Anda di halaman 1dari 13

01

ِ‫ل ال ّر ْحمَنِ ال ّرحِيْم‬


ِ ‫بِسْ ِم ا‬
ِ‫ح اْ َل ْوعُ ْود‬
ِ ‫صلّى ْ َعلَى َرسُوِْلهِ اْل َكرِيْمِ َو َعلَى عَبْدِهِ اْلَسِ ْي‬
َ ُ‫حمَدُهُ وَن‬
ْ‫ن‬
KHUTBAH JUM’AH
HAZRAT AMIRUL MU’MININ KHALIFATUL MASIH V atba.
Tanggal 5 Juni 2009 dari Baitul Futuh London, U.K.
TENTANG : AYATUL KURSI

ۤ‫شفَ ُع عِنْدَ ه‬
ْ َ‫ى ي‬
ْ ‫سمٰ ٰوتِ َومَا ِفىْ ْالَ ْرضِ‌ مَ ْن ذَا الّ ِذ‬
ّ ‫اللّٰ هُ َل اِ ٰل َه ِالّ هُوَ اْلحَـىّ الْقَيّوْ ُم ۚ لَ تَ ْاخُذُه سَِنةٌ ّولَ نَوْ ٌ‌م لَه مَا ِفىْ ال‬
ۚ ‌َ‫سمٰ ٰوتِ وَْالَ ْرض‬
ّ ‫شىْءٍ مّ ْن ِع ْلمِۤهِ ِالَّ ِبمَا شَآ َء ۚ وَ سِ َع ُكرْ سِيّهُ ال‬
َ ِ‫ِالّ بِِاذْنِه يَ ْعلَ مُ مَا بَ ْي نَ اَيْدِْيهِ مْ وَمَا َخلْ َفهُمْ‌ ۚ َولَ ُيحِ ْيطُوْ َن ب‬
‫َو َل يَئُ ْودُ ُه حِ ْف ُظ ُهمَا ‌ ۚ َو هُوَ الْ َع ِلىّ الْ َع ِظيْم‬
Artinya : Allah, tiada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang tegak atas Zat-Nya sendiri
dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyerang-Nya dan tidak pula tidur. Kepunyaan
Dialah apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada dibumi. Siapakah dapat memberi
syafa’at dihadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa yang ada dihadapan
mereka dan dibelakang mereka; dan mereka tidak menguasai barang sesuatu dari ilmu-Nya
kecuali apa yang Dia kehendaki. Ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi; dan tidaklah
memberatkan-Nya menjaga keduanya; dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar. (Al Baqarah :
256)
Ayat ini dikenal sekali dengan nama Ayat Kursi. Terdapat dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Hazrat Abu Hurairah r.a. bahwa Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Setiap
benda mempunyai bahagian paling tinggi sebagai puncaknya. Dan bahagian yang paling
tinggi sebagai puncak dari Al Qur’an adalah Surah Albaqarah dan didalamnya terdapat
sebuah ayat yang menjadi penghulu bagi semua ayat yaitu Ayatul Kursi.” Ada lagi sebuah
riwayat, Hazrat Rasulullah saw bersabda : “ Barangsiapa yang tidur setelah membaca sepuluh
ayat dari Surah Albqarah, maka syetan tidak akan masuk kedalam rumah itu sampai tiba
waktu subuh. Diantara sepuluh ayat itu adalah ayatul Kursi.” Sabda Hazrat Rasulullah saw ini
bukan hanya setakat membaca ayat saja terus langsung tidur, namun ayat ini dan ayat yang
lainnya harus dibaca sambil memperhatikan dan merenungkan maknanya dan kandungan
tafsirnya, kemudian manusia mengoreksi dirinya dan tengok sampai dimana ia telah
mengamalkan hukum-hukumnya sesuai dengan ayat itu dan sampai dimana ia telah
mengadakan perubahan terhadap dirinya dan sampai dimana ia telah berusaha mensucikan
dirinya. Setelah mengadakan koreksi terhadap dirinya dan mengenal keadaan dirinya ia harus
berjanji didalam hati untuk mengadakan perobahan dan mensucikan dirinya. Azam serupa
itulah yang bisa menjauhkan syaitan dari padanya.
Diantara sepuluh ayat yang telah disebutkan itu adalah empat ayat pertama dari surah
Albaqarah, yang didalamnya dilukiskan tentang amal perbuatan suci orang mukmin, sesudah
itu ayat kursi ditambah dua ayat berikutnya yang didalamnya dilukiskan sifat-sifat Allah swt
dan tiga lagi ayat terakhir surah Albaqarah. Ayat terakhir dari ketiga ayat itu telah saya
jelaskan tafsirnya pada khutbah Jum’ah yang lalu dengan mengutip sabda-sabda Hazrat
Masih Mau’ud a.s. Sebelum saya menjelaskan ayat Kursi terlebih dahulu akan saya jelaskan
empat ayat permulaan surah Albaqarah itu. Sebuah kutipan dari sabda Hazrat Masih Mau’ud
a.s. tentang Tafsir keempat ayat berikut ini akan saya bacakan, yang memberi bimbingan
kepada kita untuk memahami maksud dan tujuan serta tafsir ayat-ayat itu:
ۙ َ‫صلٰوةَ َو ِممّا َرزَقْ ٰنهُمْ ُينْ ِفقُ ْون‬
ّ ‫ الّذِْي َن يُ ْؤمِنُ ْو َن بِالْغَ ْيبِ َو ُيقِ ْيمُوْ َن ال‬0 ۙ َ‫ب ۛۚ ۖ فِ ْي ِه ۛۚ هُدًى ّل ْلمُتّ ِقيْن‬
َ ْ‫ب لَ رَي‬
ُ ٰ‫ك اْلكِت‬
َ ِ‫ ذٰل‬0 ۚٓ ّ‫ٓالم‬
0 ‫خرَةِ هُ ْم يُوْ ِقنُوْن‬
ِ ٓ‫ وَالّذِْينَ ُيؤْ ِمنُ ْو َن ِبم َٓا اُْن ِز َل اِلَ ْيكَ وَمَآ اُْن ِزلَ مِنْ َق ْب ِلكَ ۚ وَبِاْل‬0
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : Selama tidak ada‘ilal arba’ah (empat keistimewaan)
didalam sebuah kitab, maka kitab itu tidak bisa dikatakan sebuah kitab yang sempurna.
Maksud dari “ilal arba’ah” adalah empat keistimewaan asas (dasar). Jika terdapat keempat
asas keistimewaan itu didalam sebuah kitab barulah kitab itu disebut kitab yang kamil atau
02
sempurna. Itulah sebabnya Allah swt telah menguraikan ‘ilal arba’a itu didalam ayat-ayat
Alqur’an ini, yaitu ada empat macam : Pertama ‘illati fa’ili, kedua ‘illati madi, ketiga ‘illati
suri dan keempat ‘illati ghaii. Semua ‘illat itu mencapai tingkat kesempurnaannya. Maka
alif, laam meem mengisyarahkan kepada ‘illati fa’ili yang artinya Ana Allah ‘alamu (Aku
Allah Yang lebih Mengetahui) Yang telah menurunkan Kitab ini. Jadi, oleh karena Allah swt
adalah ‘Illati Fa’ili yakni pelaku Yang telah Menurunkan Kitab Qur’an ini adalah Zat Yang
Maha Gagah Perkasa, dan Kamil yang tidak ada tandingan-Nya. Jadi dalil kesempurnaan
Kitab Alqur’an dan tantangan terhadap lawan telah diberikan oleh Allah swt dimulai dari
permulaan tiga huruf Alif Laam dan Miim ini. Orang-orang yang beriman kepadanya tidak
boleh merasa takut dari apapun dan jangan terpengaruh oleh rasar rendah diri. Sebab surah ini
terdapat didalam Kitab Allah Yang tidak bisa difahami oleh setiap orang.
Terdapat tangtangan terbuka terhadap lawan bahwa tidak ada satu surahpun didalam
Alqur’an yang bisa ditiru sekalipun semua lawan bersatu-padu untuk membuatnya, mereka
samasekali tidak akan bisa membuatnya. Ringkasnya mengapa Alqur’an disebut Kitab yang
Kamil (sempurna) sebab Yang telah Menurunkan Kitab Qur’an ini adalah Tuhan Yang Kamil,
Yang Memiliki semua Kudrat dan ‘Alimul Ghaib.”
Yang kedua beliau a.s. bersabda : “ Perkataan yang mengisyarahkan kepada ‘illati
maadi yaitu ُ‫ك اْلكِتٰ ب‬
َ ِ‫ ذٰل‬yakni ini adalah Kitab yang telah diturunkan oleh Tuhan Yang Kamil
Yang memiliki semua ilmu yang kamil (sempurna). Bahkan Allah swt berfirman:“ Ilmu-Ku
sangat luas tidak mempunyai batas.” Manusia tidak bisa meliput ilmu-Nya. Allah swt telah
memberi tahu sebagian dari ilmu-Nya yang sangat luas itu kepada kita melalui Hazrat Nabi
Muhammad saw.”
Perkara ketiga yang telah dijelaskan oleh Hazrat Masih Mau’ud a.s. adalah : “
Perkataan yang mengisyarahkan kepada Illati Suri adalah ِ‫ب ۛۚ ۖ ِفيْ ه‬
َ ْ‫ لَ رَي‬yakni Kitab ini suci
