Anda di halaman 1dari 30

BAB I KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

A. KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi pembelajaran ini anda diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling 2. Menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling 3. Mejelaskan fungsi bimbingan dan konseling 4. Mengidentifikasi prinsip-prinsip bimbingan dan konseling 5. Mengidentifikasi asas-asas bimbingan dan konseling B. MATERI PEMBELAJARAN Materi pokokyang akan anda pelajari dalam kegiatan pembelajaran ini mencakup : 1. Pengertian bimbingan dan konseling 2. Tujuan bimbingan dan konseling 3. Fungsi bimbingan dan konseling 4. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling 5. asas-asas bimbingan dan konseling C. URAIAN MATERI 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Ada banyak definisi tentang dan bimbingan konseling, bahkan pengguanaan kata bimbingan dan konseling itu sendiri. Frank Parson (Prayitno, 1999:93) misalnya mengidentifikasi bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yng dipilihnya itu. Dan konseling diartikan sebagai kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang sisiwa, pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya. Pada bagian lain, shetzer dan stone(1990), misalnya, menggunakan kata hubungan pemberitahuan pemberian bantuan (helping relationship) untuk suatu proses konseling yang berarti interaksi antar konselor dengan klien dalam upaya memberikan kemudahan terhadap cara-cara pengembangan diri yang positif . dalam konteks ini, sejalan dengan peraturan pemerintah No. 28/1990 tentang pendidikan dasar, pasal 25 ayat , dikatakan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepasa sisiwa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menenmukan pribadi , mengandung makna bahwa guru kelas dalam kaitanya dengan pelaksanaan bimbingan diharapkanmampu memberikan bantuan kepada siswa dan pihak pihak yang dekat dengan siswa, seperti orang tua/wali. Agar dengan keinginan dan kemampuannya dapat mengenal kekuatan dan 1

kelemahan yang dimiliki siswa serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Proses pengenalan harus ditindaklanjuti dengan proses penerimaan. Tanpa diimbangi sutau bentuk penerimaan, siswa dan pihak-pihak yang dekat dengannya, akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kekuatan dan kelemahannya tesebut secara lebih baik. Sebagai contoh, jika siawa memiliki gangguan dalam penglihatannya, seperti rabun jauh dan rabun dekat, dan siswa yang bersangkutan serta pihak-pihak terdekat tidak dapat menerima hal itu sebagai suatu kenyataan, maka program pengembangan yang disarankan tidak akan berjalak dengan baik. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan , mengandung makna bahwa guru seyogyanya mampu memberikan kemudahan (bantuan) kepada siswa dan pihakpihak terdekat dengannya, untuk mengenal lingkungannya dengan baik, termasuk lingkungan yang ada di luar sekolah. Siswa hendaknya mampu mengenal secara lebih baik fungsi dari semua fasilitas yang ada disekolahnya, yang pada gilirangya akan mampu mengoptimalkan siswa yang bersangkutan dalam menggunakan fasilitas yang ada tesebut dengan baik. Misalnya mengenal fungsi perpustakaan. Pengenalan laboratorium, sarana olahraga yang ada disekolah, serta fasilitas lainnya juga sangat diperlukan, pengenalan siswa tentang lingkungannya,diharapkan dapat memperlancar proses sosialisasi siswa dengan lingkungannya yang baru. Kondisi seperti ini tentu sangat membantu siswa yang bersangkutan dalam mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. Bimbingan agar siswa mampu merencanakan masa depannya, mengandung makna bahwa guru diharapkan mampu membantu sisa mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pendidikan yang ada dilingkungan sekitarnya, serta mengembangkan cita-cita siswa sesuai dengan pengenalan siswa akan berbagai jenis pekerjaan dan pendidikannya tersebut. Bimbingan yang ditunjukan agar siswa mampu merencanakan masa depannya, tidak terlepas dari pengenalan dan penerimaan siswa akan diri dan lingkungannya, seperti yang diuraikan diatan. Salah satu bentuk pengembangan kemampuan siswa dalam merencanakan masa depannya disekolah adalah pengungkapan minat siswa terhadap berbagai jenis mata pelajaran, pekerjaan, atau aktifitas tertentu, misalnya olahraga, kesenian, atau kerajinan tangan serta program tindak lanjut. Kenali dan fahamilah peserta didik anda sekarang

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian intregal dan system pendidikan. Menilik pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah tewujudnya manusia Indonesia 2

seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya untuk membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan konseling disekolah, harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara optimal dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan bimbingan dan konselig yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bidang bimbingan social, bimbingan belajar dan bimbingan karier. Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling disekolah adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, social, belajar dan karier. 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi yang dimaksud mencakup a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbinfgan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentangan diri peserta didik, lingkungan, maupun lingkungan yang lebih luas Bagi guru fungsi pemahaman seyogyanya menjadi landasn dalam melakukan berbagai jenis layanan. Tanpa dilandasai oleh pemahaman yang benar, misalnya pemahaman tentang peserta didik, akan membuat layanan yang diberikan akan menjadi sangat efesien dan tidak efektif dalam mencapi tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, keterampilan guru dalam memanfaatkan berbagai data yang dihasilakan melalui kegiatan aplikasi instrumentasi perlu terus ditingkatkan. Keterampilan tersebut yang dimaksud mencakup pemahaman yang benar tentang berbagai karakteristik instrument, baik tes,maupun non tes, keterampilan dalam menyelenggarakan kegiatan pengumpulan data, keterampilan dalam mengolah dan menfsirkan data, serta kemampuan menghimpun, dan mengkomunikasikan data untuk berbagai kepentingan. Bahkan dalam halkondisi tertentu guru perlu mengembangkan 3 keterampilan untuk merancang dan mengembangkan instrumennya sendiri.

b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbngan dan konseling yang akan mengahasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalah yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Sekalipun fungsi pecegahan ini memiliki nilai yang strategis, akan tetapi program bimbingan yang secara khusu mengarah pada fungsi ini masih sangat jarang dilakukan secara khusus. Disekolah, pelayanan bimbingan dan konseling sering disalah artikan, yaitu ditunjukan hanya untuk menangani anak-anak yang suka mengganggu teman, bolos,malas belajar, dsb. Padahal pelayanan bimbingan dan konseling ditunjukan untuk semua anak, termasuk anak-anak yan berprestasi tinggi, berbakat, atau anakanak yang biasa saja. Bagi mereka, pelayanan bimbingan tentu bersifat pencegahan, agar mereka terhindar dari perilaku yang dapat menghambat pencapaian p[restasi belajar yang optimal. Jika kekeliruan ini tidak segera dibenahi, maka kesan bahwa bimbingan hanya menangani anak-anak yang bermasalah akan terus berklanjut.

