Anda di halaman 1dari 23

BAB I STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama No. CM Tanggal Masuk RS Tanggal Keluar RS : An. N. L. : 7 tahun : Perempuan : Penanggulan 01/06 Pegandon, Kab. Kendal : Islam : 190511 : 29 Juni 2013 : 5 Juli 2013

IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah Umur Alamat Pekerjaan : Tn. M : 35 tahun : Penanggulan 01/06 Pegandon : Petani Serabutan

Nama Ibu Umur

: Ny. B.P. : 45 tahun

Alamat Pekerjaan

: Penanggulan 01/06 Pegandon : Pedagang Kaki Lima

B. DATA DASAR 1. Anamnesis Alloanamnesis dilakukan dengan ibu penderita pada tanggal 29 Juni 2013 pukul 12.30 di bangsal Dahlia. Keluhan Utama : Sesak napas. a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Anak RSUD dr. H. Soewondo Kendal tanggal 29 Juni 2013 pukul 08.00 dengan keluhan sesak napas. Sesak napas terjadi secara tiba-tiba saat pasien bermain lari-larian dengan temannya kemarin pukul 19.00 WIB sampai sekarang. Sesak bertambah jika pasien kelelahan atau sedang berada di tempat dingin dan berkurang jika diberi uap di Rumah Sakit. Saat sesak tidak disertai warna biru pada bibir, akan tetapi terdengar adanya suara ngik-ngik pada saat bernapas. Pasien juga mengeluh batuk, Tidak ada keluhan nyeri tenggorok, gangguan menelan, demam, pusing, pilek, muntah dan kejang. Makan dan minum lancar, BAK dan BAB normal. Tidak ada kontak degan penderita batuk lama.

b. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah sakit seperti ini sebelumnya sejak usia 2 tahun. Sesak terjadi saat pasien kelelahan atau berada di tempat yang berudara dingin. Dalam 1 bulan terjadi kumatan 2 kali, dan selalu harus dibawa di RS, setelah mendapat uap bisa sebuh dan pulang

Tidak ada riwayat batuk lama. Riwayat alergi kepiting dan udang dan telur diakui, namun alergi obat disangkal.

Dalam Sebulan Pasien kumat 2-3 kali

c. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Ayah Pasien Alergi kepiting dan udang Ibu pasien tidak ada riayat alergi dan asma d. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tua dan saudara kandungnya. Ayahnya seorang petani serabutan dan ibunya seorang ibu pedagang kaki lima. Biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah (JamKesMas). Kesan : Riwayat sosial ekonomi cukup. e. Riwayat Pemeliharaan Prenatal Pemeriksaan kehamilan : teratur, 1x/bulan selama kehamilan di bidan. Pendarahan dan penyakit kehamilan : Obat yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet besi.

Kesan : Pemeliharaan prenatal baik. f. Riwayat Kelahiran Persalinan : Lahir spontan di Rumah Sakit

Usia dalam kandungan : 40 minggu Berat badan lahir Panjang badan lahir g. Riwayat Imunisasi Hepatitis B : 3x, umur 0,1,4 bulan BCG DPT Polio Campak : 1x, umur 1 bulan : 3x, umur 2,4,6 bulan : 4x, umur 0,2,4,6 bulan dan 5 tahun : 2x, umur 9 bulan dan 6 tahun : 2700 gram : 49 cm

Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai usia. h. Riwayat Gizi ASI Eksklusif Susu formula : Diberikan sejak lahir sampai usia 1 tahun. : Diberikan susu formula sejak umur 2 bulan.

Makanan pendamping ASI diberikan sejak umur 6 bulan Status Gizi menurut Z-score Berat Badan Usia WAZ HAZ WHZ : 16 kg : 7 tahun = -2,38 (Gizi Normal) = -1,57 (Gizi Normal) = -1,45 (Gizi Normal) Panjang badan : 110 cm

Kesan : Status gizi baik dengan perawakan medium. i. Riwayat Perkembangan

Usia 1 bulan

: Tangan dan kaki bergerak aktif, kepala menoleh ke samping kanan dan kiri

Usia 2 bulan Usia 3 bulan Usia 4 bulan Usia 5 bulan Usia 6 bulan Usia 7 bulan Usia 12 bulan

: Tesenyum dan tertawa : Miring : Tengkurap : Duduk dengan dibantu : Merangkak : Berdiri dengan dibantu : Bicara dengan kata-kata pendek, berdiri, berjalan pelan-pelan

Usia 13 bulan Usia 18 bulan Usia 2 tahun Usia 3 tahun

: Berjalan : Bicara menyusun 2 kata : Naik turun tangga : Koordinasi kaki dan tangan sudah sejalan, misalnya sudah bisa diajak main sepeda.