dari pada sebarang keraguan. Apa pula yang akan diragukan jika Kitab ini telah turun dari
Allah swt Yang ‘Alim, yang kesohihannya dan kesucian serta kebersihan isinya tidak ada
tandingnya tidak mengandungi sebarang keraguan sedikitpun. Secara kamil tidak
mengandungi keraguan dan ia sangat kukuh-kuat.
Selanjutnya beliau bersabda tentang perkara keempat yakni Illati Ghaii
mengisyarahkan kepada perkataan َ‫ هُدًى ّل ْلمُتّقِيْن‬yakni Kitab ini hidayah kamil bagi orang-orang
yang bertaqwa. Melalui Kitab Qur’an ini manusia memperoleh hidayah sebanyak-banyaknya
untuk menjadi muttaqi (orang-orang bertaqwa).” Maka dengan merenungkan ajaran Kitab
Suci Alqur’an dan mengamalkannya, akan terbuka jalan-jalan baru tentang hidayah dan irfan
Ilahi. Itulah empat macam perkara yang harus selalu diingat diwaktu kita membaca Kitab
Suci Alqur’an ini. Dan kita harus beriman serta yakin secara sempurna kepadanya. Baru kita
akan memperoleh bimbingan dari Allah swt untuk mendapatkan pengertian yang sebenarnya
tentang rahasia yang terkandung didalam Kitab Suci Alqur’an.
Baiklah sekarang akan saya jelaskan tentang Ayatul Kursi. Didalam ayat ini juga
terdapat pokok pembicaraan tentang jami’us sifaat (kumpulan sifat-sifat) Allah swt yang
sangat luas sekali. Dipermulaan sekali ayat ini dimulai dengan nama Allah swt. Apa Allah
itu ? Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Allah adalah nama Zat Tuhan, Yang menjadi
Wujud yang merangkum semua sifat-sifat-Nya. Itulah yang disebut Ismu ‘Azam yang
mengandungi berkat-berkat yang sangat Agung. Akan tetapi bagi orang yang sama-sekali
tidak ingat kepada Allah, faedah dan berkat apa yang akan dia ambil
dari pada-Nya? Maka apabila seorang mendakwakan diri sebagai mukmin yang benar, harus
meyakini Tuhan sebagai sumber semua kekuatan dan dia harus beriman kepada semua sifat-
sifat-Nya yang demikian luasnya melingkupi segala sesuatu tanpa batas sehingga fikiran
manusia tidak bisa menjangkaunya. Apabila iman sudah mencapai tingkatan demikian maka
barulah manusia akan selalu ingat kepada Tuhan. Banyak sekali manusia yang terlibat
didalam berbagai macam keburukan atau timbul kemalasan dan kelengahan didalam
menjalankan perintah-perintah Tuhan atau dalam menunaikan hak-hak Allah swt dan hak-hak
03
sesama hamba-hamba-Nya karena manusia sudah tidak ingat lagi kepada Tuhan. Manusia
tidak tahu bahwa pandangan Tuhan setiap sa’at atau setiap detik selalu tertuju kepada gerak-
gerik manusia.
Pada suatu ketika Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “ Tuhan berfirman kepada
saya agar saya memberi tahu Jema’at saya barang siapa yang telah beriman dan imannya
tidak dicampuri dengan keduniaan dan imannya itu tidak dicampuri kemunafikan dan sifat
penakut, yaitu iman yang mempunyai darjah atau mutu, orang demikianlah yang disukai oleh
Allah swt. Dan Allah swt berfirman : “Langkah seperti itulah langkah yang bernilai
kebenaran.” Kita harus berusaha sekurang-kurangnya untuk mendapat iman seperti itu
kepada Allah swt dan berusaha melangkah demi memperoleh derajat atau tingkatan yang
telah dijelaskan oleh Hazrat Masih Maud a.s.
Didalam permulaan ayat yang telah Allah swt firmankan َ‫ل اِلٰ َه ِالّ هُو‬
َ ‫ ال ٰلّ ُه‬yakni hanya
kepada Tuhanlah kalian harus tengok, sebab hanya Dialah Tuhan Yang patut kalian sembah.
Tidak ada Tuhan lain yang patut disembah. Telah diterangkan dengan jelas bahwa Allah swt
adalah Jami’us sifaat dan Pemilik semua Qudrat dan Kekuasaan. Setiap orang harus
menghindarkan diri dari semua sembahan-sembahan palsu dan hanya Dialah satu-stunya Zat
Yang patut disembah. Apabila kalian telah sungguh-sungguh bersujud kepada Tuhan Yang
Wahid ini maka kalian akan menjadi penerima berbagai macam nikmat dan barkat dari pada-
Nya. Didunia ini setiap benda ada gantinya, namun bagi Allah swt tidak ada gantinya. Jika
orang sudah tahu tidak ada ganti bagi Tuhan, maka alangkah bodohnya manusia jika Tuhan
Yang tiada gantinya ini ditinggalkan. Atau merubah priority dengan yang lain sekalipun
hanya untuk sementara. Bagi seorang tak bertuhan bisa saja dia lakukan demikian sambil
berkata ; Saya tidak percaya kepada Tuhan, mengapa saya harus hadir dihadapan-Nya?
Namun bagi seorang yang mengaku dirinya muslim mengatakan ّ‫ اللّٰهُـ لَ اِلٰهَـ ِال‬tetapi dia
memberikan priority-nya lebih banyak kepada urusan duniawi dibanding kepada Tuhan,
maka nasibnya sungguh sangat malang sekali. Sehubungan dengan itu Hazrat Masih Mau’ud
a.s. bersabda : “ Tuhan Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, selain Dia tidak ada yang patut
disembah dan patut dita’ati. Hal ini dikatakan demikian sebab jika ada sekutu bagi Tuhan,
barangkali kekuatan musuh akan mengungguli kekuatan-Nya. Dalam keadaan demikian
ma’rifat Ilahi akan berada pada posisi yang berbahaya. Kedudukan Allah swt dan ma’rifat-
Nya akan berada dalam posisi yang berbahaya. Apa yang difirmankan ّ‫ل اِلٰ َه ِال‬
َ ‫ ال ٰلّ ُه‬selain Dia
tidak ada yang patut disembah maksudnya adalah Dia adalah Tuhan Yang Kamil Yang sifat-
sifat-Nya, kemuliaan-Nya, kesempurnaan-Nya, demikian luhur dan agungnya, sekalipun
umpamanya dari benda-benda yang nampak, disebabkan sifat-sifat benda itu begitu kamil
dan sangat agung, seseorang ingin memilihnya sebagai tuhan atau didalam hati seseorang
timbul perkiraan adanya tuhan lain yang sifat-sifatnya sangat tinggi dan luhur, maka Allah
swt adalah Pemilik sifat-sifat yang paling tinggi, tidak ada yang lain yang lebih tinggi dan
lebih agung dari pada Tuhan. Dialah Tuhan yang walaupun hanya sedikit menyekutukan-Nya
dengan sesuatu adalah dosa besar.” Maka didalam hati seorang mukmin akan timbul rasa
takut kepada Tuhan jika sabda Hazrat Masih Mau’ud a.s. tersebut selalu diingat didalam
hatinya: Dialah Tuhan yang sekalipun sedikit menyekutukan sesuatu dengan-Nya adalah
dosa besar. Dia akan selalu memeriksa dirinya.
Banyak sekali hal-hal yang nampak dihadapan kita setiap hari yang tanpa disadari kita
berbuat aniaya terhadap diri sendiri kerana menyekutukannya dengan Tuhan. Kita menjadi
lupa bahwa Tuhan adalah Rab kita Yang rububiyat-Nya tersebar luas memenuhi langit dan
bumi. Semoga Allah swt menutupi kelemahan kita seperti itu dengan selimut maghfirah dan
rahmat-Nya diatas kita. َ‫ت سُ ْبحَٰنك‬
َ ْ‫ ۖ‌ اِّن ْى كُنْتُ مِنَ ال ٰظّ ِلمِيْ نَ ۤل اِلٰ َه ِالّۤ اَن‬Artinya : Tiada Tuhan selain
Engkau, Engkaulah Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang aniaya. (Al
Anbiya:88)