Ingat

Semua

siswa

berhak

mendapat

pelayanan

Guru

Pembimbing, tanpa kecuali.

c. Fungsi

pengentasan,

yaitu

fungsi

bimbingan

dan

konseling

yang

akan

mengahasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang diamlami oleh peserta didik. Fungsi pengentasan hendaknya tetap dilakukan dengan memberdaya seluruh kemampuan siswa dan/atau pihak-pihak yang dekat dengan siswa, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan siswa dan/atau pihakpihak yang dekat dengan siswa, dan bukan keputusan guru yang dipaksakan pada siswa. Untukmendukung itu, keterampilan guru, terutama yang terkait dengan fungsi pengentasan, baik melalui kegiatan konseling perorangan maupun konseling kelompok perlu terus ditingkatkan. Beberapa keterampila dasar yang seyogyanya dimiliki misalnya, keterampilan bersikap (attending), memberikan respon (responding), berinisiatif(initating), dan keterampilan memberikan bantuan (hrlping). Hal ini dilandasi oleh pertimbangan, bahwa cara guru duduk, menggerakan anggota badan, atau menampilkan rona muka yang menyenangkan, seringkali dapat mengurangi kecemasan dan keteganggan klien, sekalipun pembahasan terhadap masalahnya sendiri belum dilakukan. Apalagi jika diikuti dengan keterampilan lainnya, seperti keterampilan memberikan bantuan. d. Fungsi pemeliharaan dan pengambangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tepeliharannya dan terkembangannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan 4

berkelanjutan. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam pelaksanaanya tidak akan terlepas dari fungsi pemahaman. Artinya fungsi ini akan secara efektif dilaksanakan jika guru memahami betul peserta didik yang dibimbingnya, sehingga berbagai jenis layanan yang diberikan untuk terpeluiharannya dan terkembangkan potensi para siswa sesuai dengan kebutuhan dan keadaa siswa itu sendiri. 4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling a. Prinsip berkenaan dengan sarana layanan, yaitu mencakup : Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan setatus ekonomi. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling individual dan menjadi orientasi pokok pelayanannya. Prinsip bahwa bimbingan melayani semua individu, hendaknya dapat diimplementasikan secara konkret sidekolah. Hal ini penting, karena semata-mata memfokuskan pada anak-anak bermasalah atau anak yan sering melanggar peraturan, membuat kegiatan bimbingan mengabaikan siswa lain yang dalam beberapa hal justru perlu bantuan untuk memelihara dan penembangan segenap potensi yang dimilikinya. Ungkapan bahwa anak yang pandai dapat mengurus dirinya sendiri dan tidak perlu bantuan, tentu bukanlah ungkapan seorang guru, dan sebenarnya pun bukan ungkapan yang pantas dikemukakan para pendidik. Penyelenggaraan bimbingan kelompok, terutama kelompok yang beragama (heterogen) merupakan lagkah konkrit untuk melayani semua individu. Akan tetapi justru hal seperti iniyang masih jarang dilakukan disekolah, terutama karena guru tidak memiliki cukup waktu untuk melakukannya. Prinsip bahwa bimbingan berhubungan denga pribadi dan perilaku yang unik dan dinamis, mengandung makna bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya terfokus pada masalah pribadi dan perilaku individu dan bukan pada hal-hal lain. Masalah-masalah lain, seperti masalah kesehatan tau keuangan hendaknya dipandang sebagai bahan pelengkap dalam upaya memberikan bantuan kepada individu. Di samping itu, pribadi dan perilaku yang unik dan dinamis mengandung makna bahwa pelayanan bimbingan dan konseling antara individu yang satu dan yang lain tidaklah sama. Sekalipun permasalahan yang dialami individu dalam beberapa hal memiliki kesamaan, akan hal itu ternyata dapat dihantarkan oleh berbagai hal yang berbeda, dan kodisi seperti ini tentu membawa kosenkuesi pada strategi pemberian bantuan yang berbeda pula. Sebagai contoh, siswa yang sering membolos dapat disebabkan oleh berbagai 5

factor yang berbeda, mulai tidak ada ongkos, membantu orang tua mencari nafkah, rendahnya visi orang tua terhadap pendidikan, konflik dengan teman disekolah, sampai konflik dengan guru tertentu. Strategi yang digunakan antara penyebab rendahnya visi orang tua terhadap pendidikan dengan adanya konflik siswa dengan guru tertentu sangat berbeda. Perilaku yang dinamis mengandung makna bahwa individu terus berkembang dan tidak statis. Oleh karena itu, masalah yang dirasakan saat ini mungkin tidak lagi dirasakannya disaat mendatang. Analisis tentang strategi pemberitahuan bantuan yang cocok bagi masalah individu saat ini belum tentu cocok jika diterapkan pada waktu yang akan dating. Hal inimengandung kosekuensi bahwa pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan secepat data-data pendukung hadir.. Prinsip bahwa bimbingan memperhatikan tahap dan aspek perkembangan, mengandung makna bahwa pelayanan bimbingan dan konseling harus dilandasi oleh pemahaman yang benar tentang tahap dan aspek perkembangan individu yang dibimbing. Disamping itu, upaya pemberian bantuan yang dilakukan, juga harus sesuai dengan tahap dan aspek perkembangan individu, sekalipun menentukan criteria tahap perkembangan itupun bukanlah hal yang mudah. Sekalipun menentukan tahap dan aspek perkembangan bukanpersoalan mudah, akan tetapi tentu ada rambu-rambu umum yang dapat dijadikan rujukan dalam memberikan pemberian bantuan. Apalagi jika dibawa dalam seting sekolah, maka kecendrungan tahap dan aspek perkembangan siswa relative tidak terlalu jauh, misalnya perkembangan masa kanak-kanak. Biar ingat, Tempatkan tahap dan tugas perkembangan anak diruang kerja anda

b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu, yang mencakup : Bimbingan dan konseling berurusab dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu. Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individuyang kesemuannya menjadi perhatian utama pelayaan bimbingan dan konseling. Prinsip diatas mengandung makna bahwa sumber masalah, dapat berasal dari diri individu itu sendiri dan juga dari lingkungan, atau bahkan dari keduanya. Seorang siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri, misalnya, akan sulit melakukan penyesuaian dengan teman-temannya, dan bahkan prestasi belajarnya menjadi 6

terlambat karena banyak kekhawatiran terhadap apa pun yang dilakukannya. Dalam konteks ini, guru seyogyanya dapat berperan untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa tersebut, dengan mengubah ketidakbermaknaan diri menjadi pribadi yang bermakna,atau mengubah posisi interior menjadi superior. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya dengan menumbuhkan kesadaran siswa yang bersangkutan tentang berbagai keunggulan yang dimiliki, melihat peran dan peluang yang dapat dimainkan siswa yang bersangkutan diantara teman-temannya, atau memberikan beberapa kegiatan yang secara cepat dapat dislesaikannya dengan baik. Pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisik dan mental individu, termasuk kesenjangan social dan ekonomi merupakan prinsip lain yang harus dicermati guru berkenaan dengan permasalahan individu. Tidak sedikit, anak-anak yang dibesarkan oleh keluarga yang kondisi (bahagia) justru terjrumus pada hal-hal negative karena pengaruh lingkungannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa yang bersangkutan dalam memilih lingkungan dan teman bergaul atau memilih kegiatan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan mengefektifkan layanan pembelajaran, disamping layanan informasi dan bimbingan kelompok. Mengguanakan layanan pembelajaran dalam mengatasi hal ini, sekaligus menyadarkan guru, bahwa layanan pembelajaran bukan hanya pembelajaran dari aspek pribadi, social dan bahkan terakhir. c. Prinsip berkenaan denga program layanan, mencakup : Bimbingan dan konseling merupakan bagian integran , dari upaya pendidikan dan pengembangan individu. Oleh karena itu program bimbinan dan konseling harus diselarasakan dan di padukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi. Terhadap isi dan pel;aksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian secara teratur dan terarah. Meskipun secara koseptual sebuah program sangat menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan dilaksanakan, dalam pelaksanaannya beberapa guru sering kali mengabaikan keberadaan program bimbingan. Artinya aktifitas yang dilakukan sering kali tidak mengacu pada program yang disusunnya. Bahwa program kerja untuk satu tahun pelajaran sudah terpampanga diruang tamu bimbingan dan konseling, beberapa diantaranya menjadikan hal itu sebagai suatu keharusan adminisratif, tanpa diimbangi dengan pemahaman dan pelaksanaannya.

