Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa.

Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus (Simadibrata dan Daldiyono, 2007). Lebih dari 1 milyar penduduk di dunia terkena 1 atau lebih episode diare akut per tahun. Seratus juta orang per tahunnya di Amerika Serikat terkena diare akut dan 3000 diantaranya meninggal dunia. Akibat adanya sanitasi yang buruk dan sedikitnya penduduk yang mengunjungi pelayanan kesehatan, diare akut merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang, terutama pada anakanak. Lima sampai delapan juta penduduk per tahun meninggal dunia akibat diare akut di negara berkembang (Ahlquist dan Camilleri, 2005). Kematian yang berhubungan dengan kejadian diare kebanyakan terjadi pada anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju (Simadibrata dan Daldiyono, 2007). Untuk memaksimalkan pengobatan terhadap diare, diperlukan partisipasi aktif parasejawat Apoteker yang melaksanakan praktek profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai diare, memonitor respons pasien melalui farmasi komunitas, adherence terhadap terapi obat dan non-obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat.

B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian, jenis, patofisiologi, etiologi, diagnosa, tanda dan gejala, serta tatalaksana pengobatan diare, sehingga dapat mengetahui pilihan terapi yang digunakan dan dapat memberikan informasi serta edukasi pengobatan yang tepat bagi pasien.

C. Manfaat Penulisan 1. Memberikan masukan kepada apoteker agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek, baik pelayanan kefarmasian dengan resep maupun tanpa resep. 2. Memberikan masukan kepada apoteker tentang pengertian, jenis, patofisiologi, etiologi, diagnosa, tanda dan gejala, serta tatalaksana pengobatan diare, sehingga dapat mengetahui pilihan terapi yang digunakan dan dapat memberikan informasi serta edukasi pengobatan yang tepat bagi pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi diare Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare bila feses lebih berair dari biasanya. Diare juga dapat didefinisikan buang air besar 3 kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2009). Secara klinis penyebab diare dapat digolongkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyebab lain tetapi yang sering ditemukan dilapangan/klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2002).

B. Diare Akut dan Diare Kronik Diare dibedakan menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah diare yang terjadi selama 14 hari atau kurang. Gejala dan tanda-tanda diare akut adalah konsistensi encer dan berair yang menyerang secara mendadak, nyeri perut, keadaan mendesak ingin buang air besar, mual, perut kembung, dan demam. Pasien dengan infeksi diare akut bisa terjadi buang air besar berdarah dan nyeri perut. Sedangkan diare kronik adalah diare yang terjadi lebih dari 30 hari. Diare kronik mempunyai tanda-tanda dan gejala yaitu gejala bisa hebat atau ringan, penurunan berat badan dapat dilihat dan tubuh terasa lemas. Dehidrasi bisa diketahui dari penurunan jumlah urin, urin pekat, membran mukus yang kering, cepat haus, dan takikardi (Dipiro, 2008).

C. Penyebab Diare Ada banyak kemungkinan penyebab diare akut, tetapi infeksi adalah penyebab yang paling umum. Infeksi diare terjadi karena kontaminasi makanan dan air. Virus adalah penyebab yang paling besar, yaitu rotavirus, norwalk, dan adenovirus. Pasien secara tiba-tiba demam, muntah, dan feses yang berair. Bakteri juga merupakan salah satu infeksi diare yaitu Escherichia coli, Salmonella sp., Shigella sp., Vibrio cholera, dan Clostridium difficile. Protozoa juga