04
Untuk memperoleh bimbingan yang lurus kearah tauhid َ‫ل اِلٰ َه ِالّ هُو‬
َ ‫( ال ٰلّ ُه‬Allah, tiada tuhan
selain Dia) maka do’a ini sangat penting sekali dan harus dibaca sebanyak-banyaknya, yaitu :
َ‫ت سُ ْبحَٰنك‬
َ ْ‫ت مِ نَ ال ٰظّ ِلمِيْ نَ لۤ اِ ٰل َه ِا ۤلّ اَن‬
ُ ْ‫اِّنىْ ُكن‬artinya : Tiada Tuhan selain Engkau, Engkaulah Maha
Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang aniaya). Setelah berfirman : Allah adalah
Tuhan kalian yang patut disembah dan Tuhan Yang Sejati, Dia berfirman ُ‫ اْلحَـىّ الْقَيّوْ م‬yakni
Tuhan Yang Hidup selama-lamanya dan berdiri sendiri diatas Zat-Nya. ّ‫ اْلحَـى‬artinya bukan
hanya Dia sendiri Zat Yang hidup, melainkan Dia Pemberi kehidupan kepada semua
makhluk-Nya. Dan ُ‫ اْلقَيّوْ م‬artinya bukan hanya Tuhan Yang Berdiri sendiri diatas Zat-Nya,
melainkan Dia Penegak setiap makhluk dan benda diatas alam dunia ini. Hazrat Masih
Mau’ud a.s. bersabda : “ Arti secara harfiah dari ayat ini ُ‫ اْلحَ ـىّ اْلقَيّوْ م‬adalah : Tuhan Yang
Hidup dan Yang Berdiri diatas Zat-Nya. Jadi jika Dialah Yang Hidup dan Dialah Berdiri
diatas Zat-Nya, maksudnya setiap benda yang nampak kepada setiap orang, mendapat
kehidupan dari pada-Nya. Dan setiap benda yang berdiri diatas langit dan bumi ini, telah
berdiri karena Zat-Nya. Jadi, dengan mengatakan hidup-Nya dan berdiri-Nya Tuhan
meyakinkan orang-orang mukmin dengan firman-Nya : Kalian jangan sekali-kali terlibat
didalam desakan dan keserakahan duniawi. Yakinlah sepenuhnya terhadap janji-janji yang
telah Aku berikan kepada orang-orang mukmin. Kehidupan anak-keturnan kalian dan
kelanggengan mereka terpulang kepada sangat eratnya hubungan mereka dengan Aku dan
dengan Jema’at-Ku juga. Disebabkan keadaan sarana duniawi yang tidak menentu, jangan
melibatkan diri hanya sibuk didalam memikirkan hal itu. Beribadahlah terus kepada-Ku dan
berdo’alah selalu kepada-Ku agar dengan itu kalian mendapat kehidupan dan kebaikan yang
kekal. Allah swt berfirman : ‫حمْدِه‬َ ‫ح ِب‬
ْ ‫َسـّب‬
َ ‫ْتـ و‬
ُ ‫ى لَ َيمُو‬
ْ ‫ وَتَ َو ّك ْل َعلَى اْلحَــىّ الّ ِذ‬Artinya : Dan
bertawakkallah kepada Dia Yang hidup kekal dan Dia adalah sumber segala kehidupan,
Yang tidak mati. Dan sanjunglah Dia dengan pujian-Nya.(Al Furqan : 59) Jadi, setiap
mukmin sekalipun dalam keadaan sangat susah dan sulit jangan menaruh keraguan sedikitpun
tentang Zat Allah swt atau tentang sesuatu sifat-Nya. Melainkan adanya kesulitan itu harus
memicu dirinya agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Hayyu Qayyum sambil
merundukkan kepala dihadapan-Nya. Dan Allah swt dengan firman-Nya ٌ‫ل نَوْم‬ َ ‫‌لَتَ ْاخُذُه سِنَةٌ ّو‬
(Kantuk tidak menyerang-Nya dan tidak pula tidur) telah menjelaskan bahwa, jangan sekali-
kali timbul pikiran didalam benak orang-orang mukmin bahwa Tuhan Yang Hayyu Qayyum
bisa lengah dipengaruhi kantuk dan tidur. Ingatlah sifat Allah swt tidak terbatas dan tidak
pula Dia dipengaruhi kelemahan sehingga hilang kestabilan perhatian-Nya. Tuhan tidak
memerlukan rehat. Kekuatan dan kemampuan-Nya tidak seperti yang dimiliki oleh manusia,
kerana manusia memerlukan rehat dan tidur. Sesungguhnya Tuhan adalah Pemilik segala
macam kudrat. Oleh sebab itu Dia tidak memerlukan tidur dan tidak pula merasa ngantuk
kerana penat atau lelah. Tidak ada alasan mengapa Dia harus lalai terhadap kehidupan dan
kelanggengan hidup hamba-hamba-Nya.
Dibawah hukum-hukum alami-Nya dan sifat-sifat-Nya, Tuhan juga selalu menguji
dan mencoba hamba-hamba-Nya. Namun Tuhan-pun telah mengumumkan akan adanya
kehidupan hakiki yang akan dijalani oleh hamba-hamba-Nya. Dan orang-orang yang mati
dijalan-Nya juga mendapat kehidupan yang kekal. Dan ketika Tuhan mengumumkan bahwa
para Utusan-Ku dan Jema’at-Ku akan hidup dan mendapat kemenangan, Dia telah
membuktikan kesempurnaannya, Jema’at-Nya selalu mendapat kemenangan. Setelah Tuhan
berfirman :
ْ‫سمٰ ٰوتِ وَمَا ِفى‬
ّ ‫ (‌ ْالَ رْ ضِ لَه مَا ِفىْ ال‬Kepunyaan Dialah apa yang ada diseluruh langit dan apa
yang ada dibumi) Siapapun juga tidak boleh merasa ragu tentang kebenaran pernyataan Allah
swt didalam ayat tersebut. Dan firman-Nya : “Aku dan Utusan-Ku akan mendapat
05
kemenangan”. Bagaimanakah kemenangan itu akan terjadi, sebab jika dilihat dari segi dunia
dan diperhatikan sarana-sarana yang dimiliki oleh Jema’at-Nya, kemenangan yang
dimaksudkan itu sangat tidak mungkin dan sulit untuk diperoleh. Bahkan nampaknya sangat
jauh dan tidak mungkin. Akan tetapi apabila Allah swt berfirman kepada Hazrat Rasulullah
saw didalam Alqur’anul Karim : ٌ‫ى َعزِْيز‬
ّ ‫ب اللّٰ ُه َل َ ْغلِبَنّ اَنَا وَرُ ُس ِلىْ‌ ِانّ ال ٰلّ هَ قَ ِو‬
َ َ‫ كَت‬Artinya : Allah telah
menetapkan, Aku dan Rasul-Ku amat pasti akan menang. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi
Maha Perkasa. (Al Mujadalah : 22) Sekalipun keadaan yang sangat tidak memungkinkan
Allah swt telah memperlihatkan kebenaran janji-Nya itu. Demikian juga apabila Allah swt
berjanji kepada Hazrat Masih Mau’ud a.s. Dia telah memperlihatkan kebenaran janji-janji-
Nya itu dan sampai sekarang selalu memperlihatkan kebanarannya. Manusia terpaksa
berfikir, melihata kenyataan sarana-sarana yang dimiliki oleh Jema’at ini mungkinkah janji-
janji itu akan sempurna? Yakni secara zahirnya sangat jauh dan tidak mungkin Jema’at ini
akan menang secara kamil. Akan tetapi Allah swt berfirman : “Apa yang ada diseluruh langit
dan bumi semuanya berada didalam kekuasaan Tangan Tuhan.” Bumi dan Langit ini bukan
tanpa pemilik. Semua makhluk yang tinggal didalam dunia ini berada didalam genggaman
qudrat-tangan-Nya. Dan Dia Pemilik kekuasaan yang sangat luas dan tak mengenal batas.
Dan pandangan-Nya selalu tertuju kepada dunia ini. Kehidupan dan kematian, fana dan baqaa
berada ditangan-Nya, semua kekayaan didalam bumi yang tersembunyi maupun yang
nampak berada didalam kekuasaan-Nya. Maka apabila Dia telah memutuskan bahwa
Utusanku dan Jema’at-Ku akan mendapat kemenangan, maka tidak ada kekuatan didunia ini
yang mampu menghalang-halanginya. Apakah kekuatan adikuasa atau pemerintahan yang
besar-besar atau orang yang menamakan diri pembela agama, tidak akan mampu
menghalanginya. Keputusan Allah swt pasti akan benar dan sempurna. Padahal sejak
permulaan telah dijelaskan kepada orang-orang mukmin bahwa kemenangan, kehidupan
kekal dan abadi akan diperoleh orang-orang yang yakin sepenuhnya kepada Tuhan Jami’us
