Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masyarakat selama ini masih belum mendapatkan pelayanan KB yang utuh. Selama ini banyak orang yang tidak mengetahui atau memilih kenapa dirinya memilih jenis kontrasepsi. Kebanyakan pilihan itu karena tetangga atau memang hanya mengetahui satu jenis kontrasepsi saja. Menurut kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sugiri Syarif, pemberian informasi yang jelas, lengkap dan benar, risiko terjadinya efek samping komplikasi dalam kegagalan pemakaian kontrasepsi akan semakin kecil. Menurut beliau pula, hanya 19% dari klien memperoleh informasi tentang efek samping kontrasepsi, sedangkan yang memperoleh informasi tentang kontrasepsi alternative hanya 27%, kata beliau saat memberikan arahan dalam seminar nasional Peningkatan Kualitas Pelayanan KB Menurut Perspektif UU Praktik Kedokteran dan Pemenuhan Hak Reproduksi, baru ini. Jakarta-BKKBN online : hingga caturwulan pertama 2011, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah memenuhi 30% dari target 7,2 juta peserta baru program KB tahun ini (2011). dari capaian itu, kami optimis target 7,2 juta peserta baru KB pada 2011 bakal dapat mudah diraih, kata Kepala BKKBN Sugiri Syarif, seusai Rapat Kerja Rutin dengan 33 Badan (Sugiri Syarif).

Pemerintah telah mematok target 7,2 juta akseptor baru pada 2011. Berdasarkan rekapitulasi data dalam beberapa tahun terakhir, kata Sugiri, pencapaian kepesertaan baru KB memang cenderung meningkat dan dalam beberapa tahun selalu melampaui target yang telah ditetapkan. Pada 2008 peserta KB baru sebanyak 6,9 juta, sedangkan 2009 terjaring 7,6 juta dan pada 2010 pemerintah kembali berhasil menjaring sekitar 7,6 juta peserta KB baru. Peserta KB baru secara nasional pada bulan april 2011 sebanyak 788.114 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasinya adalah sebagai berikut : 54.680 peserta IUD (6,94%), 10.245 peserta MOW (1,30%), 3.274 peserta MOP(0,42%), 50.603 peserta kondom (6,42%), 63.836 peserta implant (8,10%), 385.223 peserta suntikan (48,88%), dan 220.283 peserta pil (27,95%). Dalam keluarga berencana kita mengenal alat kontrasepsi yaitu alat yang dikeluarkan oleh program keluarga berencana yang berguna untuk mencegah kehamilan dan mengatur jarak kehamilan. Namun kebanyakan wanita sulit untuk menentukan alat kontrasepsi mana yang harus mereka pilih. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak di inginkan, besar keluarga yang di rencanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua.(BPPPK.2006).

Data yang telah diperoleh penulis mengenai jumlah akseptor KB dari Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur pada bulan mei 2011 sebanyak 174 peserta, dengan perincian satu peserta IUD lama dan satu peserta IUD baru, 131 peserta suntik lama dan 13 peserta suntik baru, 25 peserta pil lama dan 3 peserta pil baru, dan tidak ada peserta baik peserta lama mau pun peserta baru untuk MOP/MOW, Implant, dan Kondom. Diketahui pula bahwa sesuai program KB di Kelurahan Kedamaian dilaksanakan secara gratis untuk KB Pil dan Suntik Dengan adanya penurunan akseptor KB pil di Kelurahan Kedamaian, maka diperlukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pil, yang akan diselenggarakan di Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur. I.2. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut, Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pil di Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur tahun 2011.

I.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi pemakaian alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. c. Diketahui distribusi frekuensi efek samping alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. d. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. e. Diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. f. Diketahui hubungan antara efek samping alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-

1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. g. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011. I.4. Manfaat Penelitian I.4.1. Manfaat bagi Puskesmas Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pil guna meningkatkan dan menyukseskan program keluarga berencana pemerintah. I.4.2. Manfaat bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat khususnya di wilayah kerja Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur akan lebih

meningkatkan pengetahuan dalam pemilihan alat kontrasepsi. I.4.3. Manfaat bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan khususnya ke dalam metodologi penelitian.

I.4.4. Manfaat bagi institusi pendidikan Sebagai bahan bacaan dan referensi untuk menambah wawasan khususnya mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pil. I.5. Ruang lingkup Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pil di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur Tahun 2011 pada tanggal 13 25 Juni 2011. Subjek penelitian yaitu wanita yang menggunakan alat kontrasepsi.

BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana(KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjaringan kehamilan.3 KB terebut biasanya menggunakan alat kontrasepsi. Alat Kontrasepsi yaitu alat yang digunakan sebagai upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi. Dalam program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru dilakukan salah satu saja dari usaha keluarga berencana, yakni penjaringan kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi. II.2. Visi dan Misi Keluarga Berencana Jakarta-19 Februari 2008.ipkbnews : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menghidupkan kembali atau merevitalisasi pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB). Beberapa tahun ini pelaksanaan program tersebut mengalami kemunduran. saya mengajak masyarakat untuk merevitalisasi atau menghidupkan kembali Program Keluarga Berencana.

