Anda di halaman 1dari 19

RENDAHNYA MINAT BACA SISWA DI MADRASAH ALIAH DARUNNAJAH AL-FALAH

M. Parmayadi Nurudin parmayadinurudin@yahoo.com ABSTRAK Kemampuan membaca berhubungan dengan minat dan kebiasaan membaca, namun, hal itu tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi. Rendahnya minat membaca siswa berdampak pula pada factor-faktor dan kemampuan membacanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian di sekolah Madrasah Aliah Darunnajah Al-Falah yang berada Kec. Labuapi Lombok Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat membaca siswa, dalam penelitian ini juga terdapat subjek yang diteliti yaitu lima orang siswa dan seorang guru. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan observasi dan interview, sedangkan analisis data menggunakan model Miles and Huberman melalui reduksi data, penyajian data dan pemeriksaan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian menunjukkan secara umum siswa masih belum maksimal untuk melakukan perubahan pada dirinya khususnya dalam hal kemampuan, minat dan kebiasaan membaca. Kata Kunci : minat baca, kemampuan membaca, kebiasaan membaca. Buku adalah jendela dunia, membaca adalah kuncinya, tetapi sedih sekali, umumnya perilaku malas membaca itu didominasi oleh usia pelajar atau masih produktif. Rendahnya minat baca di kalangan pelajar sepertinya harus menjadi perhatian dari setiap guru dan orang tua. Oleh karena itu, guru dituntut lebih kreatif untuk mendongkrak minat baca siswa yang terjadi di Madrasah Aliah tersebut, karena siswa dituntut juga untuk menambah wawasannya, karena zaman sekarang sudah menjadi persaingan global yang sangat tajam dan ketat. Menurut Firly Mashita (dalam kompasiana, 2012) Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis, semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi yang kita dapatkan, walaupun terkadang informasi itu kita dapatkan secara tidak langsung.

Dari paparan tersebut, sudah tidak ada orang yang bisa meragukan manfaat membaca, membaca akan menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan daya imajinasi, serta meningkatkan kreativitas, selain juga akan membantu memahami pola dan metodologi penyusunan logika. Hal-hal tersebut akan sangat membantu para pelajar di masa depannya. Sementara itu, dalam pergaulan, manfaat membaca buku akan membantu mereka untuk belajar mengekspresikan diri secara jelas dan penuh percaya diri. Selain itu, mereka juga akan siap dalam menghadapi kehidupan nyata serta belajar untuk menyikapi situasi atau lingkungan baru yang asing bagi mereka. Namun pada nyatanya, siswa tempat peneliti lakukan tidak begitu giat untuk membaca, padahal setiap tanggal 17 Mei kita memperingati sebagai hari buku nasional. Memang, pamor momentum lainnya, seperti hari Pendidikan Nasional yang dilaksanakan tanggal 2 Mei atau Hari Kebangkitan Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 21 Mei (Cyprianus Aoer. 2005:81). Namun usaha pemerintah daerah-pun tidak bisa meningkatkan anak untuk berminat dalam belajar, hal itu disebabkan banyak factor, salah satunya ialah pergaulan dan aktivitas yang terkait dengannya, seperti membaca dan menulis, tidak begitu popular di lakukan oleh siswa tempat saya meneliti. Problem mendasar yang dihadapi siswa sebenarnya juga terletak pada faktor keteladanan. Di tengah-tengah kehidupan kita yang masih kuat nilai-nilai budaya yang tidak bersekolah, sehingga dapat mempengaruhi siswa yang bersekolah guna menuntut ilmu, Demikian juga guru harus mampu mengembangkan minat belajar dan baca siswa, bagaimana mungkin para murid memiliki kultur membaca yang baik kalau sang guru tidak mampu menunjukkan keteladanan gemar membaca buku. Bahkan banyak guru yang dengan amat bangga dan merasa dirinya paling hebat kalau di kelas tidak membawa buku. Materi pelajaran sudah hafal di luar kepala. Ini juga yang mengakibatkan anak akan malas untuk membaca, apa lagi untuk memperhatikan.