merupakan

salah

satu

infeksi

diare

seperti Entamoeba

histolytica,

Microsporidium, Giardia lamblia, dan Cryptosporidium parvum. Penyebab selain infeksi dari diare akut terdiri dari obat dan racun, efek samping laksatif, makanan, irritable bowel syndrome, radang perut, kekurangan laktase, Whipples disease, anemia, diabetes mellitus, malabsorbsi, fecal impaction,diverticulosis, dan celiac sprue. Obat-obat yang dapat menyebabkan diare akut adalah antibiotik, kolsikin, digitalis, hidralazin, laksatif, mannitol, metformin, misoprostol, quinidin, sorbitol, dan teofilin. Suplemen makanan yang bisa menyebabkan diare akut yaitu Echinacea, ginseng, dan aloe vera. Bahan (racun) yang menyebabkan diare adalah arsen, cadmium, dan merkuri (Dipiro, 2008). Obat-obat yang dapat menyebabkan diare dapat terjadi oleh beberapa mekanisme. Pertama, air dapat masuk ke dalam lumen usus secara osmotik. Saline laxatives adalah contoh obat yang dapat meningkatkan masuknya air ke dalam lumen usus secara osmotik. Kedua, ekosistem bakteri usus dapat mengganggu yaitu munculnya serangan organisme sehingga memicu proses sekresi dan peradangan. Aktivitas beberapa antibiotik dapat menyebabkan mekanisme ini. Ketiga adalah perubahan motilitas bisa terjadi dengan tegaserod maleat. Obat lain seperti prokainamid atau kolsikin menyebabkan diare yang mekanismenya belum diketahui (Dipiro, 2008) Kebanyakan kasus diare kronik disebabkan dari radang perut, gangguan endokrin, malabsorbsi, dan obat-obatan (laksatif). Dalam diare kronik, buang air besar dengan konsistensi berair tidak terjadi. Diare bisa terjadi sebentar atau terusmenerus (Dipiro, 2008).

D. Klasifikasi Diare Selama proses normal, kira-kira sembilan liter cairan melewati

gastrointestinal dalam sehari. Cairan perut dua liter, saliva satu liter, cairan empedu satu liter, cairan pankreas dua liter, sekresi intestinal satu liter, dan cairan pencernaan dua liter. Dari sembilan liter cairan tersebut, hanya sekitar 150-200 mL yang tersisa setelah proses reabsorbsi terjadi (Dipiro, 2008).

Terjadinya peningkatan jumlah cairan dalam feses menyebabkan diare. Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme patofisiologi yang mencakup osmotik, sekresi, inflamasi, dan perubahan motilitas (Dipiro, 2008). Diare osmotik akibat dari tidak diabsorbsinya cairan di dalam usus ke dalam penyimpanan cairan. Biasanya kasus terjadi karena gangguan laktose dan proses pencernaan dari antasida yang berisi magnesium (Dipiro, 2008). Diare secretory akibat peningkatan sekresi ion ke dalam lumen usus sehingga menaikkan cairan intraluminal. Obat, hormon, dan racun bertanggung jawab selama terjadi aktivitas sekresi (Dipiro, 2008). Diare inflamasi akibat dari perubahan mukosa usus yang mengganggu proses absorbsi dan terjadi peningkatan protein dan produk lain di dalam lumen usus dalam penyimpanan cairan. Adanya pendarahan atau adanya leukosit di dalam feses mengindikasikan proses peradangan. Diare dari radang perut (contohnya ulcerative colitis) adalah radang secara alami (Dipiro, 2008). Peningkatan motilitas diakibatkan penurunan kontak antara makanan dan minuman dengan mukosa intestinal, menyebabkan penurunan reabsorbsi dan peningkatan cairan feses. Irritable Bowel Syndrome menyebabkan perubahan motilitas (Dipiro, 2008).

E. Kondisi Pasien Diare Yang Perlu Dirujuk Pasien sebaiknya dirujuk ke dokter bila keadaannya (Dipiro, 2008): 1. Nyeri perut yang hebat dan kram. 2. Feses berdarah. 3. Dehidrasi (haus, mulut kering, lemas, urin berwarna pekat, jarang kencing, penurunan jumlah urin, kulit kering, nadi yang cepat, nafas cepat, kram otot, otot lemah). 4. Demam tinggi (lebih dari 38C) 5. Penurunan berat badan lebih dari 5 % dari total berat badan. 6. bila diare lebih dari 48 jam.

F. Terapi Farmakologi Menurut Dipiro (2008), terapi farmakologi pada diare terdiri dari adsorben, anti peristaltik/anti motilitas, anti secretory, probiotik, dan anti infeksi. 1. Adsorben Attapulgit mengadsorbsi cairan dalam feses. Kalsium polikarbofil adalah sebuah resin hidrofilik poliakrilat yang juga bekerja sebagai adsorben, mengikat air sekitar 60 kali beratnya dan membentuk gel yang memperkeras bentuk feses. Kedua produk efektif dalam menurunkan cairan feses tetapi dapat juga mengadsorbsi nutrien dan obat lain. Pemakaiannya sebaiknya dipisahkan dengan obat lain 2-3 jam. Psylliumdan metil selulosa juga digunakan untuk mengurangi cairan feses (Dipiro, 2008). Contoh produk : Atagip, Neo Entrostop, New Diatabs, dan lain-lain (ISFI, 2008).