II.3.Jenis Alat Kontrasepsi Kontrasepsi

II.3.1. Metode Amenore Laktasi/MAL Metode Amenore Laktasi /MAL adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu /ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : o Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian 8x sehari. o Belum haid. o Umur bayi < 6 bulan. Efektif sampai 6 bulan. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. cara kerja : penundaan atau penekanan ovulasi. Keuntungan kontrasepsi : efektivitas tinggi (98% berhasil pada enam bulan pasca persalinan). segera efektif. tidak mengganggu senggama. tidak ada efek samping secara sistemik. tidak perlu pengawasan medis. Tidak perlu obat atau alat. Tanpa biaya.

Kerugian :

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.

Tidak melindungi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.

Yang dapat menggunakan MAL : Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Yang tidak boleh menggunakan MAL : Sudah mendapat haid setelah bersalin. Tidak menyusui secara eksklusif. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.

II.3.2. Metode Kalender/Alami Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina. Syarat : Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Efektif bila dipakai dengan tertib. Tidak ada efek samping.

10

Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat menjadi hamil atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan). Untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi. Antara kedua waktu tersebut senggama dihindari. Keuntungan : Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Tidak ada efek samping sistemik. Murah atau tanpa biaya. Kerugian : Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi. Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan. Perlu pencatatan setiap hari. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS. Yang dapat menggunakan metode kalender : Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur. Semua perempuan dengan paritas berapa pun. Perempuan kurus maupun gemuk.

11

Perempuan yang merokok. Perempuan dengan alasan tertentu antara lain hipertensi sedang, varises, dismenorea, endometritis, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain. Yang tidak boleh menggunakan metode kalender : Perempuan yang siklus haidnya tidak teratur. Perempuan yang pasangan senggamanya tidak mau bekerja sama selama waktu tertentu dalam siklus haid.

II.3.3. Senggama Terputus Senggama Terputus adalah metode Keluarga Berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja : Alat kelamin (penis) dikeluarkan dari vagina sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Keuntungan : Efektif bila dilakukan dengan benar. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Tidak ada efek samping. Dapat digunakan setiap waktu.

12

Tidak membutuhkan biaya.

Kerugian : Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 wanita per tahun) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual. Dapat dipakai untuk : Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana. Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera. Pasangan yang membutuhkan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur. Tidak boleh dipakai untuk : Suami dengan pengalaman ejakulasi dini. Suami yang sulit melakukan senggama terputus. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

II.3.4. Kondom

13

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vynil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitas (misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Standar ketebalan kondom ialah 0.02 mm. Cara kerja : Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita. Keuntungan : Efektif bila digunakan dengan benar. Tidak mengganggu kesehatan klien. Tidak mempunyai pengaruh sistemik. Murah dan dapat dibeli secara umum. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus. Merupakan metode kontrasepsi sementara bila kontrasepsi lainya harus ditunda. Dapat melindungi terhadap IMS, termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS. Kerugian :

14

Efektifitas tidak terlalu tinggi. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi. Sedikit mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung). Pada beberapa klien bias menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.

II.3.5. Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja : Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida. Keuntungan : Efektif bila dilakukan dengan benar. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 6 jam sebelumnya. Tidak mengganggu kesehatan klien. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

15

Kerugian : Efektifitas sedang (angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 wanita per tahun pertama). Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual. Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada pada posisinya. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.

II.3.6. Pil Kombinasi Profil : Efektif dan reversibel. Harus diminum setiap hari. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera hilang. Efek samping serius jarang terjadi. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum. Dapat diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

16

Cara kerja : Menekan ovulasi. Mencegah implantasi. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. Yang dapat mengunakan pil kombinasi : Usia reproduksi. Telah memilki anak maupun yang belum memilki anak. Gemuk atau kurus. Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. Pasca keguguran. Nyeri haid hebat. Siklus haid tidak teratur. Anemia karena haid berlebihan. Diabetes tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf. Penyakit tiroid, radang panggul, endometriosis. Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi : Hamil atau dicurigai hamil. Menyusui eksklusif. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya. Penyakit hati akut (hepatitis).

17

Perokok dengan usia > 35 tahun. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari. Keuntungan : Efektifitas tinggi (1 kehamilan per 1000 wanita pada tahun pertama penggunaan). Resiko terhadap kesehatan sangat kecil. Tidak mengganggu hubungan seksual. Siklus haid menjadi teratur, tidak nyeri haid. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause. Mudah dihentikan setiap saat. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Kerugian : Mahal dan membosankan karena harus diminum setiap hari. Mual, terutama pada 3 bulan pertama. Perdarahan bercak selama 3 bulan pertama. Pusing. Nyeri payudara.

18

Berat badan meningkat sedikit. Tidak mencegah IMS, hepatitis Virus B, dan HIV/AIDS.

II.3.7. Suntikan kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol yang diberikan Injeksi I.M. sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat uang diberikan Injeksi I.M. sebulan sekali. Cara kerja ; Menekan ovulasi Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Perubahan pada endometrium (terjadi atrofi) sehingga implantasi terganggu. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Keuntungan : Efektifitas tinggi ( 0.1-0.4 kehamilan per 100 perempuan) Resiko terhadap kesehatan kecil. Tidak berpengaruh pada hubungan seksual. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam. Jangka panjang. Efek samping sangat kecil.

19

Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Kerugian : Terjadi perubahan pada pola haid, tidak teratur. Perdarahan bercak atau spoting, selama 10 hari. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan. Tidak menjamin mencegah penularan IMS, Hepatitis Virus B, dan HIV/AIDS. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. Yang boleh mengunakan suntikan kombinasi : Usia reproduksi. Telah memiliki anak, atau pun yang belum memiliki anak. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan. Pasca persalinan dan tidak menyusui.

