“WAJAH EKONOMI INDONESIA”
PENDAHULUAN
Indonesia melakukan perubahan besar dalam bidang perekonomian. Hingga orade lama
berkuasa, Indonesia menganut sistem ekonomi rakyat. Namun setelah orde baru berkuasa meski dalam
labelnya tetaplah sistem ekonomi rakyat namun nyatanya telah termodifikasi ke sistem ekonomi liberal.
Rezim orde baru berkuasa Indonesia masuk kagenagen Barat seperti IMF dan Bank Dunia, dan
perekonomian Indonesia pun dibentuk sesuai dengan rancangan kepentingan investor Barat.
Sejak itulah pengusahapengusaha asing (khususnya Barat) bebas masuk ke Indonesia, bahkan
dengan begitu beberapa perusahaan lokal runtuh. Bermula dari sinilah pembangunan Indonesia
agaknya tergantung dengan dana asing. Padahal pada orde lama dimana presiden Sukarno yakin dengan
ekonomi rakyatnya, mampu membuat beberapa proyek mercusuar yang diantaranya ada stadion Gelora
Bung Karno, bahkan dalam membangun tugu Pancoran, Bung Karno rela menjual mobil pribadinya.
Kini perbankan, pusatpusat perbelanjaan, dan infrastruktur lainnya menggunakan dana asing dimana
Indonesia meminjam, terlebih menyakitkannya lagi Indonesia harus menerima intervensi asing.
KEYAKINAN EKONOMI RAKYAT
“Go To Hell With Your Aid” itulah ucapan sakti yang keluar dari mulut presiden Sukarno.
Suatu ucapan yang sebisa mungkin di tenggelamkan pada orde baru. Sukarno yang seumur hidupnya
memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya berakhir tragis dalam pengkhianatan bangsanya
sendiri. Seperti kisah para nabi memang, dimana tertulis nabinabi benar akan ditolak oleh bangsanya
sendiri. Sekali pun nanti bangsanya itu mengakuiu bahwa dia adalah seorang nabi yang benar. Ironis
memang.
Dalam masa jabatannya, presiden Sukarno menentang keras masuknya investorinvestor asing ke
Indonesia. Jelas memang mereka dahulu telah menjajah Indonesia, dan beliau agaknya tidak rela
mereka akan melakukan penjajahan dalam bentuk lain. Coba saja lihat sesaat Indonesia merdeka,
pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaanperusahaan milik Belanda. Terlebih lagi Investor
tersebut berasal dari Belanda, Amerika, dan Inggris. Presiden Sukrano yakin benar akan kemandirian
ekonomi rakyat bangsanya.
Indonesia yang dalam masa orde lama dekat sekali dengan blok Timur (negaranegara
sosialis/komunissosialis) sungguhsungguh tidak disukai oleh Barat. Tentu ini bukanlah sekedar
pemilihan arah politik Indonesia pada masa itu. UUD 1945 tentang perekonomian sesungguhnya
disusun berdasarkan jalur tengah antara ekonomi liberalis dengan ekonomi sosialis, atau kini lebih
ngetrend dengan sebutan sistem ekonomi campuran. Kedekatan Indonesia pada blok Timur
sesungguhnya Indonesia dan blok Timur memiliki basis sistem ekonomi yang sama, yakni sistem
ekonomi sosialis. Dimana kita ketahui bersama bahwasannya sistem ekonomi Indonesia adalah sistem
ekonomi rakyat (bukan sistem ekonomi kerakyatan). Ada lagi pendapat bahwa Pancasila sila ke4 tidak
lain ingin menyebutkan “demokrasi ekonomi” lalu ada yang menyebut ekonomi Pancasila. Sekarang ini
banyak yang keblinger sistem ekonomi syari'ah. Itu semua basisnya adalah sisntem ekonomi sosialis.
Kedekatan Indonesia ke blok Timur selain yang telah disebutkan diatas, adalah karena blok
Timur tidak pernah mengejek Sukarno dan bangsa Indonesia. Setidaknya apa yang diungkapkan oleh
Sukarno tersebut sampai saat ini masih relevan. Lihat saja negaranegara komunissosialis yang tersisa
hingga sekarang (Rusia, Vietnam, China, Kuba, dan Korea Utara), apakah salah satu dari mereka
pernah menghina bangsa dan negara Indonesia sekali pun sekarang Indonesia telah menjadi salah satu
negara paling liberal? Penolakkan presiden Sukarno terhadap bantuan Barat didasari oleh karena Barat
memiliki maksud lain dari bantuan yang mereka berikan.