2. Anti peristalik/anti motilitas Obat anti peristaltik memperpanjang waktu transit di usus. Obat dalam kategori ini adalah loperamid HCl dan difenoksilat HCl dengan atropin sulfat. Atropin hanya digunakan sebagai pencegahan. Pada dosis besar, efek antikolinergik dari atropin meniadakan efek euphoria dari difenoksilat. Loperamid dan difenoksilat efektif dalam menyembuhkan gejala diare akut non infeksi dan aman untuk pasien diare kronik (Dipiro, 2008). Loperamid tidak diijinkan pada penggunaan tanpa resep pada anak-anak di bawah 12 tahun (Nathan, 2002). Morfin dan kodein dapat menurunkan motilitas dari GI tract (Blenkinsopp, 2002). Contoh produk : Antidia, Diaramid, Gradilex, dan lain-lain (ISFI, 2008).

3. Anti secretory Bismuth subsalisilat mempunyai efek anti secretory dan anti mikroba dan digunakan untuk pengobatan diare akut. Sebagian salisilat diabsorbsi di dalam perut dan usus kecil. Karena alasan ini, bismuth subsalisilat tidak diberikan untuk orang yang alergi dengan salisilat, contohnya aspirin. Pasien yang memakai bismuth subsalisilat sebaiknya diinformasikan bahwa fesesnya akan berubah menjadi hitam. Octreotid adalah anti secretory yang digunakan selama diare berat yang disebabkan oleh kemoterapi kanker, HIV, diabetes, gangguan lambung, dan

tumor gastrointestinal. Octreotid digunakan dalam bentuk injeksi subkutan atau intravena bolus dengan dosis 500 mcg 3 kali sehari (Dipiro, 2008). Contoh produk: New Sybarin, Neo Adiar, Diaryn, dan lain-lain (ISFI, 2008).

4. Probiotik Probiotik adalah suplemen makanan berisi bakteri yang meningkatkan mikroflora normal dari saluran gastrointestinal. Probiotik dapat merangsang respon imun dan menekan respon peradangan. Yogurt dapat meringankan diare. Yogurt meningkatkan pencernaan laktose karena bakteri yang digunakan untuk membuat yogurt memproduksi laktase dan mencerna laktose sebelum mencapai usus besar. Lactobacillus acidophilus dalam yogurt, keju, dan susu

acidophilus meningkatkan pencernaan laktose dan mencegah/menyembuhkan diare. Walaupun laktase bukan probiotik, tablet laktase juga digunakan untuk mencegah diare (Dipiro, 2008).

5. Anti infeksi Kebanyakan enterotoksigenik kasus diare travelers berasal atau enteropatogenik dari infeksi dari coli.

(ETEC)

(EPEC) Escherichia

Pemilihan antibiotik yang tepat mencakup fluoroquinolon seperti siprofloksasin dan levofloksasin. Azitromisin bisa menjadi kemungkinan pilihan saat fluoroquinolon bersifat resisten. Penggunaan antibiotik secara terus-menerus bisa menyebabkan resisten. Pengobatan sebaiknya mempertimbangkan infeksi diare akut yang disebabkan bukan dari rumah sakit seperti Shigatoksin, hasil dari Eschericia coli (STEC), Campylobacter, Salmonella, danShigella menyebabkan demam yang hebat, tenesmus, dan feses berdarah (Dipiro, 2008). Contoh produk : Dialet, Neo Prodiar, dan lain-lain (ISFI, 2008).

G. Terapi Non Farmakologi Menurut Dipiro (2008), terapi non farmakologi pada diare terdiri dari pemberian cairan/elektrolit dan pengubahan pola makan.

