Anda di halaman 1dari 18

BAB I STATUS PASIEN I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Agama Usia Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal masuk RS : Tn. S : Laki-Laki : Islam : 57 tahun : SMA : Pedagang : Sampung, Ponorogo : 27 Juli 2013

Tanggal Pemeriksaan : 29 Juli 2013

II. ANAMNESIS A. Keluhan utama Benjolan pada perut kanan bawah. B. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan benjolan pada perut kanan bawah. Benjolan dirasakan sejak 2 tahun. Awalnya pasien merasakan benjolan dapat hilang timbul 1tahun sebelumnya. Benjolan berbentuk lonjong dan tidak nyeri jika ditekan. Benjolan muncul saat pasien berdiri, mengejan dan batuk. Benjolan hilang saat pasien berbaring dan posisi kaki lebih tinggi dari badan, serta tidak mengganggu aktivitas. Pasien juga mengaku benjolan tidak nyeri dan dapat dimasukkan secara manual menggunakan jari. Kemudian 1tahun berikutnya benjolan selalu timbul dan tidak dapat dimasukkan. Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah, susah buang air besar dan benjolannya tidak hilang dalam posisi berbaring maupun posisi kaki lebih tinggi dari badan. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD dr.Harjono ponorogo pada tanggal 27 Juli 2013.

Saat itu pasien datang dengan keluhan nyeri pada benjolan (+), mual (+), muntah (+), pusing (+), demam (-), batuk (-), BAK normal, tidak bisa BAB selama 2 hari. C. Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat penyakit serupa - Riwayat hipertensi - Riwayat DM - Riwayat alergi - Riwayat operasi sebelumnya D. Riwayat Penyakit Keluarga - Riwayat penyakit serupa - Riwayat hipertensi - Riwayat DM - Riwayat alergi III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Baik Kesadaran a. Vital Sign - Tekanan Darah - Nadi - Respirasi - Suhu b. Status Generalis - Kepala Normocephal, Rambut warna hitam, Bekas luka (-). : 140/90 mmHg : 92 kali/menit : 20 kali/menit : 36 oC : Compos Mentis : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

- Mata Pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm, Refleks cahaya (+/+), Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Oedem palpebra (-/-), Strabismus (-/-). - Hidung Deformitas (-), Septum deviasi (-), Nafas cuping hidung (-). - Telinga Deformitas (-/-), Darah (-/-), Sekret (-/-). - Mulut Bibir merah kecoklatan, Sianosis (-), Sariawan(-), Mukosa pucat (-), Luka pada sudut bibir (-). - Leher Leher simetris, Deviasi trakhea (-), Pembesaran kelenjar limfe (-/-). - Thorax a. Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak. Palpasi : ictus cordis tidak teraba. Perkusi : redup. Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, reguler, bising jantung (-). b. Paru : bantu pernapasan (-). Palpasi : fremitus normal, ketinggalan gerak (-). Perkusi : sonor. Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-). - Abdomen Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, bekas luka (-), distended(+). Auskultasi : peristaltik (+) meningkat. Perkusi Palpasi : timpani : nyeri tekan seluruh lapang perut (+), defans muskuler (-). Inspeksi : simetris kanan kiri, ketinggalan gerak (-), retraksi otot

- Ekstremitas Superior : edema (-/-), deformitas (-/-), akral hangat (+/+). Inferior : edema (-/-), deformitas (-/-), akral hangat (+/+).

c. Status Lokalis - Inspeksi: Tampak benjolan berbentuk lonjong didaerah inguinal dekstra dengan diameter kurang lebih 4 cm atau sebesar telur ayam, warna kulit sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak tampak tanda-tanda peradangan. - Palpasi: Teraba benjolan berbentuk lonjong dengan ukuran 4x2 cm atau sebesar telur ayam, konsistensi kenyal, permukaannya rata dan tidak bisa dimasukkan kembali ke dalam cavum abdomen, nyeri (+), teraba di inguinal lateral dextra. - Auskultasi: Terdengar peningkatan bunyi peristaltik usus. IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 29 Juli 2013
Pemeriksaan Leukosit Limfosit# Mid# Granulosit# Limfosit% Mid% Granulosit% Hemoglobin Eritrosit Hematokrit Indeks eritrosit MCV MCH MCHC Trombosit Hasil 7.9 0.8 0.6 6.5 10.4 7.2 82.4 16.9 6.40 52.9 82.7 26.4 31.9 191 Satuan 103 ul 103 ul 103 ul 103 ul % % % gr/dl 106 ul % fl pg g/dl 103 ul Nilai Normal 4 10 0.8 4 0.1 0.9 27 20 40 39 50 70 11 16 3.5 - 5.5 37 50 82 - 95 27 - 31 32 36 100-300