Ada beberapa alas an yang membuat program yang disusun tidak dijadikan bahan acuan kegiatan yaitu : 1). Program yang disusun semata-mata dilatarbelakangi oleh kepentingan administrative, sehingga program itu yang penting ada, bahwa dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan program yang disusun, itu masalah lain. 2). Program tidak disusun berdasarkan analisis yang cermat terhadap kebutuhan siswa, sehingga komitmen untuk melaksanakan program seperti yang sudah digariskan tidakah terlalu tinggi, karena memang belum tentu dibutuhkan siswa. 3). Program yang disusun kurang mempertimbangkan kondisi sekolah, termasuk personilnya, sehingga besarnya cakupan kegiatan dalam program itu tidak sebanding dengan jumlah dan kualitas guru yang ada. Apalagi jika diimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, program yang disusun semakin sulit untuk diaksanakan. 4). Program yang disusun hanya sebatas pada program yang bersifat global (program tahunan) dan belum terjemahkan pada program yang lebih rinci ( proram mingguan atau harian ). Jika memungkinkan, penyusunan yang berorientasi dari bawah (buttom up) seyogyanya dikembangkan , sehingga tidak terjadi lagi guru mengalami kesulitan berkenaan denagn kegiatan yang harus dilakukannya pada hari itu. 5). Kurangnya wawasan dan komitmen guru tentang profesi yang ditekuninya, baik karena latar belakang keilmuan maupun karena karakteristik pribadi. Kondisi seperti ini kadang-kadang membuat guru sulit melihat peranan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan proses pendidikan, dan hal itu akan tanpak dari urangnya rasa percaya diri, baik dari ucapan maupun tindakannya. 6). Kurang dilakukannya evaluasi terhadap tingkat ketercapaiannya program bimbingan dan konseling, baik oleh guru itu sendiri, kepala sekolah, maupun pengawas. Beberapa evaluasai yang dilakukan seringkali haya sebatas pada buktibukti fisik, berupa format, grafik, dan data statistic, dan tidak secara mendalam menyentuh pada asekk proses.

Buatlah komitmen dengan program yang Anda susun


Dilihat dari dimensi fleksibel, program bimbingan dan konseling hendaknya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata dilapangan. Akan tetapi hal ini berarti bahwa kegiatan bimbingan dilakukan semuannya atau tiak terencana. Jika ini yang terjadi maka, posisi bimbingan hanya sebatas pelengkap yang keberartiannya tergantung situasi dan orang-orang memahami bukan sebagai sebuah system. d. Prisip bimbingan berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan bimbingan, mencakup :

Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan individu yang akhirnya mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain. Permasalahan individu haurs ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Kerjasama antara guru, guru-guru lain, dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan. Pengembangan proram pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan rogram bimbingan dan konseling itu sendiri. Prinsip bahwa keputusan diambil dan atas kemauan individu memang harus dipegang teguh oleh guru, sekalipun dalam pelaksanaannya beberapa guru banyak yang mengambil jalan pintas. Khusus disekolah dasar, proses pengambilan keputusan mungkin tidak dapat dilakukan sendiri oleh orang siswa yang bersangkutan, apalagi dikelas bawah. Oleh karena keterlibatan orang tua/ wali. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling menjadi sangat besar. Proram pengembangan yang ditunjukan untuk siswa, akan lebih efektif jika dikomunikasikan dan dibawa orang tua/wali. Sekalipun melibatkan orang tua, tahaptahap pelaksanaan konseling tetap harus dijaga, seperti pada tahap awal konseling yang dimulai dengan membangun hubungan yang akrab (rapport), tahap penjelajahan masalah (eksploration), maupun tahap pengakhiran (closing). Untuk dapat melaksanakan secara maksimal, pelayanan bimbingan dan konseling memang harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan. Tenaga ahli yang dimaksud, adalah mereka yang secara formal dibentuk untuk memangku jabatan ini dan juga memenuhi kompetensi standar yang disyaratkan oleh organisasi profesi bersama pemerintah. Sementara itu, bagi guru sekolah dasar, peran yang dimainkan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan sebatas kewenangan dan kemampuan yang dimilikinya. Pada saat guru berhadapan dengan masalah yang menurut pertimbangannya sudah berbeda diluar kewenangan atau kemampuannya, maka masalah tesebut atas persetujuan anak dan orang tua dapat dialihtangankan kepada pihakpihak yang dipandang memiliki kewenagan dan kemampuan yang relevan. Misalnya, jika memiliki masalah yang terkait dengan kesehatan, maka guru dapat mengalihtangankan ke dokter, puskemas atau rumah sakit. Pengguanaan instrumen beserta hasil-hasilnya dalam pengembangan program bimbingan dan konseling seyogyanya memang dilakukan. Dalam pelaksanaanya, penggunaan instrument itu sendiri sangatklah beragam antara seolah. Ada sekolah yang sudah sangat 9

lengkap dan sistematis dalam memanfaatkan hasil-hasil instrumen, sebaliknya beberapa sekolah justru sangat minim denga dukunan data data dalam melaksanakan program bimbingan. Sebagai contoh, penggunaan angket siswa dan orang tua yang lengakap, sementara sekolah yang lain, hanya sebatas mengungkap identitas pribadi. 5. Asas Asas Bimbingan dan Konseling Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan. Pemenuhan atas asas asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layana/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan mengagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data an keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak kayak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. Bagi guru pembimbing ( guru yang melaksanakan bimbingan dan konseling ) pemeliharaan asas kerahasiaan menjadi sangat penting karena asas ini sangat menentukan kepercayaan masyarakat, temasuk kepercayaan anak terhadap kualitas pribadi guru pembimbing itu sendiri. Dapat dibayangkan jika guru pembimbing menceritakan permasalahan yang dialami peserta didik kepada pihak lain yang sebenarnya tidak berkepentingan dengan masalah tersebut. Maka masalah yang tadinya sangat pribadi dapat menjadi masalah yang diketahui secara umum. Secara bertahap kondisi seperti ini akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yang pada giliranya akan memperburuk cerita profesi bimbingan dan pribadi gurunya itu sendiri.