1. Cairan dan elektrolit Penggantian cairan bukan sebuah pengobatan untuk penyembuhan diare tetapi suatu usaha untuk menyeimbangkan cairan tubuh. Diare yang sering dan hebat, penggantian cairan dilakukan dengan menggunakan Oral Rehydration Solution (ORS), yaitu campuran air, gula, dan garam. WHO memperkenalkan larutan yang terdiri dari 75 mEq/L natrium, 75 mmol/L glukosa, 65 mEq/L klorida, 20 mEq/L potassium, dan 10 mEq/L sitrat, yang totalnya 245 mOsm/L. Secara sederhana dapat dibuat dari 1 liter air dicampur dengan 8 sendok teh gula dan 1 sendok teh garam. Contoh produk di pasaran adalah Pedialyte, Rehydralyte, dan Ceralyte. Pasien dengan diare yang tidak terjadi dehidrasi mengganti cairan dengan minum jahe, teh, jus buah, air kaldu, atau sup. Penggunaan minuman olah raga untuk dehidrasi perlu perhatian khusus karena jumlah elektrolitnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Diare yang hebat membutuhkan larutan parenteral seperti larutan Ringer Laktat atau normal salin untuk mengganti cairan yang hilang (Dipiro, 2008).

2. Pengubahan pola makan Pada pasien diare akut biasanya nafsu makan berkurang. Makanan memberi nutrisi dan cairan yang membantu mengganti asupan makanan yang hilang. Asupan makanan tidak cukup untuk mengganti yang hilang selama diare. Beberapa makanan tidak tepat diberikan jika sifatnya mengiritasi saluran gastrointestinal atau jika makanan itu adalah penyebab diare. Pasien dengan diare kronik bisa makan seperti nasi, pisang, dan gandum (Dipiro, 2008).

H. Penggolongan Obat Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu (Depkes RI, 2006) : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat diare : kaolin, pektin, attapulgit.

2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. P1 Awas obat keras : baca aturan pakai P2 Awas obat keras : obat kumur jangan ditelan P3 Awas obat keras : untuk pemakaian luar P4 Awas obat keras : hanya untuk dihisap P5 Awas obat keras : obat luar tidak boleh ditelan P6 Awas obat keras : obat wasir jangan ditelan Contoh obat diare : bismuth subsalisilat.

3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat diare : loperamid HCl. Obat psikotropika adalah obat keras alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh obat diare : morfin dan codein Berdasarkan nama, obat dibagi menjadi 2 yaitu obat generik dan obat dagang. Obat generik adalah obat jadi dengan nama generik yang diproduksi oleh industri farmasi yang telah menerapkan cara produksi obat yang baik (CPOB) yang dibutuhkan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia dan dipasarkan dengan nama bahan aktifnya.. Obat dagang adalah obat yang beredar di pasaran menggunakan nama dagang masingmasing produsennya (Purwadi, 2004).

10

BAB III METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan Pengambilan resep yang terkait dengan penyakit diare di ambil di apotek Kimia Farma 01 Jl Garuda No. 47 Kemayoran Jakarta Pusat dengan kasus diare .

B. Studi Kasus Penyakit diare menyerang penderita tidak bergantung pada usia. Pada kasus yang akan dibahas, penderita tidak hanya mengalami diare tetapi diduga juga dengan penyakit penyerta seperti flatulen dan mual. Hal ini mengakibatkan pasien mendapatkan obat dalam jumlah yang banyak sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus mengenai kemungkinan ketidakrasionalan pengobatan yang diterima.

C. Studi Literatur Metode yang digunakan dalam pengkajian penyakit diare ini dan pengobatannya adalah melalui penelusuran dari berbagai pustaka (studi literatur). Dari berbagai pustaka, dilakukan analisis perbandingan antara pengobatan yang tertulis dalam literatur dengan pengobatan yang tertulis dalam resep di apotek Kimia Farma 01 Jl Garuda No. 47 Kemayoran Jakarta Pusat

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Resep Resep pasien diare yang diterima selama PKPA sejumlah 9 resep (lampiran 1). Dari 9 resep tersebut dipilih satu resep sebagai berikut :

12

B. Pembacaan Resep

DOKTER JP AULIA Praktek Umum Sore : Jam 15.00 20.00 Jl. Bungur Besar No. 34F Jakarta HP : 0818140215 DU 0083/P-3-01/09-90

Jakarta, 14/3/2013 R/ Cimetidin 200 mg Buscotica tab I Vosedon 10 mg M f cap dtd no VIII S 3 dd 1 ac

R/ Tab Lodia No VIII S 4 dd 1 pc obat diare

R/ Cap Sanlin 500 mg No X S 4 dd 1 pc habiskan

Pro : Ny Wurianingsih Umur : Obat jangan diganti tanpa izin dokter

13

C. Kelengkapan Resep

Bagian Nama dokter Alamat dokter Nomor Telp. Dokter SIP dokter Tanggal resep Nama obat Jumlah obat Cara pembuatan Aturan pakai Nama Pasien Umur Pasien Alamat pasien Paraf dokter

Ada/Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada

D. Indikasi Obat 1. Cimetidin Pengobatan tukak duodenum, tukak lambung jinak, tukak yang kambuh pada saluran gastritis bagian atas,stres, sindrom Zollinger-Ellison, mastositosis sistemik, adenoma endokrin multipel. Terapi perdarahan tukak peptik.