V. DIAGNOSIS KERJA
4

Hernia Inguinal Lateral Inkarserata Dextra VI. DIAGNOSA BANDING Hernia Inguinal Medialis Hernia Inguinal Femoralis VII.PENATALAKSANAAN Planning terapi : - Operatif - Medikamentosa : Cito Herniotomy : Infus RL flash 20 tpm Drip metronidazole 3x1 Injeksi cefotaxime vial 2x1 Injeksi ketorolac amp 2x1 VIII. FOLLOW UP PASIEN Tanggal 29/7/2013 BAB 2hari. O : TD: 140/90 mmHg Suhu : 36 0C Nadi : 92x/ menit RR : 18x/ menit K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB(-/-) Tho : SDV(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-), BJ I II regular Abd : Peristaltik(+), Nyeri tekan (+) semua lapang perut. Eks : Akral hangat (+) St Lokalis: Side: regio inguinal dextra Size: sebesar telur ayam (4x2 cm) Shape: batas tegas Tanggal 30/7/2013 4x. O : TD: 150/70 mmHg Suhu : 36,5 0C Nadi : 88x/ menit RR : 28x / menit K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB(-/-) Tho : SDV(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-), BJ I II regular Abd : Peristaltik(+), Hipertimpani, Nyeri regio inguinal dekstra Eks : Akral hangat (+) St Lokalis: Post OP di regio inguinal dextra Nyeri (+), Pus (-), Darah (+) A : Post OP hari 1 HIL inkarserata dekstra S : mual (+), muntah (+), pusing (+), tidak S : mual (+), pusing (+), flu (+), BAB cair

Surface: permukaan rata Konsistensi: kenyal, immobile, tidak dapat dimasukkan Nyeri tekan: (+) A : HIL inkarserata dekstra P : Inf RL flash 20tpm Drip metronidazole 3x1 Inj Cefotaxime vial 2x1 Inj Ketorolac amp 2x1 Tanggal 31/7/2013 bisa tidur, nyeri di sekitar luka OP. O : TD: 160/80 mmHg Suhu : 37,7 0C Nadi : 92x/ menit RR : 28x / menit K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB(-/-) Tho : SDV(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-), BJ I II regular Abd : Peristaltik(+), Hipertimpani, Nyeri regio inguinal dekstra Eks : Akral hangat (+) St Lokalis: Post OP di regio inguinal dextra Nyeri (+), Pus (-), Darah (-) A : Post OP hari 2 HIL inkarserata dekstra P : Inf RL flash 20tpm Drip metronidazole 3x1 Inj Cefotaxime vial 2x1 Inj Ketorolac amp 2x1

P : Inf RL flash 20tpm Drip metronidazole 3x1 Inj Cefotaxime vial 2x1 Inj Ketorolac amp 2x1

Tanggal 1/8/2013 sekitar luka OP. O : TD: 150/70 mmHg Suhu : 36 0C Nadi : 84x/ menit RR : 20x / menit K/L : CA(-/-), SI(-/-), PKGB(-/-) Tho : SDV(+/+), Rh (-/-), Wh (-/-), BJ I II regular Abd : Peristaltik(+), Hipertimpani, Nyeri regio inguinal dekstra Eks : Akral hangat (+) St Lokalis: Post OP di regio inguinal dextra Nyeri (+), Pus (-), Darah (-) A : Post OP hari 3 HIL inkarserata dekstra P : Inf RL flash 20tpm Drip metronidazole 3x1 Inj Cefotaxime vial 2x1 Inj Ketorolac amp 2x1

S : perut kembung (+), pusing (+), tidak S : pusing (+), tidak bisa tidur, nyeri di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui bagian yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. 14 Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Medialis (hernia direk) dan Hernia Ingunalis Lateralis (hernia indirek). Hernia inguinalis medialis (HIM) yaitu hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hesselbach. Hernia inguinalis lateralis (HIL) yaitu hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis. 1,12 Bagian- bagian hernia: 13 1. Kantung hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis, bagian- bagiannya adalah colum, korpus, dan basis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis. 2. Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus. 3. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia. 4. Leher hernia/cincin hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia. 5. Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding rongga. B. Epidemiologi Sebanyak 75% dari hernia abdominal terjadi di inguinal dimana jenis hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dibandingkan hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1 serta pria disbanding wanita yakni 7:1.