Budaya membaca juga sangat erat kaitannya dengan kultur sebuah generasi. Mengharapkan generasi sekarang agar menjadi teladan bagi anak cucunya dalam membudayakan gemar membaca agaknya juga sulit diharapkan kontribusinya. Keterpukauan terhadap minat baca siswa akan menghasilkan generasi yang condong terhadap suatu kegagalan untuk meraih sebuah cita-cita, dan pengetahuan dengan kurang membaca akan menyulitkan untuk bertindak yang baik. Yang perlu dilakukan sekarang adalah melahirkan generasi baru yang dengan amat sadar menjadikan aktivitas membaca sebagai sebuah kebutuhan (bukan kewajiban). Dalam artikel ini, yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah apa yang menyebabkan rendahnya minat baca siswa yang terjadi dikelas dua MA Darunnajah Al-Falah khususnya siswa laki-laki yang minim dalam membaca, ini juga menjadi suatu masalah untuk bisa mengembangkan daya pikir kritis siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dari guru dan persepsi dari siswa terhadap rendahnya minat baca, apa yang menyebabkan suatu anak yang kurang dalam minat baca.

A. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif karena penelitian ini menggambarkan keadaan atau peristiwa yang terjadi pada diri siswa, dalam Sugiyono. 2012:15) penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan mengkaji suatu masalah secara mendalam. Dengan penelitian kuallitatif ini tujuannya untuk memahami fenomena dan memaparkan gambaran apa yang dialami oleh subjek penelitian mengenai rendahnya minat baca siswa.

2. Waktu/Tempat Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan mulai sore hari yaitu mulai pukul 15:00 wita pada tanggal 10 dan 11 Mei 2013 kepada beberapa siswa dan seorang guru. Lokasi tempat pengumpulan data adalah di sekolah Madrasah Aliah Darunnajah Al-Falah yang beralamat di Jalan Tuan Guru Haji Mansyur, Telagawaru Kecamatan Labuapi, target siswa dalam pengumpulan data sebanyak lima responden siswa dan satu guru untuk diwawancarai. Alasan memilih Sekolah Madrasah Aliah sebagai tempat peneliti mengumpulkan data studi kasus ini karena, dekat dengan kampung peneliti dan sekolah tersebut merupakan sekolah islam, dimana mata pelajarannya lebih ke pelajaran islam. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode observasi. Pemilihan metode ini dikarenakan penelitian ditujukan untuk mengidentifikasi masalah yang rendahnya minat siswa dalam membaca, yang mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain untuk mendapatkan informasi yang akurat. Kemudian dengan menggunakan metode wawancara (interview). Setelah peneliti melakukan observasi peneliti selanjutnya mewancarai guru dan beberapa siswa yang dapat diajak untuk berdiskusi mengenai minat belajar siswa yang rendah, yang sudah ada persetujuan dari pihak sekolah. Sehingga dengan wawancara ini peneliti mengetahui gambaran-gambaran umum tentang masalah tersebut. Kemudian dilakukan teknik dokumentasi, setiap ada penelitian pasti adanya dokumentasi untuk mencatat data-data yang sudah peneliti lakukan, melalui dari hasil observasi sekolah tersebut dan hasil wawancara dengan yang diwawancarai. Dalam teknik wawancara dan dokumentasi ini perlu kecepatan dalam penulisan, dan alat-alat yang perlu digunakan seperti kamera, alat perekam,