sifaat. Dan mereka itu adalah orang-orang yang menunaikan ibadah kepada-Nya. Maka inilah
kewajiban setiap orang Ahmadi untuk memahaminya. Dan hal itu sangat penting sekali bagi
mereka.
Setelah itu berfirman : ‫ل بِِاذْنِه‬
ّ ‫شفَ ُع عِنْدَ ۤه ِا‬
ْ َ‫( مَ ْن ذَا الّ ِذىْ ي‬Siapakah yang dapat memberi
syafa’at dihadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya?) Maka syafa’at macam apapun tidak akan
berfaedah di-hadhirat-Nya kecuali dia yang akan diberi ilmu atau izin oleh Tuhan. Terdapat
riwayat didalam hadis bahwa Hazrat Rasulullah saw akan diberi ilmu oleh Allah swt
kemudian beliau saw akan memberi syafa’at kepada ummat beliau. Apa yang dimaksud
dengan syafa’at itu? Tentang ini terdapat berbagai macam penjelasan dari Hazrat Masih
Mau’ud a.s. Beliau bersabda : “ Pemberi syafa’at yang benar dan kamil adalah Hazrat
Rasulullah saw yang telah membersihkan kekotoran kaum penyembah berhala, pembuat
berbagai macam kejahatan dan kejahilan menjadi bangsa yang bermartabah sangat tinggi.
Jadi, telah diketahui dari hadis ini bahwa dengan izin dan ilmu Allah swt beliau akan
memberi syafa’at hanya kepada orang-orang yang bersih dari syirik. Yaitu orang-orang yang
beribadah kepada Allah swt Yang Tunggal, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan
buruk dan kejahatan. Dan orang-orang yang melakukan kesalahan atau kejahatan kecil-kecil
juga akan mendapat syafa’at dari beliau saw. Lebih jelas lagi Hazrat Masih Mau’ud a.s.
bersabda : “ Jangan mengira bahwa syafa’at itu tidak berarti apa-apa. Kita beriman bahwa
syafa’at adalah benar. Dan terdapat nas yang nyata dari firman Tuhan bahwa : ّ‫صلّ َعلَ ْيهِ ْ‌م ِان‬
َ
ٌ‫ك َسكَ ٌن ّلهُمْ‌ وَاللّٰ ُه َسمِيْ ٌع َعلِيْ م‬
َ ‫صلٰوَت‬
َ Inilah falsafah syafa’at yakni desakan hawa nafsu yang timbul
untuk melakukan perbuatan dosa-dosa akan menjadi kembali reda. Sebagai natijah dari
syafa’at adalah kehidupan yang penuh dengan dosa akan mengalami kehidupan seperti
keadaan mau mati. Dan desakan-desakan hawa nafsu dan perasaan-perasaan yang memanas
timbul daripadanya akan berobah menjadi reda dan dingin. Karenanya kecenderungan untuk
berbuat dosa hilang lenyap dan timbullah keinginan untuk berbuat kebaikan. Yakni
06
kecenderungan manusia untuk berbuat dosa semakin berkurang sebaliknya mulailah timbul
keinginan untuk melakukan kebaikan. Jadi, dalam masalah syafa’at amal perbuatan manusia
tidak disia-siakan bahkan dianjuran untuk melakukan amal saleh. Sebagaimana Hazrat Masih
Mau’ud a.s. bersabda : “ Dalam masalah syafa’at amal perbuatan manusia tidak menjadi sia-
sia bahkan dianjurkan untuk selalu melakukan amal-amal saleh.” Maka syafa’at Hazrat
Rasulullah saw bermula dari kehidupan didunia ini. Dan syaratnya manusia harus beramal
saleh. Syafa’at tidak bisa ditandingi dengan sistim kaffarah. Filsafah kaffarah menimbulkan
keberanian manusia untuk berbuat dosa semakin bertambah. Sedangkan didalam filsafah
syafa’at timbul perhatian manusia untuk melakukan amal-amal saleh dan perhatian untuk
mengamalkan hukum-hukum Allah swt serta perhatian manusia semakin terpusat kepada
Allah swt. Dan pada zaman sekarang melalui do’a ini izin syafa’at telah diberikan kepada
Hazrat Rasulullah saw. Hazrat Masih Mau’ud a.s bersabda : “ Saya dan kebanyakan dari
orang-orang terhormat didalam Jema’at-ku sangat mengerti bahwa dengan syafa’at-ku
banyak orang-orang mendapat keselamatan dari berbagai macam musibah dan penderitaan-
penderitaan penyakit. Akan tetapi selain dari menjelaskan tentang syafa’at Allah swt juga
berfirman bahwa Dia mengetahui apa hakikat yang sebenarnya tentang itu. Firman-Nya : ُ‫َي ْعلَم‬
ْ‫( ‌مَا بَ ْي نَ َايْدِْيهِ مْ وَمَا َخلْ َفهُم‬Dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan dibelakang
mereka) Jadi, Tuhan kita adalah ‘Alimul Ghaib (Maha Mengetahui yang ghaib) oleh sebab itu
orang-orang yang terlibat didalam kejahatan dan terbenam didalam lembah dosa, mereka
tidak ada hubungannya dengan Syafa’at baik didunia ini maupun diakhirat nanti.
Demikianlah yang kita ketahui dari Al Qur’anul Karim. Setelah itu sambil mengingatkan
pengetahuan-Nya yang sangat luas Allah swt berfirman :
َ‫شىْءٍ مّ ْن ِع ْلمِۤهِ ِالَّ ِبمَا شَآء‬
َ ِ‫( َو َل ُيحِ ْيطُوْ َن ب‬dan mereka tidak menguasai barang sesuatu dari ilmu-
Nya kecuali apa yang Dia kehendaki) Didalam ayat ini Allah swt telah menerangkan dengan
sangat jelas bahwa : “ Tidak akan ada orang yang menguasai Ilmu-Ku.” Namun Hazrat
Rasulullah saw sebagai seorang Rasul yang paling dicintai oleh Allah swt dan tentang beliau
Allah swt berfirman kepada orang-orang mukmin, barangsiapa yang hendak mencintai Allah
ia harus mengikuti langkah kekasih-Ku (Muhammad saw), yang kepadanya telah diserahi
semua ilmu pengetahuan oleh Allah swt, melalui beliau telah diberitahukan keadaan tentang
zaman yang akan datang juga dan untuk mendapatkan dan memahaminya juga telah diberi
tahukan kepada Hazrat Rasulullah saw. Dizaman itu banyak sekali perkara yang tidak dapat
difahami oleh para sahabah, namun Hazrat Rasulullah saw mendapatkan pemahaman dan
penjelasannya. Akan tetapi tentang itu semua Allah swt berfirman : “ Itu semua bukanlah
ilmu yang kamil. Tidak akan ada yang mampu menguasai atau menjangkau luasnya ilmu
pengetahuan-Ku” Namun demikian Allah swt membukakan jalan-jalan baru bagi orang-orang
yang mencari martabah ruhani maupun mencari ilmu-pengetahuan agama ataupun yang
mencari ilmu pengetahuan duniawi. Dan Dia menunjukkan peringkat-peringkat baru kepada
mereka. Dan apabila manusia telah sampai kepada tingkatan demikian maka akan terbuka
jalan-jalan baru bagi mereka. Hal itu menjadi dalil bagi kemajuan sains bahwa Allah swt
membuka jalan-jalan baru bagi mereka yang melakukan survey dan penelitian pengetahuan.
Dan pengetahuan tentang alam semesta tidak bisa dihitung banyaknya. Demikian juga
tingkatan-tingkatan keruhanian.
Selain itu ilmu Allah swt sangat luas sekali tidak ada batasnya sehingga tidak ada
yang mampu merangkumnya. Bukan hanya Zat Allah swt tidak bisa diliput bahkan alam
semesta juga yang Dia ciptakan tidak bisa diliput semuanya oleh manusia. Tuhanlah yang
menzahirkan rahasia ilmu-Nya atau memberi sebahagian ilmu-Nya kepada manusia sesuai
dengan kehendak-Nya. Dan sesungguhnya anugerah rahasia ilmu-Nya itu harus membuat
manusia lebih runduk kepada Tuhan Yang Memiliki semua sifat-sifat-Nya yang ruang
lingkupnya itu tak terbatas.