UPETI BESAR DARI ASIA
Sejak peristiwa G 30 S yang sampai saat ini masihlah menjadi misteri, perlahan tapi pasti
investasi Barat mulai masuk ke Indonesia. Melalui jenderal Suharto, terbukalah pintu dengan apa yang
presiden Nixon katakan “upeti terbesar dari asia”. Belakangan tercium bahwa Inggris dan Amerika
Serikat terlibat dalam pemberishan orangorang PKI. CIA memberikan daftar 5.000 orang yang akan
dibunuh dengan jumlah dugaan mencapai 1 juta jiwa. Terlebih lagi duta besar Ingrris, Sir Andrew
Gilchrist pada waktu itu menganjurkan “tembakkan kecil demi perubahan yang baik”. Anehnya surat
kabar Amerika tidak menyebutkan itu sebuah tragedi kemanusiaan, tetapi peristiwa demi keuntungan
ekonomi Barat. Contoh nyatanya saat ini suhu politik IndonesiaMalaysia memanas kembali karena
Malaysia melintasi blok Ambalat. Di Malaysia, rakyatnya tidak mengetahui bahwa suhu politik
IndonesiaMalaysia memanas. Seperti inilah yang dilakukan Barat, mereka memanipulasi keadaan yang
sesungguhnya terjadi demi keuntungan mereka.
Sejak orde barulah Indonesia disetir oleh IMF dan Bank Dunia. Dimana IMF dengan dalil akan
membawa Indonesia pada kemakmuran. Nyatanya sampai saat ini pun IMF dan Bank Dunia terus
mengintervensi Indonesia. Lihatlah Bank Dunia telah beberapa kali menyarankan agar distribusi beras
diserahkan kepada pihak swasta. Hutang Indonesia pada IMF masihlah banyak dan selama Indonesia
masih memiliki utang kepada kapilatis, maka selama itu pula Indonesia terus di intervensi. Inilah wajah
pembangunan Indonesia diatas pengkhinatan dan darah 1 juta jiwa rakyat Indonesia.
Beberapa waktu lalu saya menonton bincangbincang mentri keuangan kita sekarang, Sri
Mulyani bersama Wimar di Metro TV. Beliau jelas membantah bahwa utang Indonesia kepada IMF
merugikan Indonesia. Menurut argumen beliau utang itu tidak jelek bila dikelolah dengan baik.
Memang itu benar, bahwasannya seseorang bisa menjadi kaya dari utang asalkan dikelolah dengan baik
dan menjadi utang yang produktif. Memang benar utang LN Indonesia tidak melebihi dari 30% PDB,
tetapi intervensi asinglah yang ditakuti oleh segenap rakyat Indonesia yang cinta terhadap negeri ini.
Terlihat jelas dari kepentingan industri Barat di Indonesia, mereka secara bersamasama
membentuk buruh murah di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Merkmerk terkenal dunia banyak
dihasilkan dari negaranegara dunia ketiga. Ironis memang dimana mereka sering berkoar akan HAM
tetapi rupanya itu hanya berlaku di negaranya saja. Negara lain mereka tindas dengan upah buruh
murah. Belum lagi perusahaanperusahaan lokal kalah bersaing dengan perusahaan asing. Saparila
sebagai produsen minuman ringan dalam negeri dilibas habis oleh The CocaCola Company.
Untungnya beberapa perusahaan lokal masih tetap dapat bertahan dan berkembang seperti Teh Botol
Sosro.
KEMBALI DENGAN TIDAK CARA EKSTRIM
Saat ini tidak perlulah kita mengambil langkah secara ekstrim. Sistem ekonomi kita yang
campuran sesungguhnya telah berjalan sesuai dengan UUD 1945, hanya saja kita sebagai bangsa yang
besar tidak konsisten. Lihatlah China yang kini menjadi keajaiban ekonomi Asia dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia. China yang berfaham komunissosialis dahulu menutup rapat
rapat interaksi dengan dunia Luar, khususnya kepada negaranegara berfaham kapitalisliberalis.