dan lain sebagainya, ini merupakan rencana peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan mencatat data dan informasi pendapat siswa. 4. Teknik Analisis Data Tehnik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain telah terkumpul (Sugiyono. 2012: 207), jadi teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan dianalisis terhadap suatu masalah, artinya bahwa dari lima responden siswa yang peneliti selidiki sebanyak 4 orang yang malas dalam membaca, hal ini berarti, masih rendahnya siswa untuk membaca sehingga akan membuat suatu kesimpulan yang dapat dimengerti oleh diri-sendiri maupun oleh orang lain. Menurut Kunandar (dalam Desi Yusriana, 2010: 26) Teknik analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif, yang terdiri dari tiga komponen kegiatan, yaitu reduksi data, paparan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Adapun penjelasan dari tiga komponen kegiatan tersebut menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: a. Reduksi data yakni, proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. b. Penyajian data yakni, kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-data yang telah diambil dan telah di reduksi akan disajikan secara deskriptif dimana hasil wawancara akan diubah bahasanya menjadi kalimat baku dan akan dikaitkan dengan teori-teori sesuai dengan hasil wawancara dan observasi. c. Pemeriksaan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada dilapangan. Menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dilakukan dalam bentuk membuat

kesimpulan hasil penelitian yang dituangkan dalam bentuk pembahasan. Dalam alur ini merupakan kegiatan untuk mengambil kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan atau proses penarikan kesimpulan akhir dari data yang telah diambil. B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Membaca meruapakan serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya (Liang Gie. 2004 : 5). Siswa yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus tiada hentinya, dan siswa yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan peribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Menurut Burn dkk (dalam Farida Rahim. 2006 : 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Menurut Anderson (dalam Farida Rahim 2006 : 7), pembaca yang baik bisa mengintegrasikan informasi dangan terampil dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya dengan topik. Jadi membaca adalah proses interaktif, keterlibatan pembaca dengan tek tergantung pada konteks. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendahnya minat baca siswa yang terjadi di sekolah Madrasah Aliah Darunnajah AlFalah. kemudian responden dari lima orang siswa tersebut menyatakan ada berbagai hal kendala atau faktor yang mempengaruhi mereka dalam minat baca yang sangat begitu rendah diantaranya sebagai berikut:

Dari faktor kemalasan, menurut Amir Faisal dan Zulfanah (2011 : 85), rata-rata akan termotivasi untuk belajar setelah mereka mengetahui potensi dirinya yang ternyata tidak ada batasnya dan mereka menyadari bahwa belajar itu adalah kebutuhan mereka sendiri dalam rangka meraih impian mereka. Tetapi pada nyatanya kemalasan yang terjadi pada diri siswa yang sudah terbenam dengan perilaku kemalasan tersebut rasa malas untuk belajar ataupun membaca yang timbul dari dalam diri siswa dapat disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri, menurut Thursan Hakim (2005 : 26), motivasi merupakan sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Kemudian dari faktor, tidak tau dengan mata pelajaran atau buku apa yang harus dibaca (kebingungan), Thursan Hakim (2005 : 2), menyatakan, setiap orang akan dapat menentukan arah dan juga tahap-tahap belajar yang harus dilalui dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Selain itu, dengan adanya tujuan belajar yang jelas, keberhasilan belajar seseorang dapat dilihat dari sejauh mana siswa mampu mencapai tujuan belajarnya itu. Siswa yang tanpa tujuan akan tersesat dalam proses melakukan pembelajarn. Faktor genk, dalam kesehariannya hanya menghabiskan waktynya untuk bertemu dengan genknya supaya dilihat maco oleh orang lain juga hanya untuk mengobrol tentang anak-anak yang kelihatannya lebih keren dibandingkan dengan mereka. Faktor pekerjaan yang mereka kerjakan dalam membantu orang tuanya guna untuk menambah uang jajan untuk mereka yang menjalankan study sekolahnya, selanjutnya karena hal berpacaran, menurut Reksoprojo (dalam Rony Setiawan & Siti Nurhidayah 2008 : 63) berpacaran merupakan suatu