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) Gangguan spastik pada saluran cerna, kandung empedu, saluran kemih dan saluran kelamin wanita.

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Mual dan muntah akut, akibat penggunaan levodopa dan bromkriptin. Pada anak setelah kemoterapi kanker atau radioterapi. Terapi simtomatik dispepsia fungsional

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Pengobatan diare akut non spesifik dan kronik

14

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Infeksi saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, kulit dan jaringan lunak

E. Dosis Obat 1. Cimetidin Dewasa : Untuk tukak duodenum : 400 mg 2 kali/hari(makan pagi dan tidur malam) atau 200 mg 3 kali/hari, pada waktu makan dan 400 mg sebelum tidur selama 4 minggu. Pemeliharaan : 400 mg sebelum tidur malam Untuk tukak lambung jinak, sindrom Zollinger-Ellison, perdarahan atau erosi pada saluran atas gastritis : 200 mg 3 kali/hari pada waktu makan pagi dan 400 mg sebelum tidur malam. Dapat ditingkatkan 400 mg 4 kali/hari. Anak : 20-40 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) 1-2 tablet 4 kali/hari. Ampul : 1-2 ampul IM/IV. Maksimal : 100 mg/hari.

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Dewasa : Untuk dispepsia fungsional : 10 mg 3 kali/hari. Untuk mual dan muntah : Dewasa : 10-20 mg 3-4 kali/hari. Anak : 0.25 mg/kg berat badan 3 kali/hari.

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Untuk diare non spesifik : awal 2 tablet/hari. Dosis biasa : 2-4 tablet 1-2 kali/hari. Maksimal : 8 tablet/hari. Untuk diare kronik : 2-4 tablet/hari dalam dosis terbagi. Maksimal : 8 tablet/hari. Hentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam.

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Dewasa dan anak > 40 kg : 250 - 500 mg 2 - 4 kali sehari

F. Kontra Indikasi 1. Cimetidin Gagal ginjal, hamil dan laktasi. Keganasan pada lambung.

15

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) Miastenia gravis, megakolon.

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Pasien dengan gagal ginjal, dosis dikurangi. Efek ekstrapiramidal bila diberikan bersamaan obat lain. Bayi, hamil, laktasi, gangguan hati.

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Konstipasi. Bayi.

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Hipersensitif. Gangguan ginjal berat. Hamil. Anak < 12 tahun G. Efek Samping 1. Cimetidin Pusing, ruam kulit, diare, ginekomasti, impotensi(pria), kebingungan reversibel. Jarang, reaksi alergi, mialgia, artralgia, kelainan darah, nefritis interstitial, pankreatitis, hepatoksik, sakit kepala.

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) Xerostomia, dishidrosis, retensi urin reaksi alergi, reaksi pada kulit, dispneu (pada pasien dengan riwayat asma bronkial atau alergi). Injeksi : gangguan akomodasi penglihatan, nyeri pada tempat suntikan setelah pemberian IM, reaksi anafilaksis dan syok.

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Sakit kepala, ruam kulit, rasa haus, mulut kering, diare, reaksi ektrapiramidal, diskinesia tardif, rasa cemas, distonik parkinson, peningkatan prolaktin serum, tegang, gatal.

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Mulut kering, nyeri perut, lelah, ruam kulit, megakolon toksik, pusing.

16

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Gangguan Gl, superinfeksi, hepatotoksik dan renotoksik. Jarang, peningkatan TIK. Mengeksaserbasi SLE. Pewarnaaan gigi dan dental hipoplasia pada anak.

H. Interaksi Masing Masing Obat 1. Cimetidin Warfarin, fenitoin, teofilin, lignokain, beberapa antiaritmia, benzodiazepin, betabloker, vasodilator.

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) Antagonis dopamin dapat mengurangi efek obat. Efek antikolinergik intensif dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin, amantadin dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari Beta-adrenergik.