Menjaga data dan keterangan tentang peserta didik adalah bagian dari komitment saya sebagai guru pembimbing

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Kesukarelaan ini diindikasikan dengan tingginya motivasi dan keterlibatan anak dan/atau orangtua/wali untuk mengikuti program bimbingan dan konseling dalam rangka mengentaskan dan /atau mengembangkan pribadinya. Dalam hal ini guru berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. Kesukarelaan. 10

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (kien) dan/atau orang tua/wali yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini guru berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki peserta didik dan/atau orang tua/wali yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu : peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharpkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan cirri cirri mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkunganya, mampu mengampil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki objek sasaran layanan bimbingan dan konseing ialah permasalahan peserta didik dalam kondisina sekarang Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampaupun, dilihat dampak dan /atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang. g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mehendaki agar isi layanan yang sama hendaknya selalu bergerak maju, tidak menonton , dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap-tahap perkembangan dari waktu ke waktu. h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru maupun pihak lain ,saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Untuk ini kerja sama natara guru dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki segenap layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hokum, dan peraturan, adapt istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. 11

j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar laanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Hal hal yang menurut pertimbangan guru pembimbing berada diluar kewenangan dan kemampuan uru pembimbing dapat dilakukan dengan kegiatan pendukung alih tangan kasus. k. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalhan itu kepada pihak yang lebih ahli. l. Asas tut wuri handayani, yaitu bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang menganyomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Pahamilah kembali uraian diatas sebelum Anda melanjutkan ke bagian berikut

12

BAB II POLA UMUM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajarai materi pembelajaran ini Anda diharapkan mampu : 1. 2. 3. 4. Menjelaskan bidang-bidang bimbingan dan konseling yagn disekolah Menjelaskan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling disekolah Menjelaskan kegiatan pendukung pelayanan bimbingan dan konseling disekolah Mengidentifikasi disekolah B. MATERI PELAJARAN Materi pokok yang akan anda pelajari dalam kegiatan pembelajaran ini mencakup : 1. Bidang-bidang bimbingan dan konseling 2. Jenis layanan bimbingan dan konseling 3. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 4. Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan dan konseling C. URAIAN MATERI 1. Bidang Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah mengacu kepada perkembangan siswa sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, beradaptasi dengan lingkunga yang lebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan norma-norma secara sistematik, luas dan komprehensif, serta mempersiakan diri untuk menatap masa depan. Sejalan dengan itu pelayanan bimbingan dan konseling juga memperhatikan kekhususan tujuan pendidikan dan kurikulum yang berlaku disekolah. Materi bimbingan dan konseling disekolah termuat dalam keempat bidang bimbingan, yaitu imbingan pribadi , bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Dilihat dari konsepsi kecakapan hidup (life skill), pembagian keempat bidang pembimbing ini memiiki keterkaitan yang sangat erat, dimana konsep kecakapan hidup itu sendiri mencakup empat wawasan utama, yaitu keterampilan personal (personal skill), keterampilan sosial(social skill), keterampilan akademis (academic skill), dan keterampilan vocasional (vocational skill). a. Bidang Bimbingan Pribadi angkah-langkah pelaksanaan bimbingan dan konseling

13

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuahan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbinan ini meliputi pokok-pokok materi berikut : 1). Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2). Pengenalan an pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari disekolah, maupun untuk perannya dimasa depan. 3). Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. 4). Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usaha penanggulanganya 5). Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkan diri 6). Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat b. Bidang Bimbingan Sosial Dalam bidan bimbinan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab. Bidang bimbinan ini memuat pokok-pokok materi berikut : 1). Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif 2). Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, soan santun serta nilai-nilai agama,adat peraturan dan kebiasaan yang berlaku. 3). Pengembangan hubungan yang dinamis san harmonis serta produktif dengan teman sebaya 4). Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntunan sekolah, rumah dan lingkungan, serta kesadaran untuk melaksanakannya. Lakukanlah analisis terhadap kecendrungan masalah sosial yang dialami para siswa sesuai dengan jenjang pendidikan dimana Anda bertugas.

c. Bidang Bimbingan Belajar Didalam bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa mengembangkan kebisaan belajar yang baik menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang bimbingan ini membuat pokok-pokok materi berikut : 14

1) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR), mengembangkan keterampilan belajar, dan menjalani program penilaian. 2) Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok. 3) Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di sekolah. 4) Orientasi belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Bidang Bimbingan Karir Dalam bidang bimbigan karir, pelayanan bimbingan dan konseling membatu siswa mengenali mengarahkan diri untuk masa depan karir. Bidang bimbingan ini membuat pokok-pokok materi berikut : 1) Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2) Pengenalan, orientasi dan informasi karir pada umumnya, secara sederhana. 3) Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan kecanderungan karir yang hendak dikembangkan. 4) Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam kaitannya dengan karir yang hendak dikembangkan. Bimbingan karir di sekolah merupakan kegiatan yang paling awal dan mendasar bagi pengembangan karir secara menyeluruh sepanjang hayat. Materi bimbingan karir yang diberikan pada tingkat ini bersifat umum dan tidak mengarah pada jenis-jenis jabatan / pekerjaan tertentu. Pemberian materi bimbingan karir untuk para siswa disesuaikan dengan jenjang yang diikutinya. Bagi siswa-siswa SD pada umumnya dimaksudkan untuk : Mengembangkan sikap positif terhadap segala jenis pekerjaan. Dalam hal ini Guru Kelas harus benar-benar berhati-hati. Jangan sampai melalui kata, isyarat atau tindakan, Guru Kelas menunjukan menunjukan atau menampilkan prasangka atau kecenderungan tertentu terhadap jenis-jenis pekerjaan (misalnya, pekerjaan tertentu disikapi positif, sedang yang lainnya disikapi negatif). Membawa para siswa untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja yang ada, terentang dari pekerjaan yang dijabat orang tua anak-anak itu sendiri sampai ke segala macam pekerjaan di masyarakat. Menjawab berbagai pertanyaan para siswa tentang pekerjaan. Dorongan ingin tahu anak-anak akan membawa mereka menanyakan segala sesuatu tentang pekerjaan. Dalam hal ini jawaban atau informasi yang tgepat dan benar (tidak dibuatbuat atau disamarkan) harus segera diberikan setiap waktu mereka bertanya. Menekankan jasa dari masing-masing jenis pekerjaan, yaitu untuk kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat (tidak hanya mengemukakan 15

besarnya gaji atau penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan itu). Perlunya bakat atau kemampuan atau keterampilan khususnya untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu, terutama pekerjaan yang bermanfaat bagi pemberian bantuan kepada sesama manusia, hendaklah disampaikan dan ditonjolkan. Disamping itu, informasi pekerjaan untuk siswa kelas tinggi SD perlu diperluas dan diperkuat. Hal ini bertujuan agar mereka memahami bahwa : Pekerjaan yang ada dimana-mana, ditingkat desa, kacamatan, kabupaten, propinsi, negara, dan bahkan dunia. Pada tingkat perkembangan itu, siswa mulai membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di desa dan di kota, didaerahnya sendiri dan didaerah lain. Siswa dirangsang untuk mulai menyadari bahwa ada seribu satu macam cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencari penghidupan dan memenuhi kebutuhan hidupkan melalui berbagai jenis pekerjaan. Tedapat saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan ayang lainnya. Pada diri siswa perlu dikembangkan bahwa untuk terlaksananya suatu pekerjaan dengan baik, para pekerja saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, oleh karena itu para pekerja itu harus saling membantudan bekerja sama. Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu diperlukan untuk mencapai keberhasilan (kesuksesan) bagi sebagian besar jenis pekerjaan. Untuk memilih sautu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat (yaitu tentang hakekat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi kerja dan sebagainya. Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang menginginkan pekerjaan tertentu (seperti peralatan yang yang diperlukan untuk pekerjaan itu mahal, biaya ubtuk program pendidikan dan latihal mahal dan waktunya lama, kondisi kerja dalam pekerjaan itu kurang menyenangkan, dan sebagainnya. Untuk memilih pekerjaan atau karir dimasa depan perlu kehati-hatian dan pertimbangan yang matang.