hubungan yang tumbuh di antara anak laki-laki dan perempuan menuju kedewasaan. Selanjutnya menurut yang selalu menumbuhkan hasrat keinginan untuk merasakan hal tersebut, mereka lebih senang berpacaran dari pada membaca buku. Selanjutnya dari faktor mood (suasana hati), menentukan dirinya untuk kapan saja mereka belajar suasana juga merupakan hal yang bagaimana tepatnya untuk membaca. Kemudian dari tehnologi yang selalu mekea kerjakan seperti main facebook, twoo, hampir setiap hari mereka melakukan hal tersebut sampai-sampai didalam kelas. Faktor pengalaman, kebanyakan siswa keinginan untuk melakukan hal yang baru dari pada hanya untuk belajar dirumah maupun disekolah, pengalaman menurut mereka adalah faktor yang paling terpenting sama halnya dengan bermain game atau disebut juga Play Station yang sangat cendrung melakoninya setiap hari sehingga luapa akan waktu untuk belajar sampai pada akhirnya ketagihan untuk memainkan game tersebut dan akan mengakibatkan semangat belajarnya menurun dan nilai akademiknya juga menurun. Responden juga mengatakan bahwa membaca hanya sebuah kebutuhan untuk bisa menjawab pada saat ujian. Kemudian dari guru telah menegaskan bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat belajar yaitu dari (a) Faktor Ekonomi terhadap perkembangan siswa, keadaan ekonomi keluarga sangat berpengaruh pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Sehingga dapat mengakibatkan kurangnya minat membaca karena minimnya ekonomi orang tua, menurut (Saifullah Saifi & Tariq Mahmood, 2012), Pendapatan dapat didefinisikan sebagai upah, gaji, keuntungan, sewa, dan setiap aliran pendapatan yang diterima. Jadi pendapatan ekonomi merupakan inti utama dalam menjalankan aktivitas di

segala bidang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (b) faktor pendidikan orang tua, menurut Amir Faisal dan Zulfanah (2011 : 94), mengatakan bahwa, tidak ada satu orang tuapun yang tidak menginginkan anaknya menjadi manusia yang berbudi luhur, berhati mulia, berotak cerdas dan terampil disuatu bidang. Tetapi pada kenyataanya persepsi orang tua terhadap pendidikan siswa yang sangat rendah, jadi tingkat pendidikan orang tua yang kemudian akan mengakibatkan rendahnya usaha orang tua untuk menyekolahkan anaknya. (c) faktor pergaulan, sikap pergaulan siswa yang tidak terkendali sangat memicu rendahnya minat siswa untuk membaca terutama pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Menurut Thursan Hakim, (2005 : 17), fakto ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Menurut Thursan Hakim juga, lingkungan masyarakat atau tempat tertentu yang dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan tertentu yang banyak dikunjungi orang yang lebih mengutamakan kesenangan atau hura-hura seperti diskotik, pusat perbelanjaan dan tempat hiburan lainnya. 2. Pembahasan Kondisi siswa dalam minat belajar sangatlah minim, dengan waktu membaca hanya sekitar sepuluh menit, itupun kadang-kadang sampai siswa tidak berniat untuk membaca setiap hari, siswa lebih suka berbicara dengan teman-temannya dan menyimak dibanding membaca maksudnya ngegosip cerita-cerita kejadian dikelasnya maupun diluar kelas, sehingga menganggap tidak terlalu penting untuk mengalokasikan waktu untuk membaca, ketika siswa disuruh untuk membaca dan belajar, siswa tersebut tidak tau buku apa yang harus dibaca di rumah, sering dilontarkan oleh gurunya di kelas bahwa,