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Antikolinergik mengantagonis efek antidispepsia domperidon. Antasida dan antisekresi harus dimakan setelah makan jika digunakan bersamaan.

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Trankuiliser, alkohol, MAOI.

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Absorpsi berkurang dengan antasid, susu. Obat hepatotoksik. Mengganggu kerja penisilin dan kontrasepsi oral. Potensiasi efek antikogulan.

I. Interaksi Antar Obat dan Makanan Menggunakan loperamide bersama dengan hyoscyamine dapat

meningkatkan efek samping seperti

pusing,

mengantuk,

dan kesulitan

berkonsentrasi. Pasien harus menghindari atau membatasi penggunaan alkohol saat dirawat dengan obat tersebut. Juga hindari kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan mental seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya

17

sampai pasien tahu bagaimana obat mempengaruhi pasien. Hyoscyamine juga dapat meningkatkan efek loperamide pada usus pasien. Hubungi dokter jika pasien mengalami kram perut atau kembung selama pengobatan dengan obat tersebut. Penting untuk memberitahu dokter tentang semua obat-obatan lain yang pasien gunakan, termasuk vitamin dan herbal. Jangan berhenti menggunakan obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter. Jangan mengkonsumsi suplemen zat besi, multivitamin, suplemen kalsium, antasida, atau obat pencahar dalam waktu 2 jam sebelum atau setelah mengambil tetrasiklin. Produk-produk ini dapat membuat tetracycline kurang efektif dalam mengobati infeksi. Jangan mengkonsumsi tetrasiklin dengan susu atau produk susu lainnya. Produk susu dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk menyerap obat.

J. Mekanisme Kerja 1. Cimetidin Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif dan reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan menghambat sekresi asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine diekskresikan melalui urin.

2. Buscotica (Hyoscine-N-butylbromide 10 mg) BUSCOPAN memberikan gaya spasmolytic pada otot polos gastrointestinal, genito-bilier dan unary traktat. Sebagai ammonium kuaterner derivatif, HyoscineN-butylbromide tidak memasuki sistem saraf pusat. Oleh karena itu, efek samping antikolinergik pada sistem saraf pusat tidak terjadi. Peripheral tindakan antikolinergik hasil dari ganglion-tindakan pemblokiran dalam dinding mendalam serta dari muscarinic anti-aktivitas.

18

3. Vosedon (Domperidon 10 mg) Domperidone merapakan dopamin blocker di perifer yang kuat Oleh karena daya penetrasi ke otak lemah, maka domperidon tidak menimbulkan efek samping psikotropik nuupun neurologik. Absorbsinyabaikdanrnetabolismenyacepat.

Penelitian farmakologik in vitro / in vivo pada manusia maupun hewan menunjukkan bahwa : Domperidone tidak hanya melawan hambatan motilitas gaster oleh dopamimetik, misalnya: apomorfin, tetapi juga mempercepat pengosongan lambung sesudah makan. Domperidone tidak mempengaruhi sekresi lambung.

4. Lodia (Loperamide HCl 2 mg) Loperamide merupakan antispasmodik, dimana mekanisme kerjanya yang pasti belum dapat dijelaskan. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus. Secara in vitro dan pada hewan percobaan, Loperamide memperlambat motilitas saluran cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. loperamide menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit.

5. Sanlin 500 mg (Tetracycline) Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.

19

Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masingmasing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

K. Konseling Pasien Pada saat penyerahan obat kepada pasien yang perlu dijelaskan adalah pasien harus menghindari atau membatasi penggunaan alkohol. Juga hindari kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan mental seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya sampai pasien tahu bagaimana obat mempengaruhi pasien. Hubungi dokter jika pasien mengalami kram perut atau kembung selama pengobatan dengan obat tersebut. Penting untuk memberitahu dokter tentang semua obat-obatan lain yang pasien gunakan, termasuk vitamin dan herbal. Jangan berhenti menggunakan obat tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter. Jangan mengkonsumsi suplemen zat besi, multivitamin, suplemen kalsium, antasida,susu dan produk susu lainnya atau obat pencahar dalam waktu 2 jam sebelum atau setelah mengkonsumsi Sanlin. Produk-produk ini dapat membuat Sanlin kurang efektif dalam mengobati infeksi.

