0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan9 halaman
David McClelland menyatakan bahwa suatu bangsa akan jatuh bila mengandalkan pemimpin-pemimpinnya (baca: menteri atau CEO) berdasarkan motif-motif afiliasi (baca: persekongkolan, kekerabatan, afiliasi politik) atau motif kekuasaan (bagi-bagi kuasa). Sebagai gantinya, bangsa-bangsa harus mulai berorientasi pada achievement (hasil/kinerja).
Disinilah ketertarikan saya untuk menyajian hal tersebut sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
David McClelland menyatakan bahwa suatu bangsa akan jatuh bila mengandalkan pemimpin-pemimpinnya (baca: menteri atau CEO) berdasarkan motif-motif afiliasi (baca: persekongkolan, kekerabatan, afiliasi politik) atau motif kekuasaan (bagi-bagi kuasa). Sebagai gantinya, bangsa-bangsa harus mulai berorientasi pada achievement (hasil/kinerja).
Disinilah ketertarikan saya untuk menyajian hal tersebut sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
David McClelland menyatakan bahwa suatu bangsa akan jatuh bila mengandalkan pemimpin-pemimpinnya (baca: menteri atau CEO) berdasarkan motif-motif afiliasi (baca: persekongkolan, kekerabatan, afiliasi politik) atau motif kekuasaan (bagi-bagi kuasa). Sebagai gantinya, bangsa-bangsa harus mulai berorientasi pada achievement (hasil/kinerja).
Disinilah ketertarikan saya untuk menyajian hal tersebut sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
This document contains text automatically extracted from a PDF or image file.
Formatting may have
been lost and not all text may have been recognized. To remove this note, right-click and select "Delete table". THE INDONESIAN ACHIEVERS Oleh: Felex Billi Pradeta – Manajemen 2007 http://www.felixbillypradeta.blogspot.com Abraham Maslow merumuskan kebutuhan tertinggi manusia pada hirarki kebutuhan adalah self actualization. Sedangkan Alderfer merangkum esteem dan self actualization kedalam keranah growth dalam trikotomi hirarki kebutuhan ERG (Existence, Relatedness, dan Growth) Alderfer. Berbeda dengan David McClelland dimana kebutuhan tertinggi manusia adalah kebutuhan untuk berprestasi (nedd for achievement (N-Ach) ). Sedangkan Hezberg merumuskan kebutuhan tertinggi adalah faktor yang memotivasi (achievement, recognition, responsibility, advancement dan growth). Namun bila dikaji lebih mendalam, keempatnya merupakan satu kesatuan. Sebab siapun pribadi itu, bila ia ingin berprestasi, ia harus tumbuh. Pertumbuhan tersebut pastilah terdorong oleh faktor yang memotivasi pribadi tersebut. Setelahnya, apa yang ia perbuat pastilah menimbulkan penghargaan (self esteem) dan aktualisasi diri (self actualization). Hasil dari kedua hal tersebut adalah prestasi, terlepas apakah prestasi pribadi tersebut buruk atau baik. Kebutuhan Tertinggi Banyak pihak berpendapat bahwa motif berprestasi ini adalah motif yang paling dicari dalam organisasi, baik organisasi bisnis mapun organisasi non bisnis. Barulah setelahnya adalah pribadi yang memiliki kemampuan/kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation (N-Aff)). Sebab walau bagaimana pun orang bekerja dalam tim, dan ia harus mampu bekerja dalam tim. Motif berafiliasi pun dapat bergeser dalam konotasi yang “buruk”, yakni mengadakan persekongkolan. Walaupun tujuan persekongkolan tersebut bisa baik, bisa juga buruk. Lantas mengapa motif berprestasi adalah motif yang paling tinggi? Sadar atau tidak, pribadi-pribadi yang berprestasi adalah pribadi-pribadi yang mampu membawa organisasi ke arah yang lebih baik. Tidak kurang pribadi yang membawa kemajuan dalam organisasi secara langsung maupun tidak, dapat juga turut mengharumkan nama bangsa dan negaranya. Contohnya saja seperti dalam olah raga kita mengenal Susi Susanti, Alan