dengan proses membaca dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Tetapi setelah peneliti lakukan pengamatan, siswa yang sudah diberitahukan oleh gurunya tersebut masih enggan dalam membaca, karena mungkin asumsi dari sebagian siswa akan membaca itu bisa dilaksanakan kapan saja atau tidak sama sekali, atau bisa waktu dekat mid semester atau mungkin ujian kenaikan kelas ini merupakan suatu pembelajaran yang membudaya sejak dulu atau disebut juga belajar kebut semalam, peneliti rangkum dari hasil wawancara terhadap responden siswa bahwa ada hal-hal yang membuat mereka rendah dalam membaca yaitu: a. Malas, ini yang akan menjadi masalah bagi siswa untuk membaca. Malas bisa diakibatkan oleh minat dan motivasi yang rendah dalam diri siswa. Selain minat dan motivasi yang rendah, kecenderungan siswa tidak memiliki gairah dalam membaca. Jika hal ini sudah mendarah daging dalam diri siswa maka rasa malas akan meluap dihati mereka, dikarenakan kemalasan sudah terbiasa pada diri siswa dan orang tuapun membiarkan hal tersebut terjadi. b. Tidak tahu buku apa yang harus dibaca, ini memang sudah sangat kedengaran dari sebagian pelajar yang ada di Lombok Barat khususnya tempat saya meneliti. Ketika responden ingin sekali membaca tetapi pada akhirnya mereka tidak tahu buku apa yang harus dibaca, bagaimana mungkin siswa tidak tau buku yang mana harus dibaca menurut peneliti melihat catatan mereka yang campur aduk dengan materi yang lain, sehingga menyebabkan mereka kebingungan untuk membaca yang seharusnya dibaca, oleh karena itu timbul rasa keengganan. Dan setiap berangkat sekolah mereka hanya berbekal buku tulis saja, dan tidak ada buku paket untuk dibaca begitu juga mereka yang mempunyai buku,

10

mereka melihat buku yang begitu tebal, tiba-tiba dalam diri mereka muncul pikiran bahwa akan membutuhkan banyak waktu untuk membaca buku tersebut, terlebih lagi apabila buku tidak ada gambarnya sama sekali, rasa enggan untuk membaca semakin membesar. c. Genk (berkelompok dengan teman-teman yang terbiasa dengan dirinya atau akrab, nyaman dan sebaya terhadapnya), genk ini sangat mempengaruhi rendahnya minat baca siswa karena adanya ajakan dari teman-temannya untuk pergi bermain-main, kenapa demikian karena ada cerita dari siswa bahwa ketika saat ingin membaca suatu mata pelajaran yang diinginkan, kemudian ada temannya atau genk untuk mampir kerumahnya, maka kegiatan untuk ingin membaca buku tersebut dilepaskan untuk melayani genknya atau teman sebaya. d. Hal Pekerjaan, memang sebagian pekerjaan dari orang tua siswa tersebut adalah petani dan pedagang, menurut responden, mereka setelah pulang sekolah langsung membantu orang tuanya untuk bekerja dan setelah pulang dalam membantu pekerjaan orang tua menjadi kelelahan dan lambat laun siswa dengan kelelahannya tersebut akan menikmati untuk santai sejenak kemudian lama dengan santainya akan menimbulkan rasa enggan untuk membaca, jadi alasan hal pekerjaanlah yang membuat kemalasan dalam membaca, sehingga waktu untuk meluangkan waktu dalalm membaca tidak bisa direalisasikan dan bisa juga tertunda untuk itu. e. Pacaran, memang keremajaan pada saat ini selalu ingin merasakan cinta dengan sang pujaan hati, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan kekanakan menuju masa kedewasaan (Intan Adevia Rosnarita : wordpress). Pacaran sudah menjadi kebiasaan tradisi bagi setiap remaja karena pacaran secara harfiah sebenarnya bukanlah ditunjukkan untuk remaja yang baru naik daun alias ABG, melainkan ditunjukkan kepada