Usia 4 tahun

: Masuk

TK

kecil,

mengenal

alfabet,

menggambar dan dapat melakukan kegiatan fisik dengan baik Usia 5 tahun : Masuk TK 0 besar, sudah pandai berhitung dari 1 sampai 10 Usia 6 tahun : SD kelas 1, sudah pandai membaca dan dapat bersosialisasi dengan teman sebaya Usia 7 tahun : SD kelas 2, sudah pandai membaca, berhitung dan dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

Kesan : Riwayat perkembangan dalam batas normal sesuai usia.

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 29 Juni 2013 jam 13.00 di bangsal Dahlia. Status Present Jenis Kelamin Umur Berat Badan Tinggi Badan Vital Sign : Perempuan : 7 tahun : 16 kg : 110 cm

: HR : 128 x/menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama pada keempat equalitas RR t : 68 x/menit : 36,1 0C (aksila) : Baik / composmentis, sesak (+) : Mesochephal : Hitam, tidak mudah dicabut : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3 mm, reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+)

KU / Kesadaran Kepala Rambut Mata

Telinga Hidung

: discharge (-/-), nyeri (-/-), oedem (-/-) : Simetris, septum deviasi (-), sekret (+) seromukous, napas cuping hidung (+)

Mulut Tenggorok

: Bibir kering (-), sianosis (-), karies (+) : T1/T1, mukosa hiperemis (-), dinding orofaring hiperemis (-), granulasi (-)

Leher Thoraks : Jantung Inspeksi Palpasi

: Simetris, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

: Iktus kordis tidak tampak : Iktus kordis teraba di sela iga IV linea midclavicula sinistra, tidak kuat angkat

Perkusi

: Redup Batas atas : ICS II linea parasternal kiri

Pinggang jantung : ICS III linea parasternal kiri Batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicularis kiri Batas kanan Auskultasi : ICS IV linea sternalis kanan

: Suara jantung I dan II normal, suara tambahan (-)

Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Simetris, ada retraksi M.SternoCloidoMastoid : Stem fremitus kanan dan kiri sama : Sonor seluruh lapang paru : Suara dasar vesikuler

Suara tambahan trakhea : wheezing (+/+), ronchi basah (+/+) Abdomen : Inspeksi Auskultasi Palpasi : Datar : Bising usus (+), peristaltik normal : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar Perkusi Genital Ekstremitas : Superior -/-/< 2 N/N -/+/+ Inferior -/-/< 2 N/N -/+/+ : Timpani : Perempuan, tidak ada kelainan

Sianosis Akral dingin Capillary refill Reflek fisiologis Reflek patologis Nadi kaki

3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah rutin Hemoglobin Hematokrit Leukosit : 11,7 g/dL : 34,4 % : 11,1 x 103/uL

Trombosit

: 453 x 103/uL

C. DIAGNOSIS BANDING Sesak napas : Asma bronchiale TB paru Bronkitis

D. DIAGNOSIS SEMENTARA Asma bronchiale

E. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa Menghindari faktor pencetus Fisioterapi dada Medikamentosa O2 Nasal 2 liter/menit Bronkodilator : Salbutamol (PO : 1-2 mg 3-4 x/hari) (Nebulizer : 3 x 2 mg/hari) Kortikosteroid : Prednison (PO : 2 x 1 mg/kgBB = 2 x 3 tablet (2 x 15 mg))

Ambroxol syr 3 x 1 cth

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan spirometri Pemeriksaan analisa gas darah (Blood Gas Analysis)

G. PROGNOSA Quo ad vitam Quo ad sanam : ad bonam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

H. PERJALANAN PENYAKIT Hari ke-1 (29-6-2013) Sesak (+), batuk (+), pilek (-), panas (-), ma/mi (+/+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal Sadar, sesak berat, Hari ke-2 (30-6-2013) Sesak (+), batuk (+), pilek (-), panas (-), ma/mi (+/+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (-) Hari ke-3 (1-7-2013) Sesak (-), batuk (+), pilek (-), panas (-), ma/mi (+/+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (-)

