, saya cuma sempat kepikir satu paragraf, salah lagi, kira2 gimana ya?" itu saja sudah bagus. Sejelek2nya disuruh balik kanan. Pasrah saja.

(5) Sigap Oh iya ada tips lain nih. Biasanya saya waktu bimbingan tidak mengeluarkan 100% kemampuan, tapi cuma menunjukkan kemajuan global. Kalau dosen menanggapi, baru deh keluarin detil2 yang sudah "disimpan". Dengan metode begini akan selalu ada nilai tambah (dari asalnya nilai 5 jadi 6... :D). (6) Tidak sombong (dan rajin menabung) Memang pas mengerjakan TA kita tahu semua detilnya seperti anak kita sendiri (hayoo yang sudah punya anak) jadi secara tidak sadar kok rasanya dosen pembimbing ngga tau apa2, tapi hati-hati, meskipun jika MEMANG begitu, namanya dosen juga manusia egonya bisa2 terinjak kalau kita petantang-petenteng. Mendingan ngangguk2 aja meski kita sudah tahu. Yang susah kalo beda pendapat, harus cari cara ngomong tanpa menyakiti hati.

Anda mungkin juga menyukai