Dahulu, China dengan jumlah penduduk mencapai jumlah miliyar adalah salah satu negara miskin,
lebih miskin dari Indonesia. Tatkala presiden China waktu itu sampai menangis melihat rakyatnya
menderita kemiskinan. Dan mulai saat itu China mendeklarasikan perubahan prekonomian, meski tetap
mempertahankan ideologi komunissosialis, China membuka gerbang interaksi dengan berbagai
negara. Ditambah lagi segenap pejabat dan rakyat mendeklarasikan pula perang bubat terhadap korupsi.
Alhasil, kini kita mendapati China dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia, cadangan
devisa yang berlebihan, dan rakyatnya kini boleh dibilang sudah terbebas dari kemiskinan yang
didukung oleh pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk.
Pernahkah kita berfikir mengapa dari dahulu Indonesia kok tidak kayakaya? Padahal negeri ini
terkenal dengan SDAnya yang berlimpahruah. Jawabannya yang cukup mudah dengan logika
sederhana, mungkin Tuhan enggan menjadikan Indonesia kaya, sebab bila kaya nanti Indonesia menjadi
sombong. Denangan ini berarti Indonesia berada dijalan yang benar, kok bisa? Meski pun Indonesia
tidak menjalakan konstitusi dengan konsisten, namun masih banyak rakyatnya yang berjalan di jalan
yang benar. Lihat saya isu caprescawapres yang neoliberalis, banyak pihak yang menentangnya. Lalu
ada juga kubu yang menerima privatisasi dan kubu yang menentang privatisasi dengan dalil
nasionalisme. Ini menyatakan bahwa pandangan rakyat Indonesia berbeda, antara yang konsisten
dengan UUD 1945 dan yang tidak. Berbeda dengan negaranegara Barat yang secara alsolut
mendukung liberalis itu sendiri. Dengan caracara yang dapat menciptakan demoralisasi dan
dehumanisasi, agaknya ini entah datangnya dari Tuhan atau dari mana, kok negara tersebut bisa kaya.
Sebuah pertanyaan yang belum terpecahkan.
Asetaset negara yang dahulu salah urus, kini saatnya membuat negosiasi ulang. Tidak perlu
dengan cara ekstrim dengan menasionalilasi. Juga pemerintah dapat melakukan buyback sahamsaham
yang dahulu pernah di privatisasai, yang jelas pemerintah harus menjadi pemegang saham mayoritas.
Dengan demikian pemerintah dapat melakukan pengendalian perusahaan tersebut, tetapi dengan
catatan pemerintah harus konsekuen dengan menjadikan perusahaan tersebut menjadi produktif. Sebab
selama ini terkesan BUMN tidak produktif dan justru menjadi sapi perah bagi banyak pejabat.
ANJURANNYA
Tidak ada cara lain, marilah kita kembali dengan apa yang telah dicitacitakan oleh para pendiri
bangsa dan negara ini. Ekonomi kita adalah ekonomi rakyat, dimana koperasi menjadi soko guru
perekonomian Indonesia. Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang terbebas dari penjajahan lahir dan
batin. Pertanyaan keblinger tentang apa itu ekonomi kerakyatan harus diubah kepada ekonomi rakyat.
Kata kerakyatan itu adalah kata sifat. Bila kata sifat, apa pun sistem perekonomiannya bisa bersifat
merakyat. Tetapi sistem ekonomi rakyat, jelas, pilar koperasi, pilar BUMN, dan baru pilar swasta yang
berjalan. Mengapa? Pilar koperasi jelas ditekankan oleh Drs. Moh. Hatta inilah model korporasi yang
sesuai dengan rakyat Indonesia. Pilar BUMN, mengisyaratkan penyesuaian dengan UUD 1945
khsusnya di pasal 33 dimana BUMN menguasai sektorsektor yang menguasai hajat hidup banyak
orang. Dan pilar swasta wujud dari demokrasi ekonomi, dimana swasta dapat menjalankan sektor usaha
yang tidak vital.
Dengan semakin banyaknya orang pintar di Indonesia, ditopang dengan niat yang tulus untuk
sejalan dengan apa yang telah di citacitakan bersama. Niscahya Indonesia dapat menjadi bangsa yang
mandiri dan kembali menjadi macan Asia yang dapat mengaum hingga ke dunia Barat.
Sekian dan terima kasih.
Sumber: Berbagai sumber