Keluhan

KU

Sadar, lemah, status Sadar, lemah, status

Vital Sign

Px. Fisik

Px. Penunjang Assesement

lemah, status gizi baik t : 36,1 0C RR : 68 x/mnt HR : 128 x/mnt Kepala : mesocephal Mata : CA -/-, SI -/Hidung : nch (+) Mulut : sianosis (+) Thoraks : simetris Abdomen : BU (+) Ekstremitas : akral hangat Darah rutin : - Hb : 11,7 g/dL - Ht : 34,4 % - Leuko:11,1x103/uL - Tr:373 x 103/uL Asma Bronchiale - O2 6 ltr/mnt - Inf. D5% 20 tpm - Inj. Cefo 3 x 500 mg - Inj. Dexa 3 x 2,5 mg - Salbutamol tab 2mg 3 x 1 - Nebul + combiven 1 amp

gizi baik t : 36,4 0C RR : 40 x/mnt HR : 112 x/mnt Kepala : mesocephal Mata : CA -/-, SI -/Hidung : nch (-) Mulut : sianosis (-) Thoraks : simetris Abdomen : BU (+) Ekstremitas : akral hangat

gizi baik t : 36 0C RR : 33 x/mnt HR : 98 x/mnt Kepala : mesocephal Mata : CA -/-, SI -/Hidung : nch (-) Mulut : sianosis (-) Thoraks : simetris Abdomen : BU (+) Ekstremitas : akral hangat

Asma Bronchiale - O2 2 ltr/mnt - Inf. D5% 20 tpm - Inj. Cefo 3 x 500 mg - Inj. Dexa 3 x 1 amp - Salbutamol tab 2mg 3 x 2 - Nebul + combiven 3 x 1 amp

Terapi

Asma Bronchiale - Inf. D5% + Aminofilin 120 mg 15 tpm - Inj. Aminofilin 60 mg - Inj. Cefo 3 x 500 mg - Inj. Dexa 3 x 1 amp - Nebul + combiven 3 x 1 amp - Fisioterapi

Hari ke-4 (29-5-2013) Sesak (-), batuk (+), pilek (-), panas (-), ma/mi (+/+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal Sadar, baik, status gizi baik t : 36,1 0C

Hari ke-5 (30-5-2013) Sesak (-), batuk (+), pilek (-), panas (-), ma/mi (+/+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal Sadar, baik, status gizi baik t : 36,5 0C

Keluhan

KU Vital Sign

Px. Fisik

RR : 40 x/mnt HR : 110 x/mnt Kepala : mesocephal Mata : CA -/-, SI -/Hidung : nch (-) Mulut : sianosis (-) Thoraks : simetris Abdomen : BU (+) Ekstremitas : akral hangat

RR : 34 x/mnt HR : 96 x/mnt Kepala : mesocephal Mata : CA -/-, SI -/Hidung : nch (-) Mulut : sianosis (-) Thoraks : simetris Abdomen : BU (+) Ekstremitas : akral hangat

Px. Penunjang Assesement Asma Bronchiale - Inf. D5% + Aminofilin 120 mg 15 tpm - Inj. Cefo 3 x 500 mg - Inj. Dexa 3 x 1 amp - Nebul + combiven 3 x 1 amp - Fisioterapi Asma Bronchiale

Terapi

- Erytromicin 2 x 3/4 - Puyer batuk 3 x 1 - Nebul + combiven 2 x 1 amp

BAB II PEMBAHASAN

ASMA BRONCHIALE Definisi Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menggunakan batasan

operasional asma yaitu mengi berulang dan / atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam hari / dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien / keluarganya.

Epidemiologi Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi pada anak menderita asma meningkat 8-10 kali di negara berkembang dibanding negara maju. Prevalensi tersebut sangat bervariasi. Di Indonesia, prevalensi asma pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14 tahun sebesar 5,2%.