Lakukanlah kajian melalui berbagai buku sumber berkenaan dengan arah pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa SLTP dan SLTA, temukanlah perbedaan diantara ketiganya (SD, SLTP, dan SLTA)

2.

Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Pada kegiatan pembelajaran pertama telah dikemukakan pengertian dan tujuan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah yang berupaya membantu siswa menmukan diri, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya. Wujud nyata 16

dari upaya mencapai tujuan diatas , diimplementasikan dalam berbagai dalam jenis bimbingan dan konseling. Abin Syamsuddin Makmun (2002:283) mengemukakan sejumlah layanan yang dapat dilakukan, yang mencangkup : a. b. Inventory services yaitu pengumpulan informasi / data mengenai diri siswa yang bersangkutan serta hal-hal yang relevan dan bertalian dengan dirinya. Information services yaitu pemberian informasi kepada yang bersangkutan baik tentang c. keadaan dirinya , program-programnya, rencana karirnya, serta lingkungannya. Placement services yaitu penempatan yang bersangkutan pada programprogram/bidang studi, kelas/kelmpok belajar, jenis kegiatan dan sebagainya yang sesuai dengan latar belakang dan kondisi objektif dirinya. d. Counseling services, yaitu penyuluhan dalam usaha menyakinkan diri atas keadaan dirinya, menyadari masalah-masalah yang dihadapinya, serta dapat mencari dan memilih alternative tindakan yang dipandang terbaik bagi dirinya. e. Evaluation and follow up services, yaitu upaya menilai seberapa jauh kemajuankemajuan yang telah tercapai atau tidak oleh yang bersangkutan, guna menetapkan strategi layanan bantuan lebih lanjut. Sementara itu, Prayitno (1997:35-38) mengemukakan berbagai jenis layanan yang perlu dilakukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yang mencangkup layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok dan konseling kelompok. a. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti lingkungan sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru itu. b. Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. c. Layanan penempatan dan penyalur, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ektra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. d. Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diuri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecapatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 17

e. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru dalam rangka pembahasan dan pengetasan permasalahan pribadi yang dideritanya. f. Layanan Bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. g. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permaslahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. 3. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang diharapkan dapat memberikan dukungan bagi terselenggaranya berbagi jenis layanan secara afesien dan efektif. Sebagai contoh, layanan konseling perorangan tidak akan efektif tanpa didukung oleh data-data yang lengkap tentang anak, sebagai hasil dari kegiatan pendukung instrumentasi dan himpunan data. Dalah hal ini, layanan konseling perorangan hanya akan diisi dengan wawancara biasa tentang keadaan siswa dan kondisi keluarga. Kegiatan pendukung yang ada dalam pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah meliputi : a. Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes dan non tes.

Identifikasilah jenis-jenis instrumen yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling, baik tes maupun non tes.
b. Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. 18

c. Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. d. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, dan kemudahan, serta komitmen bagi terentaskannya permasalah peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. e. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penangnan kasus dari satu pihak ke pihak yang lainnya. f. Jika disimpulkan, pola umum pelaksanaan bimbingan dan konsleing dari mulai bidang bimbingan, jenis layanan, dan kegiatan pendukungnya, dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :

POLA UMUM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Bimb. Pribadi

Bimb. Sosial

Bimb. Belajar

Bimb. Karir

Layanan Orientasi

Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan Kons. Peror.

Layanan Kons. Kelp.

Layanan Informasi

Layanan Pembelajaran

Layanan Bimb. Kelompok

Instrumentasi BK

Konferensi Kasus

Alih Tangan Kasus

Himpunan Data

19

Kunjungan Rumah

4.

Langkah-langkah Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, mengacu pada tugas pokok guru mencangkup lima tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, dan tindak lanjut. Artinya pada saat guru akan melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik, perlu disusun rencana terlebih dahulu. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan yang terprogram dan bukan pelayanan yang seenaknya, semaunya, atau pelayanan yang seingat guru. a. Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan guru perlu merumuskan terlebih dahulu topik, materi, atau masalah yang akan dibahas atau disajikan. Selanjutnya perlu juga dirumuskan jenis layanan atau kegiatan pendukung apa yang akan diselenggarakan, siapa yang menjadi sasaran layanan, metode yang akan digunakan, kapan kegiatan tersebut akan dilakukan, serta siapa yang akan menyelenggarakan atau pihak-pihak mana yang akan dibatalkan. Jika gambaran pelaksanaan di atas sudah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merumuskan poko-pokok materi dan prosedur pelaksanaan kegiatan, serta cara-cara evaluasi yang akan dilakukan. Untuk memudahkan guru dalam merumuskan rencana kegiatan bimbingan dan konseling, pada halaman terakhir ini disajikan satu model format perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan pada dasarnya merupakan implementasi dari tahap perencanaan. Untuk materi yang sifatnya pemberian informasi, secara umum langkahlangkah pelaksanaannya meliputi : pendahuluan, penyajian, dan penutup 1) Pada langkah guru perlu menciptakan kondisi kelas yang nyaman serta menjelaskan terlebih dahulu materi apa yang akan disampaikan, mengapa materi ini penting, dan berapa lama kira-kira materi ini disajikan. Waktu yang dibutuhkan untuk langkah pendahuluan ini berkisar antara 5-10% dari waktu yang tersedia. 2) Pada langah pelaksanaan guru menyajikan materi sesuai dengan scenario yang telah disusun pada tahap perencanaan. Agar penyajian berhasil, guru perlu menggunakan metode yang bervariasi serta membangun hubungan komununikasi multi arah dan tidak hanya satu arah. 3) Pada tahap penutupan hal-hal penting yang perlu dilakukan adalah menarik kesimpulan dan menyampaikan harapan-harapan kepada siswa sebagai bahan 20