11

orang dewasa yang sudah mulai kejenjang pernikahan, tetapi semacam itu tidak banyak siswa yang mengetahui hal tersebut, malahan tidak dihiraukan olehnya yang penting dapat menikmati hasrat untuk berpacaran dengan pasangannya, pacaran juga akan menimbulkan dampak negative pada diri siswa seperti halnya mudah terjerumus ke perziahan yang dilarang oleh agama dan mengurangi produktivitas untuk proses pembelajaran dalam hal membaca. Jadi kejadian seperti itu untuk menuju langkah melakukan proses pembalajaran untuk membaca jauh ditinggalkan karena telah terlena dengan yang namanya pacaran, hal ini akan mengakibatkan di dalam diri siswa akan jenuh untuk membaca. f. Mood, Mood adalah sesuatu yang sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa, apabila siswa sedang tidak mood siswa akan belajar dan membaca. Ini juga merupakan faktor yang harus dihapus oleh siswa, karena berpengaruh terhadap kebiasaan untuk bertindak, jadi waktu untuk melakukan hal tersebut akan tertunda, tertunda ini bisa mengakibatkan pengetahuan menjadi tertunda dan terbelakang. g. Tehnologi, semua siswa ataupun pelajar membutuhkan yang namanya tehnologi seperti tv, hp, dan tehnologi canggih lainnya, tetapi malah sebaliknya dengan datangnya suatu tehnologi ini siswa mempergunakan yang tidak-tidak dan melupakan yang namanya membaca dan belajar. sekarang ini banyak siswa yang kalah dengan kemajuan tehnologi seperti main facebookan sampai lupa waktu, sehingga siswa enggan untuk membaca apa yang harus dibaca, kebanyakan siswa mengenali hal yang baru dari pada untuk membaca. h. Pengalaman, (lebih baik mencari pengalaman dari pada membaca), pengalaman dalam hal ini, siswa hanya ingin mengetahui perkembangan zaman, contohnya saja ingin mengetahui hal-hal baru yang ditemukannya

12

atau tempat yang tidak pernah ia lihat, hal ini juga mengakibatkan pergaulan bebas anak yang tidak bisa diatur oleh orang tuanya, sehingga menyebabkan anak akan kesewenangan untuk keluar dari rumah, jadi dalam artian bahwa siswa menuntut dirinya untuk mengetahui wawasan baru, seperti halnya jalan-jalan ketempat yang ramai dan ketempat yang tidak pernah ia ketahui itulah sebuah gaya hidup yang baru (life style). i. Game atau disebut juga PS (Play Station), permainan ini sudah terkenal banget sebagai salah satu faktor yang membuat seseorang malas dalam membaca dan belajar, jadi adanya permainan seperti ini siswa kecanduan berlama-lama di depan permainan sehingga waktu disia-siakan begitu saja oleh mereka, datangnya PS ini juga mengakibatkan siswa mencuri uang orang tua dan menjual beras demi memuaskan kesenangan. Apabila siswa keterlaluan dalam permainan dan terus-menerus dilakukan maka siswa secara otomatis tidak bernafsu untuk belajar dan membaca karena siswa tersebut sudah mentok untuk memainkan permainan tersebut atau disebut juga kecanduan. Dari rasa yang telah diungkapkan itu, siswa enggan untuk membaca dan belajar, apabila dibiarkan oleh pendidik dan pengasuh dari orang tua, maka akan semakin besar kemalasan membaca terhadap siswa. Padahal setiap tanggal 17 Mei telah diperingatkan kepada seluruh pelajar indonesia untuk rajin membaca, dan giat belajar, hari tersebut dinamakan dengan Hari Buku Nasional. Sedangkan menurut respon dari guru banyak upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan minat baca siswa salah satunya yaitu guru memberikan petunjuk-petunjuk setiap minggu sekali demi menciptakan suasana yang kondusif demi terwujudnya jiwa, semangat, dan motivasi dalam membaca yang optimal. Mungkin dalam hal petunjuk-