20

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan resep yang dianalisa, diduga pasien mengalami penyakit diare akut yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri sehingga menyebabkan peningkatan motilitas dengan penurunan kontak antara makanan dan minuman dengan mukosa intestinal, menyebabkan penurunan reabsorbsi dan peningkatan cairan feses. Terjadinya peningkatan jumlah cairan dalam feses menyebabkan diare. Diare akut ditandai dengan timbulnya nyeri perut, rasa mual dan muntah, perut kembung dan demam. Salah satu penyebab diare akut adalah bakteri yang mengkontaminasi makanan dan air coli, Salmonella sp., Shigella sp., Vibrio cholera,

yaitu Escherichia

dan Clostridium difficile. Pengobatan yang diberikan pada resep ini adalah Sanlin sebagai antibiotik, Lodia sebagai antimikolitik untuk mengatasi penyebab dan mekanisme terjadinya diare. Kemudian ditambah dengan Vosedon sebagai antimual/muntah, Buscotica sebagai antispasmolitik dan Cimetidin sebagai antiflatulen yang dicampur menjadi satu sediaan kapsul untuk mengobati gejala yang menyertai diare.

21

DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist, D.A., and Camilleri, M. 2005. Diarrhea and Constipation. In: Kasper,. D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., eds. I. USA: Mc Graw Hill. Blenkinsopp, A., dan Paxton, P., 2002. Syptoms in The Pharmacy A Guide to The Management of Common Illness. Malden: Blackwell Publishing. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman P2D. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.= Dipiro, J.T., dkk., 2008. Constipation, Diarrhea, and Irritable Bowel

Syndrom.Pharmacotherapy Principles & Practice: Mc Graw Hill, p. 311-316. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2008. Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 43. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, p. 379-385.= Purwadi, 2004. Analisis Kebijakan : Pengendalian Harga Obat Melalui Kebijakan Obat Generik. Simadibrata Marcellus, Daldiyono . 2007. Diare Akut : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

22

LAMPIRAN
Lampiran 1. Resep resep penyakit diare yang diterima di Apotek Kimia Farma 01 Garuda selama PKPA.
NO 1 TANGGAL 03/03/2013 DOKTER dr Julianto PASIEN Eunike UMUR 6 tahun NAMA OBAT Vometa syr Lacto B 2 04/03/2013 dr Guruh Bagas Dewasa Plantacid syr Zinc 20 mg Nodiar 3 05/03/2013 dr RSCM Nurhayani Dewasa Lodia Tramadol 4 06/03/2013 dr JP Aulia Amargit Dewasa Biodiar Spasmacin Sanlin 500 mg 5 11/03/2013 dr Halimin Sitoresmi Dewasa Biothicol 500 mg Spasmium Smecta powder 6 11/03/2013 dr Hartini Shita 17 bulan Orezink sachet Lacto B 7 14/03/2013 dr JP Aulia Hendri Dewasa Lodia Spasmacin Sanlin 500 mg 8 14/03/2013 dr JP Aulia Wurianingsih Dewasa Cimetidin Buscotica Vosedon Lodia Sanlin 500 mg 9 16/3/2-13 dr JP Aulia Sonia Dewasa Biodiar Buscotica Sanlin 500 mg JML 1 10 1 10 12 4 10 16 10 10 10 10 10 5 5 8 10 10 8 8 8 8 10 16 10 10 ATURAN PAKAI 3 dd 2 ml ac 3 dd 1 sach 3 dd 1 C ac 3 dd 1 2 dd 2 1 dd 1 3 dd 1 4 dd 2 obat diare 4 dd 1 4 dd 1 habiskan 3 dd 1 3 dd 1 3 dd 1 1 dd 1 2 dd 1 4 dd 1 obat diare 4 dd 1 4 dd 1 habiskan 3 dd 1 ac 3 dd 1 ac 3 dd 1 ac 4 dd 1 pc obat diare 4 dd 1 pc habiskan 4 dd 2 obat diare 4 dd 1 4 dd 1 habiskan antiemetik probiotik antiflatulen trace element absorben antimikolitik analgesik opiod adsorben antispasmolitik antibiotik gol tetracyclin antibiotik gol kloramfenikol antispasmolitik adsorben trace element probiotik antimikolitik antispasmolitik antibiotik gol tetracyclin antiflatulen antispasmolitik antiemetik antimikolitik antibiotik gol tetracyclin adsorben antispasmolitik antibiotik gol tetracyclin JENIS

23

Anda mungkin juga menyukai