Budi Kesuma, Ade Rai, dll. Seni & Budaya ada Didik Nini Thowok, Affandi, dll. Bisnis ada Sri Mulyani Indrawati, Rini Soewandi, Ari Soemarno, Ciputra, dan masih banyak lagi lainnya. Contoh yang lebih sederhana saat ini dapat kita saksikan para kontestan Indonesia Mencari Bakat. Mereka semua secara sadar maupun tidak telah menjalankan hirarki kebutuhan tertinggi dari Maslow (self actualization), Alderfer (growth), dan juga McClelland (need for achievement). Faktor yang motivasi mereka pun berasal dari dalam diri mereka maupun dari luar diri mereka, dan mereka semua telah mengaplikasikannya. Dari motivasi itulah kini mereka dapat tampil di depan publik Indonesia, dan memperoleh penghargaan. Bertumbuh Mengapa pribadi-pribadi berprestasi harus ditumbuh kembangkan? Rhenald Kasali dalam Kompas, Kamis 6 Mei 2010 menuliskan pada tahun 1961, David McClelland menulis buku terkenal yang berjudul Achieving Society. Di buku itu McClelland mengingatkan, suatu bangsa akan jatuh bila mengandalkan pemimpin-pemimpinnya (baca: menteri atau CEO) berdasarkan motif- motif afiliasi (baca: persekongkolan, kekerabatan, afiliasi politik) atau motif kekuasaan (bagi-bagi kuasa). Sebagai gantinya, bangsa-bangsa harus mulai berorientasi pada achievement (hasil/kinerja). Masih seputar McClelland, dari situs IndonesiaBerprestasi.web.id ada topik 9 orang Indonesia yang menjadi nominator Asia Best Young Entrepreneurship 2009 dan beberapa website lainnya menjelaskan bahwa McClelland pernah mengatakan bahwa suatu negara dapat menjadi makmur apabila jumlah entrepreneurnya paling sedikit 2% dari total penduduk secara keseluruhan. Data tahun 2009 dari situs yang sama beserta situs-situs lainya di internet menjelaskan bahwa jumlah entrepeneur Indonesia hanyalah 0,18% dari total penduduk keseluruhan.. Sedangkan ditahun yang sama, jumlah entrepreneur Singapura telah mencapai > 7% dari total penduduknya. Lagi, menurutnya entrepreneur adalah sosok yang mampu membawa kemakmuran bagi negaranya. Perlu diketahui, meskipun kita diajarkan teori motivasi dimana salah satu tokohnya adalah David McClelland, namun McClelland itu sendiri adalah seorang sosiolog, bukan seorang ekonom atau orang yang berlatar belakang ekonomi. Yang Berjuang Yang Dibuang Suatu ironi di negeri ini adalah para change maker dan achiever tersebut ada yang justru memperoleh perlakukan yang tidak semestinya. Hal terbaru adalah Sri Mulyani Indrawati yang terdepak dari kursi kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 akibat persekongkolan partai politik, almarhum Munir yang tidak tuntas kasusnya, dan masih banyak lagi. Yang paling aneh adalah perlakukan bangsa ini terhadap Tan Malaka dan Ir. Sukarno. Sebagai bapak pendiri bangsa Indonesia modern, nama & jasa mereka justru sebisa mungkin ditenggelamkan di bumi Indonesia. Dari sisi ekonomi, banyak ekonom Indonesia gencar dihujat sebagai ekonom neoliberal lantas meletakan masalah ekonomi pada politisi. Banyak pihak tidak menginginkan neoliberal, tetapi juga menajiskan sistem ekonomi rakyat, ekonomi pancasila, ekonomi sosialis, lantas bangsa ini maunya apa? Liberal pun bila liberal murni tidak apa-apa, sebab sistem ekonomi liberal murni bukanlah sistem ekonomi persaingan bebas yang saling menghacurkan. Indonesia dan kebanyakan negara di dunia menganut sistem ekonomi campuran, yakni perpaduan antara sistem ekonomi liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Anjurannya Jadi kawan, teruslah menumbuh kembangkan prestasi kalian seturut dengan talenta yang dimiliki. Segala hinaan, cacian, komentar, dan sebagainya, jadikanlah itu sebagai bagian dari pembentukan diri dan sebagai pemertimbang atas apa yang ingin kita perbuat. Mari kita semua menjadi Si Muda Pembaharuan!