13

petunjuk ini dimaksudkan adalah memberi instruksi kepada siswa sintaks atau langkah-langkah belajar yang efektif dirumah ataupun diluar rumah, tetapi pada saat peneliti melihat dan menyelidiki masih saja dengan kemalasan yang ada pada diri siswa. Kata responden dari guru telah menyebutkan bahwa ada faktor-faktor penyebab dari rendahnya minat baca siswa diantaranya adalah sebagai berikut : a. Kondisi Minat Baca Siswa pada Faktor Ekonomi Faktor ekonomi merupakan suatu hal untuk menunjang pertumbuhan siswa dalam meraih keinginan, keinginan siswa tersebut seperti memiliki buku yang bagus dan yang layak atau keinginan yang menunjang untuk mendapatkan pengetahuan. Keingninan seperti inilah yang menjadi kendala dari siswa tersebut karena keingninan itu tidak akan terpenuhi jika tidak ditunjang oleh faktor ekonomi. Faktor tersebut bermuara pada faktor ekonomi orang tua karena kebutuhan akan biaya pendidikan anak sangat bergantung kepada ekonomi orang tua. Jika ekonomi orang tua rendah dan minim maka kemungkinan akan menghambat pertumbuhan kualitas anak. Karena sebagian besar mata pencaharian orang tuanya sebagai adalah petani pedagang kecil-kecilan (PKL). b. Faktor Pergaulan Bebas Pergaulan bebas dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakatnya. Jika kondisi lingkungan keluarga anak hancur dalam artian bahwa broken home, maka akan merusak pola pikir anak yang akan berdampak pada kualitas pendidikan anak, pikiran anak akan tidak menentu dengan kekerasan orang tua maka tidak heran tekanan batin anak tersebut akan terganggu. Kemudian dari faktor lingkungan masyarakat terlihat dari pergaulan anak yang cenderung bebas sehingga mempengaruhi daya fokus anak dalam belajar dan

14

membaca. Contohnya saja banyak jenis hiburan, permainan dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian siswa dari buku, surfing di internet walaupun masalah internet ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca, hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi siswa, kemudian banyak tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke, mall dan supermarket, apalagi dengan maraknya anak-anak brutal yang kurang terdidik oleh orang tuanya, sehingga siswa sering menghabiskan waktunya untuk haking atau jalan-jalan setiap hari sabtu dan minggu (week end), atau dikarenakan orang tua anak itu sudah tidak bisa lagi untuk diatur. Hal yang seperti itu akan mengakibatkan siswa terjerumus kedalam hal yang tidak diinginkan oleh orang tua. c. Pendidikan Orang Tua Persepsi orang tua terhadap pendidikan akan mempengaruhi usaha mereka untuk menyekolahkan anaknya, misalnya pemikiran orang tua yang lululusan SD berbeda pola pikirnya dengan orang tua yang lulusan serjana tehadap pendidikan, oleh karenanya persepsi semacam itulah yang mendiskreditkan anak dalam menuntut ilmu karena pola pikir dari pendidikan orang tua yang tidak terlalu tinggi akan pendidikan anaknya. Dari ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa guru, orang tua ataupun masyarakat bersama-sama membangun dan menjaga anaknya untuk mencapai suatu pendidikan yang tinggi dan sadar akan pentingnya pendidikan. Serta semua pihak terkait selalu mengawasi dan memberikan arahan kepada anaknya guna untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

15

C. PENUTUP 1. Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disekolah Madrasah Aliah Darunnajah Al-Falah, maka dapat disimpulkan sebagai beriukut : a. Dari jawaban siswa, mereka telah mengeluarkan keluhan terhadap peneliti berupa ada keajegan-keajegan untuk mencapai proses membaca yaitu adanya keterbatasan ruang dan waktu seperti membantu pekerjaan orang tua, kemudian juga hanya meluangkan waktu untuk bermain dengan genknya demi kebersamaan yang tidak ada manfaatnya, kemudian mengenai pacar ataupun masalah cinta yang membuat mereka tidak focus atau malas untuk membaca, Dalam keadaan mood juga siswa hanya ada suatu keinginan untuk kadang-kadang memegang buku, tetapi dalam kesehariannya siswa hanya terpancing dengan perkembangan tehnologi yang sekarang ini begitu gemar digunakan oleh kalangan remaja, selanjutnya mereka hanya memilih bersenang-senang untuk rekreasi setiap minggunya (week and) bersama teman sebaya atau genk, dari sisi pengalaman juga merka hanya memilih menemukan hal-hal yang baru seperti jalan-jalan ke jalan lingkar selatan untuk melihat perkembangan entah apa yang dilakukan, sehingga proses membaca sering terbelakangi. b. Dari responden guru, nilai untuk menanamkan proses membaca pada siswa memang sangat sulit, karena terkadang bisa juga dari faktor orang tua yang hanya berpenghasilan sangat minim, maka dari itu, siswa tidak mendapatkan waktu luang untuk melakukan aktivitas membaca, dari fakor ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual siswa, kmudian dari faktor pergaulan bebas, memang sangat miris sekali dipandang oleh para orang tua anak, karena dari pergaulan bebas tersebut