Anemia. Nyeri haid hebat. Haid teratur. Riwayat kehamilan ektopik.

20

Sering lupa menggunakan ektopik. Yang tidak boleh menggunakan suntikan kontrasepsi : Hamil atau diduga hamil. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan. Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya. Penyakit hati akut (virus hepatitis). Usia > 35 tahun yang merokok. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110mmHg). Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain, Keganasan pada payudara.

II.3.8. Suntikan Progestin-saja Tersedia 22 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin saja, yaitu : Depoprovera, mengandung 150mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara injeksi IM (di daerah bokong). Depo Noristerat, yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara injeksi intramuscular. Cara kerja : Mencegah ovulasi.

21

Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Keuntungan : Efektifitas tinggi (0.3 kehamilan per 100 perempuan per tahun) Pencegahan kehamilan jangka panjang. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun Sampai perimenopouse. Kekurangan : Sering ditemukan gangguan haid. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. Tidak menjamin perlindungan terhadap IMS, Hepatitis Virus B, dan HIV/AIDS. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :

22

Usia reproduksi. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. Setelah abortus atau keguguran. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia sel sabit. Menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan barbiturate) atau obat tuberkulosis (rifampisin) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Yang tidak boleh memakai kontrasepsi suntikan progestin: Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat janin 7 per 100000 kelahiran) Perdarahan per vaginam yang belum jelas penyebabnya. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. Diabetes melitus disertai komplikasi.

II.3.9. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / AKDR Pelopor IUD modern adalah pre sarium dengan batang kecil yang di gunakan dalam tahun 1800an. Dalam tahun 1960 dan 1970an, IUD berkembang pesat. Teknik IUD di modifikasi dan banyak sekali tipe diperkenalkan. Berbagai alat yang dikembangkan dalam tahun 1960an dibuat dari plastik (polietilen) yang diisi dengan barium sulfat.

23

Pada dua darsawarsa terakhir ini, terdapat perkembangan yang sangat pesat dalam hal teknologi IUD dapat dilihat dengan semakin rendahnya kegagalan, efek samping dan komplikasi penggunaan IUD. Karena IUD adalah salah satu bentuk kontrasepsi yang tergolong sangat baik, maka perbaikan aktivitas tersebut adalah perbaikan dari teknologi kontrasepsi terbaik saat ini. II.3.9.1. KONTRASEPSI CuT-380A JENIS : IUD CuT-380A kerangkanya dari plastik fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga CARA KERJA : Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. Bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

KEUNTUNGAN Efektivitas sangat tinggi : 0,6-0,8 kehamilan per 100 pemakaian. Dapat efektif segera setelah pemasangan. Metode jangka panjang (proteksi 10 tahun dan tidak perlu dig anti). Tidak perlu mengingat-ingat waktu pemakaian seperti pada pil.

24

Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Tidak ada efek samping hormonal. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

KERUGIAN Efek samping yang umum terjadi : perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi. Komplikasi lain : perdarahan berat, perforasi dinding uterus. Tidak mencegah IMS termasuk HIV atau AIDS. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvis diperlukan dalam pemasangan pemasangan. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan. Biasanya menghilang dalam 1 sampai 2 hari. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik. AKDR. Sering kali perempuan takut selama

II.3.9.2. KONTRASEPSI IUS (INTRA UTERIN SISTEM) Kontrasepsi IUS adalah kontrasepsi hormonal terkini yang menggabungkan manfaat dari kontrasepsi jenis IUD dan kontrasepsi hormonal dengan cara menambahkan hormone levonorgestrel dalam

25

IUD dengan nama dagang Mirena. sistem ini terdiri dari rangka plastik berbentuk T dengan ukuran 32 x 32 mm, yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon yang mengandung levonogestrel. CARA KERJA : Menghasilkan 20 mikro per hari hormone levonogestrel untuk mencegah pembuahan. Mengentalkan lendir rahim sehingga menghambat atau mencegah pergerakan sperma. Pada endometrium akan membuat perubahan pola menstruasi.

KEUNTUNGAN o Bagi wanita yang mencari metode kontrasepsi jangka panjang yang dapat di percaya, mirena merupakan pilihan yang ideal. Pilihan alternatif bagi wanita yang memilih kontrasepsi setelah persalinan atau yang membatasi jumlah anak. o Cocok digunakan untuk ibu menyusui karena metode ini tidak mempengaruhi produksi ASI. o Setelah alat dilepas, kesuburan dapat kembali dengan cepat. Yang boleh menggunakan IUD: Perempuan usia produktif.

26

Keadaan nulupara. Menginginkan penggunakan kontrasepsi jangka panjang. Ibu menyusui yang menginginkan penggunaan kontrasepsi. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. Risiko rendah IMS. Tidak menghendaki metode hormonal. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari. Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara.

Yang tidak boleh menggunakan IUD: Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). Perdarahan vagina yang tidak ketahui (sampai dapat dievaluasi). Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis). Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita penyakit radang panggul atau abortus septik. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim. Penyakit trofoblas yang ganas. Diketahui menderita TBC pelvik. Kanker alat genital. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.