07
Sesudah itu Tuhan berfirman : ُ‫كرْ سِيّه‬
ُ ‫سمٰ ٰوتِ وَْالَ رْ ضَ َو سِ َع‬
ّ ‫( ال‬Ilmu-Nya meliputi seluruh
langit dan bumi) Kerajaan-Nya tersebar kesegenap penjuru langit dan bumi dan Dia-lah
Pemberi semua keperluan hidup setiap makhluk dan setiap benda yang berada dialam semesta
raya itu. Dan berapapun banyaknya alam semesta itu Dia-lah yang menegakkannya. Ilmu
kalian sangat terbatas dan Dialah Yang memberi ilmu pengetahuan kepada kalian. Sejauh
mana kalian memperoleh kemajuan dalam kemahiran atau kalian berusaha memperoleh ilmu
pengetahuan, ilmu itu terbatas sampai waktu yang dikehendaki oleh Tuhan. Oleh sebab itu
Dialah Yang patut kalian sembah dan tinggalkanlah semua jenis penyembahan terhadap yang
lain. Pemerintahan-Nya tersebar luas kesegenap penjuru langit dan bumi. Dan Dialah Yang
bertanggung jawab untuk menjaga dan memeliharanya. Tidak ada yang tersembunyi dari
padanya, semua benda berada didalam pengawasan penglihatan-Nya. Lembaga
pemerintahan-Nya demikian luas dan kolektif sehingga kekuatan manusia tidak bisa meliput
semuanya. Oleh sebab itu Dia berfirman, layangkanlah pandangan kalian barangkali kalian
bisa melihat sesuatu kelemahan atau kekurangan didalam penciptaan Tuhan. Akan tetapi
manusia tidak berhasil menemukannya. Allah swt adalah Zat Yang menjalankan Lembaga
Pemerintahan-Nya ini dan sejak awal Dia menjalankannya. Dan Dia jalankan Nizam
Pemerintahan-Nya ini tanpa mengenal lelah dan tanpa mengenal tidur dan kantuk. Apakah
semua perkara tersebut diatas tidak mengundang perhatian kalian untuk menundukkan kepala
dihadapan Tuhan dan mengurangi pelanggaran ?