untuk memotivasi siswa agar menindaklanjuti materi yang disajikan dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam penarikan kesimpulan akan lebih baik jika dilakukan oleh siswa atas motivasi guru. Waktu yang dibutuhkan pada tahap penutupan ini relatif sama dengan pembukaan, berkisar 5 10 % dari waktu yang tersedia. Sementara itu untuk jenis layanan bimbingan dan konseling lainnya, seperti layanan pembelajaran, konseling perorangan atau bimbingan dan konseling mengikuti alur tertentu. M. Surya (1992:92-96), misalnya, merumuskan enam langkah pokok untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu : 1) Mengidentifikasikan siswa-siswa yang menghadapi kesulitan belajar. 2) Menetapkan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa. 3) Menganalisis latar belakang penyebab timbulnya kesulitan yang dihadapi 4) Memperkirakan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan. 5) Melaksanakan pemberian bantuan. 6) Menilai hasil-hasil pemberian bantuan, baik penilaian proses maupun hasilnya. Senada dengan M. Surya, Abin Syamsudin M, (1999:284) mengemukakan enam tahap kegiatan upaya pemberian bantuan, yang mencangkup : 1) Identifiaksi kasus 2) Identifiaksi masalah 3) Analisis masalah (diagnosis) 4) Estimasi dan identifikasi alternatif pemecahan (prognosis) 5) Tindakan pemecahan masalah (treatment ; therapy) 6) Evalusi hasil pemecahan masalah dan tindakan lanjutan (follow up) Sementara itu dalam layanan bimbingan kelompok, Prayitno (1995:73) merumuskan tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu : tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan tahap pengakhiran. Tahap pembentukan ditujukan untuk menciptakan suasana yang akrab dan menyenangkan. Misalnya guru mengajak anak-anak untuk memperkenalkan diri, dan dimulai dengan guru itu sendiri. Dalam perkenalan ini yang perlu dikemukakan bukan hanya nama, akan tetapi alamat rumah, kegemaran makan pavorit, dan lainlain. Tahap peralihan ditujukan untuk menghantarkan peserta bimbingan kelompok kedalam kegiatan pembahasan. Penggunaan kalimat jika semua sudah saling mengenal, sekarang kita akan mulai membahas topik diskusi kita, merupakan alternatif dari ungkapan pada tahap peralihan. Dengan kata lain, jika guru sudah melihat peserta sudah sangat akrab, dan memperkirakan siap untuk membahas topik yang sudah dipersiapkan atau yang akan dirumuskan oleh peserta itu sendiri, maka tahap peralihan dapat dimulai. 21

Tahap kegiatan ditujukan untuk membahas topik yang sudah disiapkan guru untuk bimbingan kelompok tugas atau secara bergiliran mengemukakan topik yang perlu dibahas untuk bimbingan kelompok bebas. Untuk memulai pembahasan, guru dapat mengaturnya secara bergiliran dengan teknik brainstorming. Dalam hal ini setiap anggota secara bergiliran mengemukakan pendapatnya tentang topik yang dibahas. Agar semua siswa aktif mengemukakan pendapat, alangkah baiknya setiap siswa, untuk putaran atau giliran pertama, hanya berhak mengemukakan satu pendapat. Jika anggota tidak memiliki pendapat dan/atau pendapatnya sama dengan anggota lain, maka anggota yang bersangkutan mengemukakan kata pas. Jika tidak ada pendapat lain, maka anggota yang masih memilki pendapat dapat mengemukakannnya kembali. Tahap pengakhiran merupakan tahap untuk mengakhiri kegiatan bimbingan kelompok, yang didalamnya memuat kegiatan penarikan kesimpulan dari materi yang dibahas, pengungkapan impresi atau kesan-kesan siswa, serta perumusan rencana kegiatan selanjutnya. Secara skematis tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok disajikan di bawah ini : SKEMA TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK TAHAP PEMBENTUKAN

Tahap Peralihan

Tahap Kegiatan

Kelompok Tugas

Kelompok Bebas

Tahap Pengakhiran c. Tahap evaluasi Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap evaluasi ini adalah menilai keberhasilan pelaksanaan kegiatan, baik dari segi proses maupun hasil. Keberhasialan proses dapat dilihat dari tingginya antusiasme dan keterlibatan siswa dalam mengikuti 22

kegiatan. Sedangkan keberhasilan dari hasil dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan perilaku siswa sebelum mengikuti dan setelah mengikuti kegiatan, atau setidaktidaknya ada program tindak lanjut setelah mengikuti kegiatan. Cara-cara evaluasi yang dilakukan dapt berbentuk tes maupun non tes. Evaluasi bentuk tes, terutama dilakukan untuk melihat ada tidaknya perubahan dari presttasi belajar siswa., setelah setelah yang bersangkutan mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling. Cara yang paling banyak dilakukan adalah evaluasi bentuk non tes, seperti observasi (pengamatan). Penyebaran kuensioner atau angket, serta skala sikap. d. Tahap Analisis Tahap analisis merupakan langkah tin dak lanjut dari kegiatan evaluasi pada tahap ini guru perlu menganalisis factor-faktor yang diperkirakan menjadi penyebab berhasil atau tidak berhasilnya suatu kegiatan dilaksanakan. Faktor-faktor yang di maksud dapat bersumber bdari dalam diri guru pembimbing, seperti pandangan terhadap bimbingan dan konseling, motivasi atau ketrampilan teknis melaksanakan layanan. Sementara itu factor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling mencakup lingkungan sekolah, seperti dukungan guru dan personil lain, orang tua, organisasi dan manajemen bimbingan, serta faktor siswa itu sendiri. e. Tahap tindak lanjut Hasil-hasil analisis selanjutnya ditindak lanjuti untuk mengatasi berbagai kelemahan dan mengembangkan berbagai keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan. Tindak lanjut analisis dituangkan dalam berbagai bentuk rekomendasi yang selanjutnya akan menjadi landasan dalam mambuat perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling.

Agar bimbingan kelomopk berjalan secara efektif bentuklah kelompok dan susunlah jadwal kegiatan untuk masing-masing kelompok, kemudian informasikan jadwal kepada siswa dan buatlah komitmen pada diri anda untuk mematuhinya.

23

BAB III PENGELOLAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH


A. Kompetisi Dasar Setelah mempelajari materi pembelajaran anda diharapkan mampu : 1. Menjelaskan alokasi waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah 2. Menjelaskan jenis tugas pokok guru pembimbing di sekolah 3. Mengidentifikasi sistem pengorganisasian bimbingan dan konseling di sekolah. 4. Menjelaskan strategi pemanfaatan fasilitas pendukung bimbingan dan konseling di sekolah 5. Menjelaskan jenis administrasi kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah 6. Menjelaskan mekanisme penilaian pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah B. Materi Pembelajaran Materi pokok yang akan anda pelajari dalam kegiatan pembelajaran ini mencakup : 1. Alokasi waktu pelaksanaaan bimbingan dan konseling 2. Implementasi tugas guru pembimbing 3. Pengorganisasian bimbingan dan konseling 4. Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan Bimbingan dan Konseling 5. Pengadministrasian Kegiatan Bimbinagn dan Konseling 6. Penilaian Hasil Bimbingan Dan Konseling C. Uraian Materi 1. Alokasi Waktu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Tidak seperti pelakasanaan program kegiatan guru mata pelajaran dan guru praktik yang seluruh kegiatan mengajar / latihannya terjadwal secara tepat di dalam jam pelajaran sekolah (sesuai dengan alokasi jam pelajaran dalam kureukulum), pelaksanaan kegiatan program kegiatan guru pembimbing perlu dirancang secara khusus, dan sangat mungkin berbeda dengan sistem penjadwalan guru mata pelajaran. Terlepas dari tersedia atau tidaknya waktu khusus bagi kegiatan bimbingan dan konseling dengan segala keterbatasan yang ada. Alokasi waktu tersebut diperlukan untuk berbagai kegiatan bimbingan, yaitu : 24