Sedangkan kasus hernia femoralis hanya kurang dari 10% dari kasus hernia, serta lebih sering terjadi pada lansia dengan perbandingan wanita 4kali lebih sering dibandingkan pria. 1,2 C. Etiologi Penyebab terjadinya hernia: 1,2,5,8,12 1. Lemahnya dinding rongga perut, baik sejak lahir maupun di dapat. 2. Akibat pembedahan sebelumnya. 3. Congenital a. Congenital sempurna Seorang bayi sudah menderita hernia karena defek pada tempattempat tertentu. b. Congenital tidak sempurna Bayi terlahir normal tetapi mempunyai factor predisposisi yakni defek pada tempat tertentu dan beberapa bulan setelah lahir terjadi hernia melalui defek pada tempat tersebut karena dipengaruhi oleh tekanan intra abdominal. 4. Aquisial Merupakan hernia yang bukan disebabkan karena defek congenital melainkan oleh factor lain yang dialami semasa hidup, antara lain: a. Tekanan intra abdominal yang tinggi. b. Konstitusi tubuh. c. Penyakit yang melemahkan dinding perut. D. Klasifikasi Hernia Inguinalis 1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis) Merupakan jenis hernia yang didapat (akuisita) yang disebabkan oleh naiknya tekanan intra abdominal kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Yang berjalan langsung ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini biasanya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia inguinalis medialis jarang bahkan hamper tidak pernah mengalami inkarserata dan strangulasi. 4,5,8

2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis) Disebut hernia lateralis karena menonjol dari perut di lateral vasa epigastrica inferior. Disebut indirek karena melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Dengan pemeriksaan, hernia inguinalis lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Hernia ini dapat terjadi secara congenital ataupun akuisita. 4,5 Perbandingan antara HIM dan HIL 12
Hubungan dengan Tipe HIM Deskripsi Keluarnya langsung menembus fascia dinding HIL abdomen Penonjolan melewati cincin inguinal karena kegagalan penutupan cincin inguinalis interna Lateral Ya Congenital atau dewasa vasa epigastrica inferior Medial Dibungkus oleh fascia spermatica interna Tidak Onset Dewasa

Pembagian hernia secara klinis: 1,2,4,5,6,8,12 1. Hernia reponible: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri atau mengejan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut. 2. Hernia ireponible: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. 3. Hernia inkarserata: merupakan hernia irreponible dimana isi kantong terjepit pada daerah cincin hernia sehingga terperangkap dan tidak dapat kembali kedalan rongga perut, disertai adanya gangguan pasase. 4. Hernia strangulata: merupakan hernia irreponible dimana bagian usus yang mengalami hernia terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi menimbulkan ischemi dengan gejala nyeri didaerah benjolan, kemerahan, kadang isi kantong nekrosis. E. Patofisiologi Hernia Inguinalis Lateralis Pada bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah

10

skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosessus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir, prosessus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal sering belum menutup karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan sehingga kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang membuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Akan tetapi bila kanal terus terbuka karena prosessus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. 1,12 Pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Prosesus yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. 1,2,8 F. Gambaran Klinis Hernia inguinalis lateralis 9,12 1. Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila masih reponibel) serta tetap ada saat berbaring (bila telah irreponible). 2. Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical sewaktu segmen usus halus masuk ke kantong hernia . 3. Gangguan pasase usus seperti mual, muntah, kembung, tidak bisa BAB dan flatus, bising usus meningkat (bila inkarserata). 4. Gangguan vascularisasi hingga dapat terjadi nekrosis (bila strangulata). G. Diagnosa Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala klinis maupun pemeriksaan khusus 4,7

11

1.

Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau saat direposisi.

2.

Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring atau saat direposisi.

3.

Hernia inguinal - Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. - Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Inspeksi Terdapat benjolan di regio inguinalis. Benjolan ini berjalan dari lateral atas kemedia bawah, akan tampak bila pasien diminta mengejan atau batuk. Palpasi Selain itu waktu jari masih didalam anulus eksternus maka pasien diminta mengejan. Bila hernia menyentuh ujung jari hernia inguinalis lateralis . Auskultasi Terdengar bising usus pada waktu auskultasi bila yang menonjol adalah usus, dan hiper peristaltic bila hernia inkarserata. Pemeriksaan Status Lokalis : 1. ZIEMAN TEST : Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada : jari ke 2 : Hernia inguinalis lateralis. jari ke 3 : hernia inguinalis medialis. jari ke 4 : hernia femoralis.