27

II.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan KB II.4.1. Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh alat kontrasepsi yang baik adalah: 1. Aman atau tidak berbahaya. 2. Dapat diandalkan. 3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter. 4. Murah. 5. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi). II.4.2. Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi: 1. Faktor pasangan : Motivasi dan rehabilitas Umur Gaya hidup Frekuensi senggama Jumlah keluarga yang diinginkan Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu Sikap kewanitaan Sikap kepriaan

2. Faktor kesehatan : Kontraindikasi Status kesehatan Riwayat haid Riwayat keluarga

28

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan panggul

3. Faktor metode kontrasepsi Efektivitas Efek samping Kerugian Komplikasi-komplikasi Biaya

II.4.3. Sudut pandang saat memilih metode kontrasepsi: 1. Pihak Calon Akseptor 1.1 Efektifitas : efektifitas relatif dari berbagai metode alat kontrasepsi yang tersedia Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu 1.2 Keamanan Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri. Adanya risiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan, 2. Pihak Medis atau Petugas KB

29

2.1 dalam upaya melindungi kesuburan atau fertilitas dari akseptor. 2.2 Keuntungan Non-konservatif 2.3 Kontra indikasi 2.4 Tanda-tanda bahaya 2.5 Menghindari Pendekatan Poli-Farmasi

II.4.4. Tingkat pengetahuan Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation) (Rogers, 42 1973, 79). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk (Spicer, 1952, hal 18 dalam Horton & Hunt, 1990, 224).

30

Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan (Horton & Hunt, 1990, 224). Identitas agen perubahan (inovator) juga akan mempengaruhi penerimaan atau penolakan terhadap suatu inovasi. Inovasi yang berasal dari orang yang berada pada puncak skala restise dan sistem kekuasaan canderung menyebar ke bawah dengan cepat, sebaliknya inovasi yang bermula dari orang yang berstatus rendah cenderung mencapai bagian atas secara lambat dan sangan sulit terjadi (Horton & Hunt, 1990, 230). Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Anne R Pebley dan James W Breckett (1982) menemukan bahwa Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. II.4.5. Dukungan Keluarga Pelaksanaan program KB di Indonesia harus memperhatikan hak-hak reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender sesuai

31

dengan kesepakatan yang dibuat pada Konferensi Kependudukan dan Pembangunan di Kairo tahun 1994. Sosialisasi mengenai hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender menjadi kegiatan yang selalu menjadi perhatian dalam pelaksanaan program, demikian pula halnya dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita dan pria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan (kontrol). Dalam pelaksanaan program keluarga berencana selama ini, isu gender yang sangat menyolok adalah : 1. Akses pria terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas (hanya 39% pria tahu tentang vasektomi dan lebih dari 88% tahu tentang berbagai metode KB bagi wanita, serta menganggap KB sebagai urusan wanita). 2. Peserta KB pria baru mencapai 1,3% dari total 58,3% peserta KB. 3. Sampai saat ini pria yang mengetahui manfaat KB bagi diri sendiri dan keluarganya masih sangat sedikit. 4. Masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi. Kesenjangan gender merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan hubungan antara pria dan wanita dalam pelaksanaan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, sehingga salah satu pihak merasa dirugikan karena tidak dapat berpartisipasi dan memperoleh menfaat dari pelayanan

32

tersebut. Ada tidaknya kesenjangan dalam KB 44 dan kesehatan reproduksi dapat dilakukan melalui proses analisis gender, antara lain dapat dilihat dari faktor akses (jangkauan), manfaat, partisipasi (keikutsertaan) serta pengambilan keputusan (kontrol). Berdasarkan uraian di atas, pria seolah terdiskriminasi dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dari : Keikutsertaan pria dalam KB saat ini baru mencapai 1,3% (SDKI 2002-2003) Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi bagi pria masih sangat terbatas Adanya anggapan yang salah tentang KB, KB dianggap sebagai urusan wanita Hanya sekitar 39% pria tahu tentang vasektomi

Hal ini terjadi karena beberapa alasan, antara lain : Pelaksanaan program KB masa lalu yang lebih diarahkan untuk mengatasi tingginya angka kematian ibu sehingga ibu menjadi sasaran pokok program. Terbatasnya sarana pelayanan pria: hanya 4% tempat pelayanan yang melayani pria (studi Wibowo,2002) Rendahnya pengetahuan pria tentang KBdan kesehatan reproduksi antara lain karena masih sangat terbatasnya informasi tentang kontrasepsi pria dan kesehatan reproduksi

33

Terbatasnya jenis kontrasepsi pria (hanya kondom dan vasektomi) menjadikan pria enggan untuk menjadi peserta KB.

Anggapan masyarakat tentang KB merupakan urusan wanita Tingginya dominasi suami dalam pengambilan keputusan

perencanaan jumlah dan jarak kelahiran Masih terbatasnya pengetahuan laki-laki dan perempuan mengenai kesetaraan dan keadilan gender dalam KB dan kesehatan reproduksi. Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan gender adalah suami atau istri diharapkan dapat menjadi motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas.