16

bisa saja anak terjerumus kepada kehidupan yang tidak-tidak sehingga anak akan terasa menjauh dari proses membaca tersebut. 2. Saran Mengingat masih rendahnya minat baca siswa disekolah, oleh karenanya bahwa pihak dari guru, orang tua dan masyarakat harus sadar terhadap perilaku dan pendidikan anaknya serta harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas belajar anak serta membiasakan teladanteladan edukatif yang yang dapat menumbuhkembangkan budaya membaca. setiap siswa juga perlu untuk merenungkan kembali kejadian-kejadian apa yang sudah diperbuatnya, dan guru juga perlu setiap harinya di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk mengawasi anak didiknya, dan diberikan pencerahan secara terus menerus sehingga mereka akan menyadari bagaimana harapan dan cita-citanya di hari esok kelak. Dan sebaiknya siswa harus menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat dan bisa membagi waktu dengan kegiatannya sehari-hari tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Aoer, Cyprianus. 2005. Masa Depan Pendidikan Nasioanl. Jakarta Timur : Center For Poverty Studies. Rahim, Farida. 2006. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Gie, Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press. Faisal, Amir. & Zulfanah. 2011. Membangkitkan Gairah Anak Untuk Berprestasi. Jakarta : Elex Media Komputindo Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara.

17

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&B). Bandung : Alfabeta. Yusriana, Desi. 2010. Penerapan Metode Cooperative Learning Monel Number Head Together Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran PKn Pada Kelas VII B Semester 1 Di SMPN 1 Labuhan Haji. Laporan Penelitian. Mataram. Program Studi S1 PKn FKIP Universitas Mataram. Adevia, Rosnarita Intan dkk. 2011. Pacaran Pada Remaja. (Online), (http://shabbylunatics.wordpress.com/2011/01/26/.html. diakses 25 Mei 2013) Firly, Mashita. 2012. Meningkatkan Minat Baca dikalangan Pelajar. (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/21/451425.html.diakses 11 Mei 2013) Setiawan, Roni & Siti, Nurwahidah. 2008. Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pernikahan. Jurnal Soul (Online), Vol. 1 No. 2 (www.ejournal unisma.net/ojs/index.php/soul/.pdf, diakses 07 Juni 2013) Saifi, Saifullah. & Mahmood, Tariq. 2012. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Prestasi Siswa, (Onlien), (http://misteriyana.wordpress.com/2012/10/07/ diakses 08 Juni 2013)

18

Minat baca adalah potensi untuk membaca. Menurut [5]Melling ( 2011 : 48) Potensi untuk membaca itu akan menjadi kebiasaan membaca jika ada cukup waktu untuk membaca dan ada bahan bacaan untuk dibaca. Sering atau tidak seringnya seseorang membaca dapat menjadi indikator tinggi-rendah minat baca. Selain itu, bila bahan bacaan atau tulisan yang akan dibaca tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan membacanya dengan sepenuh hati dan perasaannya, karena tidak ada daya tarik dari bahan bacaan tersebut.

Simanjuntak, Melling. 2011. Memaknai Hakikat Minat Baca. Jakarta: Visi Pustaka.

19

Anda mungkin juga menyukai