12

2. FINGER TEST : Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5. Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari Hernia inguinalis lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia inguinalis medialis.

3. THUMB TEST : Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan Bila keluar benjolan Hernia inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan Hernia inguinalis lateralis.

H. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada Hernia inkarserata: Isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana, menyebabkan gangguan dari pasase usus, mual, dan muntah. Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. 3 I. Penatalaksanaan

13

Hampir semua hernia harus diterapi dengan operatif. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti inkaserata dan strangulata. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan memotong kantong hernia, hernioraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis inguinalis. Terapi konservatif dilakukan sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi konservatif menggunakan alat penyangga dan tindakan reposisi. 11 1. Terapi konservatif: a. Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. 12 b. Reposisi - Reposisi bimanual: tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi. - Reposisi spontan (pada anak): menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya. 2. Operatif a. Herniotomy Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika terdapat perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin kemudian dipotong. Caranya dengan insisi 1-2 cm di atas ligamentum inguinale dan aponeurosis obligus eksterna dibuka sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari musculus cremaster secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka,

14

lihat isinya dan kembalikan ke cavum abdomen kemudian kantong hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhaphy. Macam operasi: 1. Cito : hernia incerserata dan stranggulata 2. Urgen : penyebab tekanan irreponible, dapat ditunda tak boleh lama 3. Elektif : HIL, HIM, H.Femoralis persiapan baik, cari penyebabnya b. Herniorhaphy Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau nonabsorbable mesh dengan tehnik yang berbeda-beda. Meskipun tehnik operasi dapat bermacam-macam tehnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Tehnik operasi Liechtenstein dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah. 4,7,9 1. Open Anterior Repair Teknik Bassini, Mc Vay, dan Shouldice melibatkan pembukaan aponeurosis musculus obliquus abdominis eksternus dan membebaskan funikulus spermatikus. Dilakukan pembukaan fascia transversalis kemudian inspeksi canalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia di ligasi dan dasar canalis spinalis di rekonstruksi. 4,7,9 Mc Vay

15

Teknik Bassini 2. Open Posterior Repair Posterior repair (ileopubic tract repair dan teknik Nylus) dilakukan dengan membelah dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian canalis inguinalis. Pada teknik ini dilakukan rekonstruksi dari bagian dalam. Posterior repair sering dilakukan pada hernia dengan kekambuhan karena menghidari jaringan parut dari operasi sebelumnya. 11 3. Tention Free Repair With Mesh Yakni teknik Lichtenstein dan Rutkow yang hampir sama dengan teknik open anterior, akan tetapi tidak menjahit bagian fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia. Dengan teknik ini akan diperoleh hasil yang baik dengan angka kekambuhan kurang dari 1 persen. 3,10,11 4. Laparoscopic Teknik laparoscopic hernoirhaphy dilakukan dengan menggunakan pendekatan trans abdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). TAPP dilakukan dengan

16

meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Mesh diletakkan kemudian ditutup dengan peritoneum. Sedangkan TEP adalah prosedur laparoscopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Sehingga kemungkinan usus dan pembuluh darah dapat cidera selama operasi. 7,10,11

DAFTAR PUSTAKA
1.

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 2. Jakarta: FKUI. Hal 313-317. Bhatia P, S J John. 2003. Laparoscopic Hernia Repair (A step by step approach). Edisi I. New Delhi: Global Digital Services, Bhatia Global Hospital and Endosurgery Institute.

2.

17

3.

Bland, Kirby. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York: WB Saunders Company. 795-801. Brian W Ellis, Simon P Brown. 2006. Emergency Surgery. Edisi 23. Hodder Arnold. C Palanivelu. 2004. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I . GEM Foundation. Hal 39-58. David. 2007. Inguinal Hernia Anatomy and Management. www.medscape.com. Gary G Wind. 1997. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I. A Waverly Company. H G Burhitt, O R G Quick. 2003. Essensial Surgery. Edisi 3. Hal 348-359. Michael M, Jeremy Thompson. 2005. Clinical Surgery. Edisi 2. Michael S Kavic. 1997. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Amsterdam: Harwood Academic Publishers. R Bendavid, dkk. 2001. Abdominal Wall Hernias (Principle and

4.

5.

6. 7.

8. 9.

10.

11.

Management). Edisi I. New York: Sringer-Varlag.


12.

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 624-629. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal 65-189. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Texbook of Surgery. 17 th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. Hal 1199-1217.

13.

14.

18

Anda mungkin juga menyukai