Tingkat pengetahuan

Efek samping alat kontrasepsi : Pusing Pigmentasi kulit muka Gelisah Gangguan pencernaan Keputihan Mual/muntah

II.5. Kerangka Teori

Pemakaian alat kontrsepsi pil

Kerangka teori penelitian adalah hubungan antara teori-teori yang diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan 4. Adapun Dukungan keluarga: Motivasi kerangka teori yang akan diteliti yaitu : adat istiadat arahan dari keluarga

Gambar 2.1 kerangka teori

34

II.6. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian ini dengan mengacu pada latar belakang dan landasan teori, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka konsep sebagai berikut: Tingkat pengetahuan Efek samping alat kontrasepsi
Dukungan keluarga Pemilihan alat kontrasepsi pil

Gambar 2.2. kerangka konsep

35

II.7. HIPOTESIS o Ada hubungan tingkat pengetahuan wanita pengguna alat kontrasepsi dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pil. o Ada hubungan efek samping alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi pil. o Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemilihan alat kontrasepsi pil.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

36

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik yaitu menganalisis antara faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi Pil secara objektif. III.2. Waktu & Tempat Penelitian III.2.1. Tempat Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur. III.2.2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 25 Juni 2011. III.3. Rancangan penelitian Menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor yang berhubungan terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan penilaian dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama 4.

III.4. Subyek penelitian


35

III.4.1. Populasi penelitian Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur dengan

37

total populasi wanita yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 174 orang dan kriteria subyek: 1. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi. 2. Persetujuan subyek (informed consent) III.4.2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi4. Besar sample diperoleh dari jumlah seluruh populasi yang diambil dengan menggunakan rumus4: n = N / [1 + N(d)2] Keterangan : n : Besar Sampel N : Besar Populasi d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, (95%).

III.4.3. Tekhnik Sampling a. Jumlah Sampling menggunakan rumus di atas dengan nilai N = 174, d = 5%, dan n = Besar sampling. Maka besar sampling

diperoleh sebagai berikut: n n = N / [1 + N (d)2] = 174 / [1 + 174 (5%)2] = 174 / [1 + 0,435] = 174 / 1,405

38

= 121,254 orang ~ 121 b. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan tekhnik symple random sampling4 yaitu dengan cara dikocok satu per satu sampai 121 nomor . III.5. Variable penelitian III.5.1. Variable independent : Tingkat pengetahuan, efek samping alat

kontrasepsi, dan dukungan keluarga. III.5.2. Variable dependent III.6. Definisi operasional variable Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur 4. Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pil
Variabel Alat kontrasep si pil Definisi Jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh responden. Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan tentang alat kontrasepsi. Efek Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Kategori Ket 0 : tidak menggunakan 0 : non pil pil 1: pil 1: menggunakan pil 0: Tidak Baik 1: Baik 0: Ada 0 : jika nilai mean 1 : jika nilai > mean Mean = 52,78 Kuesioner Wawancara 0 : Ada efek Ordinal Skala Ukur

Pemilihan jenis alat kontrasepsi Pil

Kartu KB

Observasi

Ordinal

Tingkat pengetahu an Efek

Kuesioner

Wawancara

Ordinal

39

samping pemakaian alat kontrasepsi yang dipilih responden. Motivasi, adat istiadat, dan arahan dari keluarga Dukungan kepada keluarga responden untuk memilih alat kontrasepsi samping alat kontrasep si

1: Tidak Ada

samping 1 : tidak ada efek samping

Kuesioner

Wawancara

0: Tidak ada 1: Ada

0 : jika tidak didukung dan tidak ada tanggapan 1 : jika didukung

Ordinal

III.7. Alat ukur Pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. III.8. Pengumpulan data Tahap pengolahan data dimulai dengan terlebih dahulu melakukan cek kelengkapan terhadap seluruh isian quisioner, kemudian data yang diperoleh diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing, : kegiatan pengecekan isian formulir atau quisioner apakah jawaban yang ada di quisioner sudah : a) Lengkap : Semua pertanyaan sudah diisi jawabannnya. b) Jelas c) Relevan : Jawaban pertanyaan cukup jelas terbaca. : Jawaban yang ditulis relevan dengan pertanyaannya.

d) Konsisten : Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten.

40

2. Coding : kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan dalam proses analisis dan juga mempercepat pada saat entry data. 3. Processing, memproses data agar dapat dianalisa yaitu dengan cara mengentry data dari quisioner ke paket program computer. 4. Tabulating, yaitu penyajian data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan presentase. III.9. Analisa data Pada penelitian ini akan dilakukan analisa secara:
a.

Analisa univariat

Analisis ini untuk mengetahui distribusi pemakaian alat kontrasepsi, distribusi responden sesuai tingkat pengetahuan, efek samping alat kontrasepsi, kontrasepsi.
b.

dan

dukungan

keluarga

terhadap

pengggunaan

alat

Analisa bivariat

Analisis ini dilakukan guna mengetahui hubungan (korelasi) antara tingkat pengetahuan, efek samping alat kontrasepsi, dan dukungan keluarga terhadap pemilihan alat kontrasepsi Pil. Analisis korelasi

dilakukan dengan tujuan: 1) untuk mencari bukti terdapat tidaknya korelasi antar variabel 2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel, 3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan berarti (menyakinkan/signifikan) atau tidak berarti(tidak menyakinkan)*. Untuk mencari korelasi tersebut dapat menggunakan

41

bantuan chi-square(X2) pada program SPSS atau menghitung secara manual dengan rumus: X2 = jumlah (fo fh)2 / jumlah fh Ket: X2 = nilai chi-square fo = frekuensi yang diobservasi fh = frekuensi yang diharapkan. Kriteria pengujian dapat dilihat dari nilai probabilitas (pvalue) 0,05 (pada CI:95%) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna dan sebaliknya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

42

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kedamaian memiliki luas 311 Ha, dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir desember 2010 sebanyak 14.470 jiwa yang terdiri dari : Laki-laki Perempuan Jumlah kepala keluarga : 7.311 jiwa : 7.159 jiwa : 3.473 KK

Ada pun batas- batas wilayah Kelurahan Kedamaian sebagai berikut : - Sebelah Utara - Sebelah Selatan : : Kelurahan Tanjung Baru, Kelurahan Jaga Baya II Kelurahan Tanjung Raya, Kelurahan Kota

Baru dan Kelurahan Tanjung Gading - Sebelah Barat : Kelurahan Kali Balok Kencana - Sebelah Timur : Kelurahan ketapang Mata pencaharian warga Kelurahan Kedamaian mayoritas sebagai PNS, buruh bangunan, pegawai swasta, pedagang, wiraswasta dan lain-lain. Sedangkan pemeluk agama mayoritas Agama Islam. Suku Mayoritas adalah Suku Lampung dan Jawa.