: Pada akhirnya Tuhan berfirman


ُ‫وَ ُهوَ الْ َع ِلىّ الْ َعظِيْم‬ )dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar (
Untuk menjalankan semua Nizam itu Tuhan tidak memerlukan sebarang pembantu atau
penolong. Itulah Tuhan, Tuhan Agama Islam. Dia Pemilik semua sifat-sifat yang jami’ dan
sesungguhnya Dia-lah Tuhan yang patut disembah. Semoga Allah swt memberi kekuatan
pemahaman kepada kita dan semoga dengan itu kita bisa mengenal-Nya dan menjadi orang-
orang yang selalu tunduk dihadapan-Nya dan yang selalu beribadah kepada-Nya. Dan dengan
keyakinan kepada Tuhan sebagai Pemilik semua sifat-sifat yang paripurna semoga kita
menjadi orang-orang yang selalu meraih barkat dan rahmat dari sifat-sifat-Nya itu. Amin !!
Alihbahasa Hasan Basri

Ayatul Kursi (verse 256) from Surah Al Baqarah


Summary of Friday Sermon Delivered by Hadhrat Mirza Masroor Ahmad at, the Head of the
Ahmadiyya Muslim Community June 5 th, 2009

NOTE: Alislam Team takes full responsibility for any errors or miscommunication in this Synopsis of
the Friday Sermon