Patofisiologi Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi. Respon terhadap inflamasi pada mukosa saluran napas pasien asma ini menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama asma. Pada saat terjadi hiperreaktivitas saluran napas sejumlah pemicu dapat memulai gejala asma. Pemicu ini meliputi respon hipersensitivitas tipe 1 (dimedisi 1gE) terhadap alergen debu rumah dan serbuk sari yang tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan atau asap rokok, infeksi virus, dan aktivitas fisik/olahraga. Hiperreaktivitas saluran napas akan menyebabkan obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Proses patologis utama yang mendukung obstruksi saluran napas adalah edema mukosa, kontraksi otot polos dan produksi mukus. Obstruksi terjadi selama ekspirasi ketika saluran napas mengalami volume penutupan dan menyebabkan gas di saluran napas terperangkap. Bahkan, pada asma yang berat dapat mengurangi aliran udara selama inspirasi. Sejumlah karakteristik anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi dan anak kecil terhadap peningkatan risiko obstruksi saluran napas antara lain ukuran saluran napas yang lebih kecil, recoil elastic paru yang lebih lemah, kurangnya bantuan otot polos saluran napas kecil, hiperplasia kelenjar mukosa relatif dan kurangnya saluran ventilasi kolateral (pori cohn) antar alveolus.

Manifestasi Klinis dan Diagnosis Batuk kering berulang dan mengi adalah gejala utama asma pada anak. Pada anak yang lebih besar dan dewasa, gejala juga dapat berupa sesak napas dada terasa berat gejala biasanya akan memburuk pada malam hari yang dipicu dengan infeksi pernapasan dan inhalasi alergen. Gejala lainnya dapat tersembunyi dan tidak spesifik seperti keterbatasan aktivitas dan cepat lelah. Riwayat penggunaan bronkodilator dan atopi pada pasien atau keluaeganya dapat menunjang penegakan diagnosis. GINA, konsensus Internasional dan PNAA menekankan diagnosis asma didahului batuk dan atau mengi. Gejala awal tersebut ditelusuri dengan algoritme

kemungkinan diagnosis asma. Pada algoritme tampak bahwa batuk dan/atau mengi yang berulang (episodik), nokturnal, musiman, setelah melakukan aktivitas, dan adanya riwayat atopi pada penderita maupun keluarganya merupakan gejala atau tanda yang patut diduga suatu asma. Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil, khususnya anak di bawah 3 tahun, respons yang baik terhadap obat bronkodilator dan steroid sistemik (5 hari) dan dengan penyingkiran penyakit lain diagnosis asma menjadi lebih definitif. Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin atau dengan NaCl hipertonis, sangat menunjang diagnosis.

Klasifikasi Klasifkasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan tatalaksana lanjutan (jangka panjang). GINA membagi asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium.menjadi 4 klasifikasi yaitu

asma intermiten, asma persisten, ringan, asma persisten sedang, dan asma persisten berat.

Selain pembagian berdasarkan GINA, PNAA membagi asma menjadi 3 yaitu asma episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berikut ini tabel klasifikasi asma berdasarkan PNAA:

Diagnosis Banding Terdapat banyak kondisi dengan gejala dan tanda yang mirip dengan asma. Selain asma, penyebab umum lain dari gejala batuk berulang pada asma meliputi rhinosinusitis dan gastro-esophageal reflux (GER). GER merupakan silent-disease pada anak, sedangkan pada anak dengan sinusitis kronik tidak memiliki gejala yang khas seperti dewasa dengn adanya nyeri tekan local pada daerah sinus yang terkena. Selain itu, kedua penyakit ini merupakan penyakit komorbid yang sering pada asama, sehingga membuat terapi spesifik pada asma tidak diberikan dengan tepat. Pada masa-masa awal kehidupan, batuk kronis dan mengi dapat terjadi pada keadaan aspirasi, tracheobronchomalacia, abnormalitas jalan napas

congenital, fibrosis kistik dan displasia bronkopulmoner. Pada anak usia 3 bulan, mengi biasanya ditemukan pada keadaan infeksi, malformasi paru dan kelainan jantung dan gastrointestinal. Pada bayi dan batita, bronkiolitis yang disebabkan oleh respiratory syncitial virus merupakan penyebab mengi yang umum.pada anak yang lebih besar, mengi berulang dapat terjadi pada disfungsi pita suara. Selain itu, batuk berulang jug dapat ditemukan pada tuberculosis terutama pada daerah dengan penyebaran tinggi Tuberculosis. Berikut ini diagnosis banding dari asma yang sering pada anak : Rinosinusitis Refluks gastroesofageal Infeksi respiratorik bawah viral berulang Bronkiolitis Displasia bronkopulmoner Tuberkulosis Malformasi kongenital yang menyebabkan penyempitan saluran respiratorik Intratorakal Aspirasi benda asing Sindrom diskinesia silier primer Defisiensi imun Penyakit jantung bawaan

Penatalaksanaan Tatalaksana serangan asma dilakukan dengan tujuan untuk meredakan penyempitan jalan nafas secepat mungkin, mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya, dan merenacanakan tatalaksana mencegah kekambuhan.