A. Potensi Dasar Kelurahan Kedamaian 1. Luas Wilayah Luas wilayah Kelurahan Kedamaian 311 Ha yang terdiri dari pengguna tata usaha tanahny diperuntukkan untuk : Jalan : 32.3 Ha

43

Pemukiman Kuburan Sarana Ibadah Sekolah Pertokoan Perkantoran DLL

: 209.8 Ha : : : : : : 4.7 Ha 9.8 Ha 6.1 Ha 6.9 Ha 5.2 Ha 36.2 Ha

2. Kelurahan Kedamaian keadaan tanahnya cukup tinggi yaitu 500 m di atas permukaan laut dan termasuk wilayah bebas banjir dan banyak curah hujan berkisar antara 2000 s/d 3000 mm pertahun, serta mempunyai jenis tanah liat. 3. Orbitasi Jarak Pemerintahan Kelurahan Kedamaian dengan Kecamatan 2 Km. Jarak dengan Pemerintahan Kota Bandar Lampung 4 Km. Jarak dengan Pemerintahan Provinsi Lampung 6 km.

4. Status Kepemilikan Tanah Tanah bersertifikat Tanah yang belum bersertifikat Tanah sertifikat melalui proda : 97 Ha : 166 Ha : 48 Ha

5. Tingkat Kesuburan Tanah

44

Kesuburan tanah Kelurahan Kedamaian kurang begitu baik untuk jenis tanaman padi akan tetapi baik untuk tanaman lainya seperti singkong dan jenis umbi lainnya. 6. Air Mayoritas masyarakat Kelurahan Kedamaian mengkonsumsi air dari PDAM, sumur bor dan sumur gali. B. Potensi Penduduk 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Gender Tabel 4.a Jumlah penduduk Berdasarkan Gender di Kelurahan Kedamaian tahun 2004-2005
Jumlah Tahun 2004 7.789 6.724 13.523 Tahun 2005 6.791 6.732 13.523

No 1. 2.

Indikator Laki-laki Perempuan Total

2. Jumlah Penduduk Menurut Usia Tabel 4.b Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelurahan Kedamaian Tahun 20042005
No 1. 2. Usia 0-12 bulan 1- 4 tahun Jumlah Tahun 2004 161 1036 Tahun 2005 186 1012

45

3. 4. 5. 6.

5-7 tahun 8-15 tahun 15-56 tahun > 56 tahun Total

542 1915 9452 417 13.523

519 1983 9428 395 13.523

3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tabel 4.c Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kelurahan Kedamain Tahun 2004-2005
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pendidikan Buta huruf Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3 Jumlah Tahun 2004 Tahun 2005 - orang - orang - orang - orang 998 orang 1031 orang 786 orang 998 orang 9574 orang 9627 orang 95 orang 101 orang 75 orang 86 orang 111 orang 123 orang 325 orang 495 orang 21orang 27 orang - orang - orang

4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 4.d Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Kedamaian Tahun 2004-2005
No 1. PNS Jenis Pekerjaan Tahun 2004 Jumlah Tahun 2005 238 252

46

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

ABRI/POLRI Pegawai swasta Buruh Pensiunan ABRI/PNS Pertukangan Pedagang Jasa lainnya

36 1.176 1.451 30 186 1.126 514

48 1.313 1.473 30 186 1.148 540

Karakteristik Responden Pengguna Alat Kontrasepsi Tabel 4.e Frekuensi Usia (subur dan non subur) Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Usia Subur Non subur Total Frekuensi 110 11 121 Persentase (%) 90,9 9,1 100

Ket:

Usia Subur berkisar 19 45 tahun

Usia Non subur <19 tahun atau > 45 tahun. Tabel 4.f Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Tingkat Pendidikan Tinggi Rendah Total Frekuensi 74 47 121 Persentase 61,2 38,8 100

Ket:

Tinggi : SMA, Diploma, Sarjana Rendah : TK,SD, SMP

Tabel 4.g Frekuensi Jumlah Anak(hidup) yang Dimiliki Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Jumlah anak 1 2 Frekuensi 33 45 Persentase (%) 27,3 37,2

47

3 4 5 Total

26 14 3 121

21,5 11,6 2,5 100

Tabel 4.h Frekuensi Pekerjaan Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Pekerjaan PNS* Wiraswasta Buruh IRT** Total Frekuensi 8 12 5 96 121 Persentase (%) 6,6 9,9 4,1 79,3 100

Ket :

* PNS : Pegawai Negeri Sipil ** IRT : Ibu Rumah Tangga

Tabel 4.i. Frekuensi Alat Kontrasepsi yang digunakan Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Jenis Alat Kontrasepsi Pil Suntikan Implant/susuk IUD/Spiral Kondom MOW KB Kalender Total Frekuensi 35 68 1 11 2 2 2 121 Persentase 28.9 56.2 .8 9.1 1.7 1.7 1.7 100.0