Huzur recited Ayatul Kursi (verse 256) from Surah Al Baqarah. The translation reads:
‘Allah — there is no God but He, the Living, the Self-Subsisting and All-Sustaining.
Slumber seizes Him not, nor sleep. To Him belongs whatsoever is in the heavens and
whatsoever is in the earth. Who is he that will intercede with Him except by His
permission? He knows what is before them and what is behind them; and they
encompass nothing of His knowledge except what He pleases. His throne extends over
the heavens and the earth; and the care of them burdens Him not; and He is the High,
the Great.’
Hadith relates that the Holy Prophet (peace and blessings of Allah be on him) said everything
has a pinnacle and Surah Al Baqarah is the pinnacle of the Qur’an and it has a verse which is
the chief of all verses; it is the Ayatul Kursi. Another Hadith relates that the Holy Prophet
(peace and blessings of Allah be on him) said that if a person reads ten verses of Surah Al
08
Baqarah before going to sleep Satan does not visit his house till morning and one of these
verses is Ayatul Kursi.
Huzur explained that this does not entail a mere recitation of the ten verses is
required. It means that one reads them carefully and thoughtfully, analyses one’s self, gauging
how much does one put them in practice and then pledges to make pious changes in oneself.
This is what would keep the Satan at bay. Huzur said the ten verses cited in the Hadith
include the first four verses of Surah Al Baqarah. These verses illustrate the pious and
practical life of a believer, then, there is Ayatul Kursi and two of its adjoining verses that cite
Divine attributes and finally the last three verses of Surah Al Baqarah. Huzur said although
his discourse in today’s Sermon would be on Ayatul Kursi he would read an extract of the
Promised Messiah (on whom be peace) expounding the first four verses of Surah Al
Barqarah. [Below is the published translation of the extract Huzur read out].
‘One should ponder over the first verse, namely: I am Allah the All-Knowing. This is
the Perfect Book. There is no doubt in it. It is guidance for the righteous. It will be observed
how nicely and beautifully and succinctly God Almighty has furnished the answer to the
objection raised. First reference is made to the Author of the Holy Quran and His Grandeur
and Majesty are indicated. It is said: I am Allah the All-Knowing; that is to say, I, Who Am
All-Knowing and All-Wise, Whose knowledge is not matched by the knowledge of anyone
else, am revealing this Book. Then the greatness of the Holy Quran is referred to and it is
said: This is the Perfect Book; that is to say, this is a grand and sublime Book which derives
from Divine knowledge. It is established with regard to it that its source and spring is the
Eternal Being of the All-Wise. By referring to it as The Book, God Almighty has indicated
that this Book derives from the knowledge of that Being with high attributes, Who is
Matchless and Peerless and Whose perfect knowledge and minute mysteries are very far from
the limits of human sight.
Then it is said that the body of the Quran is so well reasoned that there is no room left
in it for any kind of doubt, meaning that like other books it is not a mere tale or story, but is
comprehensive of conclusive arguments and reasoning, and sets forth clear proofs of its
objects and purposes, and is in itself a miracle which operates like a sharp sword for the
removal of doubts and suspicions, and does not leave the matter of the recognition of God at
the conjectural stage of He should be, but carries the matter to the certainty of, He is.
Despite the grandeur of these purposes which are greatly concerned with effect and
reform, it proceeds to define the fourth purpose which is its ultimate object, which is the
provision of guidance for the righteous. It announces that this Book has been revealed for the
guidance of those who, on account of their pure interiors, and sane reason, and firm
intelligence, and eagerness for search of truth, and right motives, would, in the end, arrive at
a high degree of faith and recognition of God and perfect righteousness.’ (Essence of Islam
vol. I, pp. 397-399). Huzur said if these four aspects are kept in view while reading the Holy
Qur’an and while being in a state of sincere belief one is guided towards the insight and
perception of God.
Reverting to the subject of Ayatul Kursi Huzur said it is based on the all-inclusive
Divine attributes and begins with His Name, ‘Allah — there is no God but He.’ The
Promised Messiah (on whom be peace) said that Allah is the personal name of God and when
one has full faith in His boundless powers then alone would one remember Him at all times.
Huzur said one gets involved in many ills or is negligent of Divine commandments, is remiss
in paying the dues of Allah and the dues of mankind because one does not remember God all
the time and forgets that He watches over us all each moment. The Promised Messiah (on
whom be peace) said that God has addressed and informed him to let his Community know
that those whose faith is free from all worldly adulteration, is not dispossessed of any degree
of obedience are the kind of people God likes and it is these who are the truthful. Huzur said
this should be the very least we should aspire to.

