Anda di halaman 1dari 23

Peranan Immunostimulator sebagai peningkat kekebalan tubuh & antivirus

Sistem Imunitas
Sistim imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau nonspesifik dan sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistim imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital memungkinkan respon imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktivasai limfosit (imunitas

Skema/gambar sistem imun

Infeksi Virus
Mekanisme nya?

Immunostimulator
Imunomodulasi merupakan pengaturan respon imun, bisa meningkatkan atau bisa menurunkan sistem imun. Pengaturan respon imun tsb melibatkan induksi, ekspresi atau amplifikasi respon imun. ~Imunomodulasi melibatkan perubahan sistem imun tubuh akibat agen (substansi) baik yg dpt meningkatkan maupun menurunkan fungsi sistem imun tsb. Jika pengaturan ditujukan untuk meningkatkan sistem imun tubuh maka disebut imunostimulan. Jika pengaturan untuk menurunkan sistem imun maka disebut imunosupresan. Imunostimulan sering digunakan pada : penyakit autoimun, alergi, kanker, infeksi viral, aids, dll.

Imunostimulasi
disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan.

Terdapat 2 jenis kategori imunostimulan: Imunostimulan Spesifik melibatkan antigen tertentu yg dpt berpengaruh pada sistem imun e.g : vaksin & antigen Imunostimulan Non spesifik stimulasi komponen sistem imun tanpa antigen tertentu e.g: ajuvan

Imunostimulan Non spesifik & ajuvan


Imunostimulan Non spesifik & ajuvan tidak memiliki target sel tertentu ataupun antigen tertentu, melainkan meningkatkan sistem imun scara umum. Contoh : Sitokin Mediator kimia yg dibentuk oleh sel sistem imun. Sitokin penting dalam mengontrol pertumbuhan dan aktivitas sistem imun lain & sel darah dalam tubuh. Interleukin Interleukin merupakan grup sitokin yg berfungsi sbg mediator kimia sel darah putih. Interleukin-2 membantu sistem imun untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat. Efek samping : flu like symptoms ( menggigil, demam, lemah, kebingungan); peningkatan berat badan; mual; muntah; diare; kadang disertai hipertensi. Interferon IFN-a menaikkan kemampuan sel imun untk melawan sel kanker, juga memperlambat pertumbuhan sel kanker secara langsung. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor Merupakan sitokin yang menyebabkan sumsum tulang memproduksi lebih banyak sel sistem imun & sel darah. Obat lain yang dpt meningkatkan sistem imun
Thalidomid

Indikasi : multiple myeloma, kanker lain Mekanisme cara kerja belum diketahui secara spesifik Efek samping : drowsiness, fatigue, konstipasi, neuropati
Lenalidomide mirip thalidomid

Indikasi : multiple myeloma, kanker lain Efek samping : penurunan platelet & penurunan angka lekosit
Imiquimond topical

Meningkatkan sistem imun local melawan sel kanker kulit.

Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut:


1. Biologik a. Hormon timus Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik. b. Limfokin Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas. c. Interferon

e. Transfer factor / ekstrak leukosit Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa. f. Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.

g. Bahan asal bakteri - BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik). - Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada keganasan. - Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG. - Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan. - Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag h. Bahan asal jamur Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan. Bahanbahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments

d. Bahan-bahan lain Berbagai bahan yang telah digunakan secara eksperimental di klinik adalah: - Azimexon dan ciamexon: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler. - Bestatin: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral. - Tuftsin: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan granulosit. - Maleic anhydride, divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK. - 6-phenil-pyrimidol: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.

Bahan-bahan herbal yang digunakan sebagai imunostimulator antara lain Morinda citrifolia, Centella asiatica, jamur Maitake, Echinacea dan Phyllanthus sp. Bahan-bahan tersebut dipercaya memiliki berbagai khasiat yang menguntungkan bagi kesehatan. Ekstrak Echinacea dinyatakan memiliki efek stimulasi sistim imun, antiinflamasi dan antiinfeksi, Phyllanthus sp. dipercaya memiliki efek antivirus, antiinflamasi, analgetik dan masih banyak lagi, sedangkan jamur Maitake sejak dahulu dipercaya sebagai bahan makanan yang bernilai gizi sangat tinggi dan dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Propolis ???

Systematic review
Del-Rio-Navarro BE, Espinosa-Rosales FJ, Flenady V, Sienra-Monge JJL. Immunostimulants for (immunostimulants
(herbal extracts, bacterial extracts, synthetic compounds),

Preventing respiratory tract infection in children. Cochrane Database of Systematic Reviews 2006 Main results Thirty-five placebo-controlled trials (4060 participants) provided data in a form suitable for inclusion in the meta-analyses. When compared with placebo, the use of IS was shown to reduce ARTIs measured as the total numbers of ARTIs (MD -1.24; 95% CI -1.54 to -0.94) and the difference in ARTI rates (MD -38.84%; 95% CI -46.37% to -31.31%). Trial quality was generally poor and a high level of statistical heterogeneity was evident. The subgroup analysis of bacterial IS, D53 and OM-85 studies produced similar results, with lower heterogeneity. No difference in adverse events was evident between the placebo and IS groups. Authors conclusions This review shows that IS reduce the incidence of ARTIs by 40% on average in susceptible children. Studies in healthy children are not available. Although the safety profile in the studies was good, some IS may be unsafe. ARTI-susceptible children may benefit from IS treatment. Further high-quality trials are needed and we encourage national health authorities to conduct large, multicentre, doubleblind, placebo-controlled RCTs on the role of IS in preventing ARTIs in children

diagram

Methisoprinol
active substance: isoprinosine [ISO]) is a form of inosine that acts as a stimulator of the immune system. It is currently under investigation for use in cancer therapy, in the treatment of herpes virus and rhinovirus infections, and in immune restoration in pre-AIDS patients.[7] It has been shown that ISO restored lymphocyte proliferation, NK activity, and neutrophil chemotaxis to normal or near normal levels in aging humans [8]. Methisopronin antagonizes the seruminhibiting activity present in the sera of patients affected by immunoproliferative diseases (Hodgkins disease and multiple myeloma), and causes a significant recovery of this leukocyte function [9]. Furthermore, it stimulates lymphocytes and monocytes to produce substances that activate neutrophil chemotaxis [10]. ISO also appears to potentiate the production of interleukin 1 and interleukin 2 in cultures of lipopolysaccharide stimulated human monocytes and phytohemagglutinin stimulated cultures of blood mononuclear cells, respectively, at pharmacological

The influence of methisoprinol on the spleen phagocyte and blood lymphocyte activity in rats in vitro study
ANDRZEJ K. SIWICKI1, LESZEK JUNG2, JOANNA MAACZEWSKA1, ROMAN WJCIK1 1Department of Microbiology and Clinical Immunology, University of Warmia and Mazury, Olsztyn, Poland; 2Comprehensive Rehabilitation Center, Konstancin-Jeziorna, Poland Abstract The application of immunostimulators in human and veterinary medicine offers a wide of attractive method for inducing or modulating protection against infection diseases. In the present study we determined the in vitro influence of different concentrations of synthetic product methisoprinol on the proliferative response of blood lymphocytes stimulated by concanavaline A (ConA) and lipopolisaccharide (LPS) in rats. Also the metabolic ability and potential killing activity of spleen phagocytes were examined. For this study 10 adult male and 10 adult female rats were used. Peripheral blood was obtained by venous puncture (Vacutainer set). The proliferative ability of the blood lymphocytes stimulated by mitogens was determined by MTT assay. The respiratory burst activity (RBA) and potential killing activity (PKA) were determined by spectrophotometric assay. In each experiment, the concentrations of methisoprinol used in the RPMI 1640 medium were 0, 0.5, 1, 5, 10, 25 and 50 g methisorinol/ml of medium. The present study shows that a concentrations between 5 to 50 g/ml of methisoprinol statistically significantly (p < 0.05) increase the mitogens-induced proliferation rate of rats lymphocytes T and B and we have not observed statistically significant difference between male and female. The analysis of the results showed that the methisoprinol increased the metabolic ability (RBA) and potential killing activity (PKA) of spleen phagocytes at concentrations between 5 and 50 g/ml, compared to the control. The highest RBA and PKA were observed at concentrations between 10 to 50 g/ml and also we have not observed statistically significant difference between male and female animals. Key words: methisoprinol, rats, lymphocyte proliferation, phagocyte activity. (Centr Eur J Immunol 2009; 34 (4): 227-231)

Jurnal2 ttg ISO

Simpulan

Anda mungkin juga menyukai