Tatalaksana Serangan 1. Tatalaksana di rumah Untuk serangan ringan dapat digunakan obat oral golongan beta 2 agonis atau teofilin. Bila tersedia, lebih baik digunakan obat inhalasi karena onsetnya lebih cepat dan efek samping sistemiknya minimal. Obat golongan beta 2 agonis inhalasi yang dapat digunakan yaitu MDI dengan atau tanpa spacer atau nebulizer. Bila dalam waktu 30 menit setelah inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi perburukan harus segera dibawa ke rumah sakit. 2. Tatalaksana di ruang emergency Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat serangannya. Tatalaksana awal adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. Garam fisiologis dapat ditambahkan dalam cairan nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang dengan selang 20 menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik. Tatalaksana awal ini sekaligus berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat serangan, karena penilaian derajat secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat dan jelas. Berikut ini pentalaksanaan serangan asma sesuai derajat serangan : 1. Serangan Asma ringan Pada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan respon yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi 1-2 jam, jika respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama 2 jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang. Sebelum pulang pasien dibekali obat 2-agonis (hirupan atau oral) yang harus diberikan tiap 4-6 jam dan jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat ditambahkan steroid oral jangka pendek selama 3-5 hari. Pasien juga dianjurkan kontrol ulang ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang tatalaksana dan jika sebelum serangan

pasien sudah mendapat obat pengendali, obat tersebut diteruskan hingga evaluasi ulang yang dilakukan di klinik rawat jalan. 2. Serangan Asma sedang Pada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien hanya menunjukkan respon parsial (incomplete response) dan pasien perlu diobservasi di ruang rawat sehari (One day care) dan walaupun belum tentu diperlukan, untuk persiapan keadaan darurat, pasien yanga akan diobservasi di ruang rawat sehari langsung dipasang jalur parenteral sejak di unit gawat darurat (UGD). Pada serangan asma sedang diberikan kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari. 3. Serangan Asma berat Pada serangan asma berat dengan 3 kali nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan respon yait gejala dan tanda serangan masih ada. Pada keadaan ini pasien harus dirawat inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti napas pasien harus langsung dirawat diruang intensif. Pasien diberikan oksigen 2-4 L/menit sejak awal termasuk saat dilakukan nebulisasi, dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks. Jika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian cairan intravena dan koreksi terhadap asidosis dan pada pasien dengan serangan berat dan ancaman henti napas, foto toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi kemungkinan pneumotoraks dan pneumomediastinum. Pada ancaman henti napas hipoksemia tetp terjadi wlupun sudah diberi oksigen (kadar PaO2<60 mmHg dan atau PaCO2>45 mmHg). Pada ancaman henti napas diperlukan ventilsi mekanik. Nebulisasi dengan - agonis+antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam, jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis jarak pemberian dapat diperlebar menjadi 4-6 jam. Pasien juga diberikan kortikosteroid intravena 0,5-1 mg/kg/BB/hari per bolus setiap 6-8 jam dan aminofilin intravena dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:

Jika pasien belum mendapat minofilin sebelumnya, diberikan aminofilin dosis awal sebesr 6-8 mg/kgBB dilarutkan dlam dekstros 5% atau gram fisiologis sebanyak 20 ml diberikan dalm 20-30 menit. Jika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis yng diberikan adalah setengah dari dosis inisial. Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan sebesar 10-20/ml. Selanjutnya, mg/kgBB/jam. Jika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam dan pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika dalam 24 jam stabil pasien dapat dipulangkan dengan dibekali 2-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 1-2 hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 1-2 hari untuk evalasi ulang tatalaksana. aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1

Anda mungkin juga menyukai