IV.1. Hasil Penelitian Jumlah wanita pengguna alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamaan Tanjung Karang Timur sebanyak 174 akseptor dan telah diambil sampel penelitian sebanyak 121 responden. Pengambilan data dilakukan peneliti pada seluruh responden

48

dengan cara angket menggunakan kuisioner. Data diolah dengan bantuan program SPSS16, selanjutnya dilakukan analisa univariat dan analisa bivariat dengan hasil berikut 1. Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari data responden yang diperoleh dan masing-masing variabel independen maupun variabel dependen, antara lain : a. Distribusi pemilihan KB pil Tabel 4.1 Distribusi akseptor KB Pil dan Non Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Alat kontrasepsi Pil Non Pil Total Frekuensi 35 86 121 Persentase 28.9 % 71.1 % 100 %

Dari tabel 4.1. diketahui jumlah responden akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur untuk KB Pil sebanyak 35 akseptor(28.9%) dan KB Non Pil sebanyak 86 akseptor (71.1%).

b. Distribusi tingkat pengetahuan Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Tingkat pengetahuan Frekuensi Persentase

49

Baik Tidak baik Total

50 71 121

41.3 % 58.7 % 100 %

Dari tabel 4.2. diketahui distrubusi tingkat pengetahuan Responden di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur, tingkat

pengetahuan baik sebanyak 50 responden (41.3%) dan tingkat pengetahuan tidak baik sebanyak 71 responden (58.7 %). c. Distribusi Efek Samping Tabel 4.3 distribusi efek samping alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Efek samping Alat Kontrasepsi Ada Tidak Ada Total Frekuensi 65 56 121 Persentase 53.7 % 46.3 % 100 %

Dari tabel 4.3. diketahui distribusi efek samping alat kontrasepsi yang digunakan responden, yang mengalami efek samping sebanyak 65 responden (53.7%) dan yang tidak mengalami efek samping sebanyak 56 responden (46.3%).

d. Distribusi dukungan keluarga Tabel 4.4 Dukungan Keluarga Responden Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

50

Ada Dukungan Tidak Ada Dukungan Total

119 2 121

98.3 % 1.7 % 100 %

Dari tabel 4.4. diketahui jumlah responden yang mendapat dukungan keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 119 reponden (98.3%) dan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga sebanyak 2 responden (1.7%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. a. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Pemilihan Alat

Kontrasepsi Pil Tabel 4.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Alat Kontrasepsi Pil Non Pil Total n % n % n % Tingkat Pengetahuan Tidak Baik Baik 16 119 45,7 54,3 34 52 39,5 60,5 50 71 41,3 58,7 pvalue OR (95%C I)

Total 35 100 86 100 121 100

0,673

Akseptor KB Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur yang tingkat pengetahuan baik tentang KB dan memilih alat kontrasepsi pil sebanyak 16 responden (45.7%). Tingkat pengetahuan tidak baik

51

tentang KB dan memilih alat kontrsepsi pil sebanyak 19 responden (54.3%). Berdasarkan uji statistic diketahui nilai p-value 0.673 (lebih besar dari alpha 5% = 0.05) sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan responden terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur.

b. Hubungan Efek Samping Alat Kontrasepsi dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pil Tabel 4.6. Hubungan Efek Samping Alat Kontrasepsi dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Efek samping alat Kontrasepsi Ada Tidak ada 18 17 51,4 48,6 47 39 54,7 45,3 65 56 53,7 46,3 OR (95%C I)

Alat Kontrasepsi Pil Non Pil Total n % n % n %

Total 35 100 86 100 121 100

pvalue

0,903

Akseptor KB Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur yang memilih alat kontrasepsi pil dan merasakan keluhan/efek samping dari alat kontrasepsi pil sebanyak 18 responden (51.4%) dan yang memilih alat kontrsepsi pil dan tidak merasakan efek samping sebanyak 17 responden (48.6%). Berdasarkan uji statistic diketahui

52

nilai p-value 0.903 (lebih besar dari alpha 5% = 0.05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara efek samping alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur c. Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Alat Kontrassepsi Pil Tabel 4.7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Alat Kontrassepsi Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, juni 2011
Alat Kontrasepsi n Pil % n Non Pil % n total % Dukungan Keluarga Ada Tidak ada 35 0 100 0 84 2 97,7 2,3 119 2 98,3 1,7 pvalue OR (95%CI)

Total 35 100 86 100 121 100

1.000

Akseptor KB Pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kerja camatan Tanjung Karang Timur yang memilih alat kontrasepsi pil dan mendapat dukungan dari keluarga sebanyak 35 responden (100 %) .Berdasarkan uji statistic diketahui nilai p-value 1.000 (lebih besar dari alpha 5% = 0.05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara dukungan

keluarga terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur.

53

IV.2 Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, mengalami beberapa keterbatasan dalam hal : Waktu yang terbatas menjadi kendala utama dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan terhadap 121 responden selama 13 hari dari tanggal 13 juni 2011 sampai 25 juni 2011 terhitung juga untuk menyelesaikan proposal dan makalah. Instrument(kuisioner) yang digunakan dikembangkan oleh peneliti sendiri bukan merupakan instrument yang baku sehingga masih terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan penefsiran instrument. Pengisian kuisioner tidak dilakukan dalam waktu khusus sehingga responden terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal dalam menjawab kuisioner. Responden dalam penelitian ini memiliki variasi dalam tingkat pendidikan yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap pengetahuan dan

pemahaman responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalm kuisioner. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil penelitian.