a. Alokasi waktu untuk penyusunan program bimbingan dan konseling Salah satu tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan dan konseling, yang mencangkup program harian. Dalam hal ini, guru pembimbing perlu mengalokasikan waktu untuk ketiga kegiatan di atas. Program tahunan harus disusun oleh guru pembimbing pada awal tahun pelajaran. Artinya jika awal tahun pelajaran dimulai pada pertengahan bulan Juli, maka program tahunan idealnya sudah tersususn pada awal bulan Juli bahkan jauh sebelum itu. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun program ini sangat relatif, karena kegiatan penyusunan program tidak sebatas pada menuangkan gagasan dalam format program, akan tetapi harus diawali dengan kegiatan analisis terhadap kebutuhan siswa dan warga sekolah terhadap pelayanan bimbingan konseling, serta analisis terhadap hasil-hasil evalusi hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada tahun sebelumnya. Sementara itu, program semesteran sebagai penjabaran dari program tahunan pada tahap awal penyusunannya (untuk semester I) dapat terintegrasi ketika guru pebimbing menyusun program tahunan. Artinya waktu yang diperlukan dalam penyusunan program semester pertama ini, relatif tidak terlalu banyak. Berbeda dengan pertimbangan tergadap hasil-hasil pelaksanaan program semester pertama harus menjadi bahan pertimbangan. Program harian sebagai panduan guru pembimbing dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sehari-hari harus senantiasa disusun, sehingga agenda kerja guru pembimbing menjadi semakin jelas. Salah satu bentuk program harian yang perlu disusun oleh guru pembimbing adalah satuan pelayanan (satlan) dan satuan kegiatan pendukung (satkung) bimbingan dan konseling. Guru pembimbing dapat memanfaatkan format satuan dan satkung bimbingan dan konseling sebagai alat Bantu dalam menyusun program layanan dan kegiatan pendukung. b. Alokasi waktu untuk pelaksanaan program bimbingan dan konseling Alokasi waktu pelaksanaan program bimbingan dan konseling tidak berbeda dengan guru mata pelajaran lainnya, yaitu 18 jam perminggu dengan ekuivalensi 150 orang siswa per guru. Artinya 18 jam perminggu tersebut hendaklah dipergunakan untuk guru pembimbing untuk menyelenggarakan berbagai jenis layanan kegiatan pendukung bagi 150 orang siswa. Dalam pelaksanaanya, tidak semua jenis layanan dapat dilaksanakan pada jam pelajaran disekolah, seperti bimbingan dan konseling kelompok atau konseling perorangan. Oleh karena itu, guru pembimbing dimungkinkan untuk melakukan kegiatan bimbingan dan konseling diluar jam pelajaran sebanyak-banyaknya 50 % dari jam wajib perminggu, atau sekitar 9 jam pelajaran. c. Alokasi waktu untuk kegiatan penilaian, analisis, dan tindak lanjut. Seperti halnya alokasi waktu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, kegiatan penilaian, dan tindak lanjut sangat efektif dilakuakn pada jam pelajaran berlangsung. Kagiatan penilaian dilakuakan secepat layanan dan atau kegiatan 25

pendukung bimbingan dan konseling selesai diselenggarakan. Sedangkan kegiatan analisis dilakukan setelah hasil-hasil penilaian diperoleh, dan tindaklanjuti oleh penyusunan program program tindaklanjut dari hasil-hasil analisis. Untuk memudahkan guru pembimbing dalam mendokumentasikan hasil-hasil kegiatan penilaian, analisis dan tindak lanjut ini dapat digunakan format laporan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling (LAPELPROG BK). 2. Implementasi Tugas Guru Pembimbing Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjuti dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Unsur-unsur utama yang tedapat didalam tugas pokok guru pembimbing meliputi : (a) bidang-bidang bimbingan; (b) jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling; (c) jenisjenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling; (d) tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling; (e) jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh bimbingan (minimal 150 orang) Setiap kegiatan bimbingan dan konseling harus mencangkup unsur-unsur tersebut diatas, bidang-bidang bimbingan; (b) jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling; (c) jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan konseling; (d) tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Dengan demikian, setiap kegiatan bimbingan dan konseling merupakan bentu tiga dimensi dari sub-sub unsur bidang layanan/pendukung tahapan itu. 3. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling Agar kegiatan bimbingan dan konseling disekolah berhasil dengan baik, sistem pengorganisasian perlu disusun secara jelas, agar masing-masing personil memahami dan dapat melaksanakan seluruh tugas dan fungsinya masing-masing.

Lakukan kajian kepustakaan dan pelajarilah tugas-tugas personil sekolah dalam pelayanan BK, baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator BK, guru pembimbing, serta guru mata pelajaran.

4. Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling Apabila telah tersedia gedung dan ruangan serta alat-alat perlengkapan teknis, maka pos-pos penting lain yang perlu dibiayai adalah kesejahteraan personil bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, peningkatan kemampuan guru pembimbing melalui diklat dan atau pendidikan formal, pengadaan alat-alat tes baku pengadaan buku dan majalah bimbingan, serta alat tulis kantor. 26

Mengenai sumber pembiayaan, Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa setiap siswa dianjurkan memberikan biaya sekitar 10 sampai 20 dolar pertahun, dan tidak kurang dari 3 % dari seluruh pembiayaan pendidikan digunakan untuk layanan bimbingan dan koseling. Selanjutnya Hatch dan Stefflre (1961) mengemukakan pendapatnya bahwa suatu program bimbingan yang baik membutuhkan sekitar 5 % dari keseluruhan biaya pendidikan disekolah. Tanpa adanya sumber pembiayaan yang tetap, sulit diharapkan tercapainya keberhasilan program bimbingan dan konseling. Dilihat dari fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah, keberadaan ruangan bimbingan dan konseling hendaknya ditata secara teratur yang memungkinkan dilaksanakannya layanan bimbingan dan konseling secara nyaman dan kondusif. Penataan ruang bimbingan dan konseling harus mempertimbangankan aspek konfidensiatitas, kenyamanan, dan keleluasaan dengan tetap meperhatikan norma-norma yang berlaku. Ruang konseling perorangan denga keadaan yang sangat tertutup, disatu sisi memnuhi aspek kerahasiaan (konfidensiatitas) akan tetapi di sisi yang lain justru akan menimbulkan masalah berkenaan dengan kenormatifan pelayanan bimbingan dan konseling , terutama antara guru pembimbing dengan klien yang berlainan jenis kelamin. Disamping keadaan fisik ruangan, didalam ruangan bimbingan dan konseling hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, dokumentasi berbagai kegiatan bimbingan konseling yag dikemas dalam satu sistem himpunan data, serta berbagai perlengkapan lain yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Hal lain yang juga diperhatikan, ruang bimbingan dan konseling hendaknya mampu memainkan peranan sebagai pusat informasi bimbingan dan konseling kepada seluruh warga sekolah, bahkan dapat pula berfungsi sabagai pusat data dan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun rencana pengembangan sekolah. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, khususnya teknologi komputer, maka tersedianya komputer di ruang bimbingan dan konseling akan semakin meningkatkan pelayanan bimbingan konseling itu sendiri. Terlebih lagi jika diimbangi oleh tersedianya program-program komputer atau perangkat lunak (softwere) yang khusus terkait dengan bimbingan dan konseling, seperti program AUM Umum dan PTSDL, serta DetaSis (untuk mengolah data siswa secara lengkap, cepat, dan akurat). 5. Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling a. Administrasi Program Bimbingan dan Konseling Seluruh program BK yang disusun, baik program tahunan, semesteran, bulanan maupun harian perlu diadministrasikan secara komprehensif melalui kegiatan himpunan data, khususnya pada data yang bersifat umum, sehingga memudahkan guru pembimbing dalam melaksanakannya, sekaligus memudahkan pihak lain yang akan melakukan penelahaan dan atau pengujian, misalnya kepala sekolah dan pengawas. 27

b.

Administrasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Sistem pengadministrasian pelaksanaan program bimbingan dan konseling merujuk pada alur penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatanpendukung bimbingan dan konseling, maka setiap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling diadministrasikan pada suatu sistem himpunan data.

c.

Administrasi Evaluasi, Analis, dan Tindak Lanjut Bimbingan dan Konseling Kagiatan evaluasi untuk setiap layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling dilakukan secepat kegiatan tersebut dilaksanakan oleh karena itu, sistem pengadministrasian hasil-hasil evaluasi ini pun dilaksanakan seiring dengan berakhirnya kegiatan evaluasi bimbingan dan konseling. Sementara itu, kegiatan evauasi untuk program bulanan, semesteran, dan tahunan dilakukan setiap akhir bulan, semesteran, dan setiap akhir tahun, dengan merujuk pada hasil-hasil evaluasi harian dan mingguan, serta satu satuan layanan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Berkenanan dengan hal ini, maka administrasi evaluasi bimbingan dan konseling tentang mengikuti setiap kegiatan evaluasi itu sendiri. Kegiatan analisis dan tindak lanjut dalam kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dilepaskan dari kegiatan evaluasinya itu sendiri. Kegiatan analisis dan tindak lanjut dalam kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat dilepaskan dari kegiatan evalusinya itu sendiri. Oleh karena itu, sistem pengadministrasian hasil analisis dan tindak lanjut menjadi satu bahagia yang tidak terpisahkan dari administrasi kegiatan evaluasi bimbingan dan konseling itu sendiri.

6. Penilaian Hasil Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk mengetahui keberhasilan ataupun efektifitas suatu usaha perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan melalui kegiatan pengungkapkan dan hasil pengungkapan itu dipakai untuk memperkirakan sejauh mana usaha tersebut mencapai tujuan yang diharapkan ataupun menimbulkan dampak tertentu terhadap obyek / subyek yang menjadi fokus usaha yang dimaksudkan itu. Penilaian hasil-hasil layanan BK selain berguna untuk mengetahui efektifitas layanan BK, juga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangan program-progrm BK di sekolah. Lebih jauh, dengan diketahuinya keberhasilan layanan BK itu, maka akontabilitas BK di sekolah akan semakin ditegakkan. a. Unsur-unsur yang Dinilai Penilian ditujukan kepada perolehan siswa (klien) yang menjalani layanan BK. Perolehan ini pada dasarnya diorientasikan kepada pengentasan permasalahan klien, dengan pertanyaan pokok : apakah permasalahan klien terentaskan ? atau dengan kalimat lain : sejauh manakah perolehan klien melalui layanan BK menunjang bagi pengentasan masalah klien ? perolehan klien itu diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif klien, khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri klien itu pada umumnya. 28

Secara lebih khusus, perolehan klien dari layanan yang dijalaninya itu dapat diidentifikasi melalui berkembangnya pemahaman baru, perasaan positif, dan rencana kegiatan yang akan dilakukan klien pada periode pasca layanan, atau menurut istilah Brammer dan Shostrom (1982) : understanding, comport, dan action*). Ketiga perolehan ini telah diteliti oleh Riska Ahmad dan ternyata memang merupakan perolehan yang dapat diidentifikasi sebagai hasil layanan konseling perorangan **). Tiga komponen perolehan hasil layanan tersebut (yaitu pemahaman, perasaan, dan kegiatan) terutama dapat diidentifikasi sebagai hasil layanan dengan klien yang bersifat perorangan, yaitu layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, dan layanan penempatan penyaluran, serta layanan-layanan lain (layanan orientasi, informasi, pembelajaran, dan bimbingan kelompok) yang dijalani individu sebagai klien. Disamping itu, penilaian yang berfokus kepada pengentasan masalah maupun perolehan klien secara lebih komprehensif dapat dilakukan terutama setelah klien menjalani satu jenis atau berbagai jenis layanan dalam waktu yang lebih lama atau dalam satu periode waktu tertentu. b. Tahap-tahap penilaian Penilaian dapat dilakukan segera setelah suatu layanan dilaksanakan, dapat pula dalam jangka pendek, atau jangka panjang setelah layanan (atau layanan-layanan) BK berlangsung dalam selang waktu yang cukup panjang. Penilaian segera (disingkat laiseg), merupakan penilaian tahap awal, dilakukan segera setelah atau menjelang layanan yang maksud, misalnya konseling perorangan, selesai atau diakhiri. Penilaian ini dimaksudkan, untuk mengungkapkan perolehan klien (terutama dalam hal pemahaman baru, perasaan positif, dan rencana kegiatan) dilaksanakan. Penilaian jangka pendek (disingkat laijapen) dilakukan setelah satu (atau lebih) jenis layanan dilaksanakan dalam waktu selang beberapa hari sampai paling lama satu bulan. Penilaian tahap kedua dimaksudkan untuk memungkat dampak layanan (atau layanan-layanan) yang dimaksud setelah beberapa waktu berlalu, khususnya setelah klien berkesempatan melaksanakan rencana kegiatan yang ia kemukakan pada waktu dilakukannya penilaian tahap awal. Laijapen lebih difokuskan kepada terentaskannya permasalahan siswa (klien) atau berkembangnya aspek-aspek tertentu pada diri mereka. Penilaian tahap ketiga adalah penilaian jangka panjang (disingkat laijapang). Penilaian ini sejalan dengan penilain tahap kedua, bedanya terletak pada selang waktu setelah selesainya satu atau beberapa layanan dilaksanakan; selang waktu yang dimaksud adalah setelah paling kurang satu bulan, misalnya satu semesteran. melalui layanan yang

29

DAFTAR PUSAKA

Abin Syamsuddin Makmun, (2002), Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Agus Mulyadi, (2002), Modul Pelayanan Bimbingan dan Koseling di Sekolah Dasar , Bandung : PPPG Tertulis. Carkhuff R. Robert, (1983), The Art of Helping, Massachusetts : Human Ressource Development Press. Crow, Lester D. & Crow Alice. (1992), An Introduction to Guidance, New Delhi : Eurasia Publishing House. IPBI, (2001), Pedoman Umum Manjemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah , Jakarta : Tidak diterbitkan. IPBI, (2001), Pedoman Umum Penilaian Hasil Bimbingan dan Konseling , Jakarta : Tidak diterbitkan Juntika Nurihsan. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling , Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Moh. Surya, (1992) Psikologi Pendidikan Cetakan ke 5 revisi, Bandung : FIP IKIP Bandung. Prayitno, (1995), Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), Jakarta : Galia Indonesia

30

Anda mungkin juga menyukai