09
Huzur said this verse states that one should only turn to God, Who alone is worthy of
worship, is the Master of all powers and thus worthy of worship. Turning to Him enables us
to be the recipient of blessings in this world as well as the Hereafter. Huzur said this world
has a substitute for everything but there is no substitute for Him. Is it then not foolish to leave
Him? An atheist may say that as he/she does not believe why he/she should turn to God, but it
is a misfortune if a Muslim, having declared ‘there is no God except Allah’, gives precedent
to worldly matters. The Promised Messiah (on whom be peace) said God is without any
partner because if this was not so the enemy would have the potential to overcome Him and
in such a state the status and prominence of God would be in danger. None other than Him is
worthy of worship signifies that He is a Perfect God Whose attributes are supremely excellent
and lofty. If one was to imagine the most excellent attributes, then those belong to Him. He is
Most High, and none can be higher and more excellent than Him.
Huzur said in our everyday life, we err inadvertently and unconsciously associate
partners to God and thus forget that He alone is our Lord. May God cover us in His mercy
and forgiveness. The prayer ‘There is no God but You, Holy are You. I have indeed been
of the wrongdoers’ (21:88) is a most significant prayer to guide us towards understanding
the concept of ‘Allah — there is no God but He’.
The Ayatul Kursi next states ‘the Living, the Self-Subsisting and All-Sustaining’. Huzur
said the Living God also sustains all life around us. The Promised Messiah (on whom be
peace) said each and every single person that we see has been given life by God and every
thing that we observe around us is being sustained by Him. This is an assurance for true
believers that their permanence is in adherence to the Living God rather than relying on any
worldly means in dire circumstances. It is stated in the Holy Qur’an: ‘And trust thou in the
Living One, Who dies not, and glorify Him with His praise…’ (25:59). A true believer
does not doubt any Divine attribute when faced with difficulties, rather adversity makes him
turn further to ‘the Living, the Self-Subsisting and All-Sustaining’ God.
The verse proceeds to assert, ‘Slumber seizes Him not, nor sleep’. Huzur explained
that a true believer could never envisage that God Whose attributes are boundless would ever
tire or be inattentive. It is impossible for Him to be unmindful of the lives of His servants.
Indeed, in accordance to the laws of nature and by virtue of His other attributes, He
sometimes puts His servants through trials but He also declares that the true life is that of His
servants.
Ayatul Kursi next asserts that ‘To Him belongs whatsoever is in the heavens and
whatsoever is in the earth’, Huzur explained that this signifies that no one should be in
doubt that God and His Messenger will be triumphant. Huzur said from a worldly perspective
this appears unlikely or in the far-removed and distant future. However, when He told His
Prophet (peace and blessings of Allah be on him) ‘Allah has decreed: ‘Most surely I will
prevail, I and My Messengers…’ (58;22) He fulfilled it despite improbable circumstances.
Similarly when He promised His Messiah (on whom be peace) He will fulfill His word,
indeed, He is fulfilling it. Although one imagines that such a triumph is likely to take place in
the distant future but God declares that whatever is in the heavens and the earth is in His
possession and control, He is watching over everything, life and death are in His hands, the
evident and the hidden treasures of this earth are in His hands. Once He has decided that His
Messenger’s Community will triumph none can alter it; be it worldly powers or the so-called
standard-bearers of religion. However, it has been made clear to believers from the onset that
the triumph will be for those who have firm and complete faith in God Who is the Master of
all attributes and those who worship Him. Huzur said it is essential that each Ahmadi fully
understands this.
Ayatul Kursi goes on to state, ‘Who is he that will intercede with Him except by His
permission?’ No intercession, without the authority of God, will avail in His presence. The
Holy Prophet (peace and blessings of Allah be on him) will have God’s permission to
intercede.
10
The Promised Messiah (on whom be peace) said that the Holy Prophet (peace and
blessings of Allah be on him) was the true intercessor who freed his people from all kind of
vice and made them a nation of highest standard. One should never assume that intercession
has no merit. Intercession is a verity; it enables the egotistic passions to cool off, eliminates a
life of sin and initiates one on piety. Intercession does not make one’s deeds ineffective,
rather it inspires good deeds. The intercession of the Holy Prophet (peace and blessings of
Allah be on him) starts in this life and is conditional to good works. It is not compatible with
the philosophy of atonement; atonement promotes wrongdoing whereas intercession leads
one to good works. The Promised Messiah (on whom be peace) said that many noble
members of his community were well aware that many were alleviated of their sufferings and
difficulties with his intercession.
Huzur said with the citation of intercession, God has also made it clear that ‘He knows what
is before them and what is behind them;’, so those who are openly embroiled in sins will
not be blessed with intercession in this world or the Hereafter. Ayatul Kursi then states, ‘and
they encompass nothing of His knowledge except what He pleases’. Huzur said the Holy
Prophet (peace and blessings of Allah be on him) was the beloved of God and was given the
most knowledge. He was given news of times to come, there were many things that he knew
and his Companions were unaware of. However, even the knowledge given to him was
incomplete and none can reach God’s knowledge. Huzur said the scientific developments are
a testimony that God shows new ways to those who seek and search. Likewise there are
spiritual stages encompassing boundless knowledge. None can comprehend the workings of
the universe or the origin of the universe. When He wills, God imparts some knowledge to
some people. This should inspire them to turn towards Him.
The verse then states, ‘His throne extends over the heavens and the earth;’ Huzur
said God’s dominion is spread all over and He is the One Who has given life to everything
and Who gives knowledge. He gives knowledge in accordance to progress and development
made and as much as He wills. Therefore, He alone is worthy of worship. Not only His
dominion spreads all over the heavens and the earth He has also taken responsibility of its
safeguard and He never tires of this. Huzur said one may try and look far and wide looking
for flaws in His creation, try again and again – one would exhaust one’s efforts but would not
find a flaw in God’s creation. Huzur remarked does all this not lead us to turn to Him and not
rebel against Him? Ayatul Kursi thus concludes ‘and He is the High, the Great’. He has
been running this system of creation from the very beginning and does not need any helper
for it. The God of Islam is the Master of all attributes and certainly alone worthy of worship.
May God grant us the insight and perception to always turn to Him and be among His
worshippers and continue to derive beneficence from the excellences of His attributes while
having a good understanding of them.
Next Huzur said he would lead a few funerals in absentia after Jummah. Laeeq
Ahmad Tariq sahib from Faisalabad, Pakistan was martyred by extremists on 28th May. He
was 54 years old and was a moosi. One of his brothers who resides in UK told Huzur that
when he called their mother he could not control his emotions but the elderly mother
consoled him saying she was proud that she was now a mother of a martyr. Huzur said such
are the mothers in the community of the Promised Messiah (on whom be peace) whose faith
is evocative of early Islam. Huzur prayed for the lofty station of the martyr and steadfastness
for his family.
Ghulam Mustapha sahib from Lahore, Pakistan was an assistant sub-inspector in the
police and was martyred in the bomb explosion in Lahore in which a police building was
targeted. Mumtaz Begum sahiba passed away on 30th May in Chennai, India. There is
mounting opposition against the Community here. During her burial in a cemetery that the
Community has used for the past thirty years, some maulwis arrived and protested the burial
could not go ahead as this was a Muslim cemetery. However, the burial took place, but
afterwards the maulwis exhumed the body and put it on the side while the police simply
11
looked on. Later the body was buried in another cemetery with the support of the police.
Huzur said the maulwis of this area are the same as those who discredit Islam all over.
Mubarika Begum sahiba of Kharian, Pakistan, recently passed away. She was the mother of
Chaudhry Muneer Ahmad sahib who runs the MTA in USA. Finally Huzur mentioned Jaffar
Ahmad Khan sahib, who although was physically disabled but was mentally alert. He was a
moosi and the son of Huzur’s paternal aunt. He was the grandson of Sahibzadi Amtul Hafeez
Begum sahiba as well as of Hadhrat Mirza Shareef Ahmad. May God grant him forgiveness
and elevate his station in Paradise.
ِ‫بِسْ ِم الِ الرّحْمَ ِن ال ّرحِيْم‬
ِ‫نَحْمَدُهُ وَنُصَلِى عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى عَبْدِهِ الْمَسِيْحِ الْمَوْعُوْد‬

KHUTBAH JUM’AH
JUNI 2009 5
: TENTANG

AYATUL KURSI
OLEH

HADRAT MIRZA MASROOR AHMAD SAHEB


AMIRUL MOMINEEN KHALIFATUL MASIH V atba
DARI BAITUL FUTUH LONDON UK
AHMADIYYA MUSLIM MISSION
Onan Road (Masjid Taha) Tel 63448241 Fax 63447363 118
Singapore 424530

Anda mungkin juga menyukai