IV.3. Pembahasan 1. Tingkat Pengetahuan Responden yang memakai alat kontrasepsi pil dan memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (45.7%) dan jumlah responden

54

yang memakai alat kontrasepsi pil dan memilih tingkat pengetahuan tidak baik sebanyak 19 responden (54.3%). Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0.673 lebih besar daripada nilai alpha 5%, berarti tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi pil. Hal ini tidak sesuai dengan BKKBN (2004), dengan tingginya tingkat pengetahuan seseorang akan membantu menentukan pilihan yang terbaik dengan dirinya. Demikian pula dengan teori Green (dalam Soekidjo 2003), bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang

mempermudah seseorang untuk menerima suatu objek dalam hal ini pelayanan kontrasepsi. Hasil penelitian didapatkan jumlah responden yang memakai alat kontrasepsi pil dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan pemakai alat kontrasepsi pil dengan tingkat pengetahuan tidak baik, jika dilihat dari karakteristik responden, tingkat pendidikan tinggi mencapai 74 responden (61.2%), hasil penelitian yang didapat peneliti tidak seperti yang diharapkan yaitu jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik lebih banyak yang memilih pil, hal ini disebabkan karena dalam menetukan pilihan alat kontrasepsi, responden lebih cenderung memilih alat kontrasepsi yang lebih banyak dipakai atau pun ikut-ikutan. Hal ini wajar karena dapat disebabkan oleh sumber informasi tentang alat kontrasepsi yang sedikit

55

atau terpengaruh oleh kerabat maupun tetangga. Namun demikian jumlah akseptor KB pil (28.9%) sudah menggambarkan angka akseptor baru nasional (27.95%). 2. Efek Samping Alat Kontrasepsi Dari hasil penelitian di Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian, didapatkan jumlah responden pemakai alat kontrasepsi pil yang merasakan efek samping sebanyak 18 responden (51.4%) dan yang tidak merasakan efek samping sebanyak 17 responden (48.6%). Hasil statistik didapatkan p-value 0.903 lebih besar dari nilai alpha 5%, yang berarti tidak ada hubunganbermakna antara efek samping alat kontrasepsi dengan pemilihan alat kontrasepsi pil. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Hanafi Hartanto (2004), semakin lama akseptor KB pil mengkonsumsi pil KB maka kemungkinan besar terjadi efek samping-efek samping yang ditimbulkan.

Hasil penelitian menunjukkan angka responden yang memakai alat kontrasepsi pil dan merasakan efek samping sebanyak 18 responden (51.4%). Angka tersebut cukup besar karena disebabkan oleh efek samping yang timbul merupakan efek samping yang sudah diketahui dan sudah banyak yang merasakan dengan kata lain efek samping tersebut wajar jika timbul. 3. Dukungan Keluarga Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang memakai alat kontrasepsi pil dan mendapat dukungan keluarga sebanyak 35 responden

56

(100%). Hasil statistik didapatkan nilai p-value 1.000 lebih besar dari nilai alpha 5% yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemilihan alat kontrasepsi pil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zarkasi (1998), bahwa 90.9% sebelum istri memilih metode kontrasepsi pada umumnya mengadakan musyawarah untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari pasangannya. Hasil penelitian ini disebabkan oleh sedikitnya data dan data kurang variatif/konstan yang diperoleh peneliti, seperti pada hasil kuisioner, responden pengguna KB pil 100% mendapat dukungan dan meskipun tidak mendapat dukungan, responden tetap memakai alat kontrasepsi pil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

57

Proporsi wanita pengguna alat kontrasepsi pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur sebesar 28,9%. Proporsi tingkat pengetahuan wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur yang baik 41,3% dan tidak baik 58,7%. Proporsi efek samping alat kontrasepsi pil yang dirasakan wanita pengguna alat ontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur sebesar 53,7% dan tidak memiliki efek samping 46,3%. Proporsi dukungan keluarga wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur yang mendapat dukungan 98,3% dan tidak mendapat dukungan 1,7%. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan wanita pengguna alat kontrasepsi di Puskesmas Pembantu-1 Kelurahan

Kedamaian Kecamatan Tanjung Karang Timur terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil dengan tingkat pengetahuan. Hal ini berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value 5 = 0,673 yang berarti nilai p > ( 0,05 )
6

Tidak ada hubungan bermakna antara efek samping alat kontrasepsi yang dirasakan wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat

58

kontrasepsi pil. Hal ini berdasarkan Uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,903 yang berarti nilai p > ( 0,05 ) Tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga wanita pengguna alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi pil. Hal ini berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,902 yang berarti nilai p > ( 0,05 )

V.2. Saran Perlunya dilakukan penyuluhan secara berkesinambungan tentang alat kontrasepsi yang meliputi : Penyuluhan oleh pihak-pihak terkait, antara lain : dokter, pihak puskesmas, Depkes, dll Pemberian informasi yang lebih jelas kepada masyarakat mengenai jenisjenis alat kontrasepsi(alkon), efek samping, kekurangan dan kelebihan dari alkon. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kontraindikasi dari setiap alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai