Anda di halaman 1dari 7

Kita semua sepakat bahwa rokok itu berbahaya bagi.

Rokok adalah bahan yang berbahaya dan adiktif bahkan sudah diakui oleh produser rokok Sampoerna-Philip Morris. Rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya, 69 diantaranya adalah karsinogenik, beberapa zat berbahaya itu adalah tar, sianida, arsen, formalin, karbon monoksida, dan Nitrosamin. Selain itu, rokok adalah penyebab kematian terbesar yang dapat dicegah, 1 dari 10 kematian orang dewasa disebabkan oleh rokok. Tiap tahun rokok menyebabkan kematian 5,4 juta orang (WHO,2004) atau rata-rata kematian setiap 5,8 detik. Potret Rokok di Indonesia Berikut beberapa fakta terkait dengan rokok yang ada di Indonesia Fakta 1: Jumlah rokok dan perokok di Indonesia Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia dalam hal jumlah perokok. Sekitar 60 juta penduduk Indonesia merokok. Kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok tiap tahun mencapai 429.948 orang atau 1.172 orang oer hari (Profil Tembakau Indonesia,2007). Bahkan, kerugian akibat rokok melebihi pendapatan cukai. Tahun 2005 cukai sebesar Rp 32,6 trilyun dari rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat cukai rokok. Konsumsi rokok tahun 2008 mencapai 240 miliar batang per hari atau 658 juta batang per hari (tempo interaktif,2009). Ini berarti 330 Miliar dibakar oleh perokok Indonesia dalam sehari! Fakta 2: Persentase dari perokok di Indonesia Percaya atau tidak, prevalensi perokok terus menaik dari tahun ke tahun di Indonesia. Pada tahun 1995 terdapat 27% dewasa dan 7,1 % remaja umur 15-19 tahun yang merokok, bandingkan kenaikannya dengan tahun 2004 yang perokok dewasanya sebesar 34,4 % dengan remaja umur 15-19 tahun yang merokok sebesar 17,3% (data

dari Fact Sheet TCSC ISMKMI). Data susenas tahun 2004 menunjukkan bahwa hampir 70% laki-laki berpendidikan rendah adalah perokok. Pengetahuan kesehatan keluarga miskin yang berpendidikan rendah inilah yang tampaknya menjadi penyebabnya. Fakta 3: Harga dan Cukai rokok di Indonesia. Harga rokok di Indonesia sangat rendah karena cukai yang dikenakan sangat rendah (yakni 38% terendah setelah kamboja), sehingga konsumsi rokok meningkat. Hal ini bisa dibandingkan dengan harga jual rokok Marlboro pada tahun 2008 yang di Singapura berharga USD 8.64, di Malaysia USD 2,56 sementara di Indonesia hanya USD 1,01 (data dari Fact Sheet TCSC ISMKMI). Rokok juga menjadi pengeluaran terbesar kedua bagi para rakyat Indonesia. Pada data di Lembaga Demografi FE UI tahun 2006 tercatat pengeluaran rokok sebesar 11,89%, setengahnya dari pengeluaran terhadap padi-padian yang mencapai 22,10%, namun lebih tinggi daripada Listrik, telepon dan BBM yang sebesar 10,95 % serta lebih tinggi dari pada Sewa dan Kontrak yang mencapai 8,82%. Fakta 4 : Peningkatan cukai tembakau tidak akan mengurangi pendapatan negara. Penerimaan cukai tembakau meningkat 29 kali lipat dari Rp 1,7 trilyun menjadi Rp. 49,9 trilyun dari tahun 1990-2008. Ini bukti bahwa kenaikan tingkat cukai tembakau yang dilakukan pemerintah efektif untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan fakta ini, mitos bahwa peningkatan cukai tembakau akan mengurangi penerimaan negara dapat terbantahkan. Ironisnya, kontribusi cukai ini terhadap total penerimaan negara menurun menjadi 5,2% pada tahun 2008. Peningkatan cukai sebesar 2 kali lipat akan menambah
1. Pendapatan masyarakat sebesar Rp. 491 Milyar 2. Output perekonomian sebesar Rp. 333 Milyar 3. Lapangan kerja sebanyak 281.135

Dilain sisi, peningkatan cukai menjadi 57%, maka:


1. Jumlah perokok akan berkurang 6,9 juta orang

2. Jumlah kematian terkait rokok turun 2,4 juta 3. Penerimaan negara dari cukai tembakau bertaambah dengan Rp. 50,1 trilyun.

(Sumber : Lembaga Demografi FE-UI) Fakta 5 : Perokok pasif di Indonesia Dari data Susenas tahun 2004, 71 % keluarga mempunyai satu perokok, 84 % perokok berusia 15 tahun ke atas. Merokok di rumah membuat anggota keluarga lainnya menjadi perokok pasif yang 3 kali lebih berisiko daripada perokok itu sendiri. Berdasarkan data pada tahun 2004, perokok pasif terbesar di Indonesia adalah perempuan (66 %). Fakta 6 : Iklan rokok Iklan, promosi dan sponsor rokok adalah strategi pemasaran ampuh untuk mempengaruhi anak dan remaja. Berdasarkan studi UHAMKA dan Komnas Anak pada tahun 2007 terdapat 99,7% anak melihat iklan rokok di televisi, 68% berkesan positif pada Iklan rokok, serta 50% lebih percaya diri seperti di Iklan. Fakta 7: Rokok dan pertanian tembakau Produksi rokok yang terus meningkat 7x dari 35 ke 235 Milyar batang selama 19612005 mengindikasikan pemenuhan suplai dari tembakau Impor. Pertanian tembakau lokal pun bukan menjadi penghasil utama tembakau, hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor netto (nilai ekspor dikurangi nilai impor) pada rentang waktu 2001-2005 yang minus USD 27-48 juta, atau rata-rata USD 35 juta per tahun. Fakta 8 : Pengendalian konsumsi rokok tidak akan mematikan petani tembakau Seperti industri rokok, pengendalian konsumsi rokok tak akan mematikan petani tembakau. Bila kebutuhan industri rokok akan tembaku berkurang, yang terkena dampaknya adalah importir tembakau. Hal ini dikarenakan karena produksi nasional tembakau pada tahun 2007 berjumlah 164.851, ekspor tembakau 46.834, kebutuhan

industri 187.759, sementara impor berjumlah 69.742 (37%). Berarti baru 37 tahun lagi petani tembakau akan terancam. Fakta 9: Pengendalian konsumsi rokok tidak akan mematikan industri rokok Di negara maju, tak ada industri rokok yang tutup karena pengendalian konsumsi rokok. Di Indonesia, belum ada peraturan pengendalian tembakau, namun sudah ada industri yang bangkrut karena tak mampu menyaingi industri rokok yang besar dan multinasional. Fakta 10: Pengendalian konsumsi rokok mengurangi pendapatan negara dari cukai rokok? Rokok adalah produk inelastis dan adiktif, ini berarti rokok akan terus dibeli jika harganya terjangkau. Bila harganya tinggi, pendapatan cukai akan naik dan penduduk miskin mengurangi konsumsi. Berkurangnya konsumsi rokok tentu akan mengurangi peneluaran negara dan rakyat untuk mengobati penyakit akibat rokok yang sebesar Rp 167 triliun. Apapun alasannya, apapun mitosnya, apapun faktanya, merokok tetaplah buruk untuk manusia. Hentikan rokok sekarang juga!

Hari ini di seluruh dunia diperingati hari tanpa tembakau. Bagaimana khabarnya di Indonesia? ikuti fakta berikut: 1. Indonesia menempati urutan teratas di dunia di lihat dari peningkatan jumlah perokoknya. Padahal di sebagian besar negara, terutama negara maju, jumlah perokok cenderung menurun. 2. 70 % perokok di Indonesia adalah termasuk warga miskin, dan lebih hebat lagi rokok adalah belanja terbesar kedua setelah beras. Jangan-jangan BLT juga untuk beli rokok. 3. Cukai rokok di Indonesia adalah termurah (persentase terhadap harga rokok) di dunia, setelah Laos. Padahal saya tahu juga( kebetulan saya berkenalan dg orang yg berkecimpung disitu), yg tanpa cukaipun banyak juga dipasar gelap rokok. 4. Cukai rokok yg ditarik oleh pemerintah Indonesia, tak ada sedikitpun yg disalurkan untuk dana kesehatan. Padahal sangat jelas bahanya rokok.. 5. Presiden SBY beberapa waktu yg lalau meresmikan pabrik rokok di Jawa Timur, katanya salah satu tujuannya untuk mensejahterakan rakyat kecil! Memang banyak yg kontradiktif di negeri ini. 6. Indonesia termasuk dari sedikit negara di dunia yang membolehkan iklan rokok di televisi (aturan ini semakin bebas sejak era gusdur dan mega). Pantesan.. 7. Indonesia bertekad memerangi HIV-AIDS, tapi rokok dapat diakses oleh siapa saja, padahal para penggede bangsa ini tahu kalau rokok merupakan salah satu pintu masuk menuju ke sana. 8. Ada RPP/RUU tentang pembatasan peredaran/akses rokokyg ada di DPR, tapi sayangnya anggota dewan tidak akan membahasnya sampai tahun 2009 karena dianggap tidak penting! 9. Katanya kalo merokok itu nasionalis (nyumbang cukai pada negara), padahal pemilik pabrik rokok terbesar di Indonesia dimiliki Philip Morish (sorry kalo tulisannya salah) yg notabene punya Amrik. So, ketika anda merokok ya berarti anda nyumbang pada Amrik. Memang di negeri ini aneh. (kayaknya banyak dech kita terlalu bermurah hati pada negara lain yg sudah maju). 10. Jangan harap peringatan bahaya merokok dalam setiap bungkus rokok mempan dan diikuti oleh masyarakat kita, lha wong yg di fatwa haram aja, malah laris kayak kacang goreng. Hehe.

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Kebiasaan merokok memang sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Padahal efek-efek yang merugikan akibat merokok sudah diketahui dengan jelas. Indonesia sebagai salah satu negara terpadat di dunia pasti memiliki cerita tersendiri mengenai benda satu ini. Karena sebagian orang Indonesia menganggap rokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Nah, berikut ini kami menjelaskan data dan fakta mengenai konsumsi rokok di negara tercinta kita ini.

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Kebiasaan merokok memang sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Padahal efek-efek yang merugikan akibat merokok sudah diketahui dengan jelas. Indonesia sebagai salah satu negara terpadat di dunia pasti memiliki cerita tersendiri mengenai benda satu ini. Karena sebagian orang Indonesia menganggap rokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Nah, berikut ini kami menjelaskan data dan fakta mengenai konsumsi rokok di negara tercinta kita ini.

Konsumsi Tembakau Indonesia salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi.

Prevalensi Merokok Hampir satu dari tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001. Lebih banyak pria di pedesaan yang merokok. Prevalensi merokok di kalangan pria dewasa di pedesaan adalah 67,0 % dibandingkan dengan 58,3 % di perkotaan. 73% pria tanpa pendidikan formal merokok.

Lebih dari 7 dari 10 (73%) pria tanpa pendidikan formal merokok, dibandingkan dengan 44,2% pada mereka yang tamat SLTA. Pria berpenghasilan rendah prevalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah. Makin rendah penghasilan, makin tinggi prevalensi merokoknya. Sebanyak 62,9% pria berpenghasilan rendah merokok secara teratur dibandingkan dengan 57,4% pada pria berpenghasilan tinggi. Namun pendidikan yang lebih tinggi berarti konsumsi yang lebih tinggi pula. Pria berpenghasilan tinggi merokok sekitar 12,4 batang per hari dibandingkan dengan 10,2 batang pada pria berpenghasilan rendah.

Umur Mulai Merokok Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun.

Paparan asap tembakau lingkungan atau perokok pasif Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91.8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). ETS menyebabkan kanker. Bayi dan anak yang terpapar ETS mengalami peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya.

Anda mungkin juga menyukai