Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN REFLEKSI KASUS Fraktur Klavikula pada Gambaran Foto Rontgen Rangkuman Kasus Pasien laki-laki usia 40 tahun

datang post kecelakaan lalu lintas. Pasien mengeluh bahu kanan sulit digerakkan dan bengkak. Nyeri memberat terutama saat digerakkan. Pusing (+), amnesia retrograde (-), mual (-), muntah (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan : tekanan darah : 110/60 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR: 22x/menit, t: 36,8 oC. Status lokalis didapatkan inspeksi tampak bengkak (+), deformitas (+), nyeri tekan (+), limitation gerak (+), gerakan aktif dan pasif terhambat pada region bahu kanan. Perasaan terhadap Pengalaman Gambaran apakah yang diharapkan dari pemeriksaan radiologi thorax pada pasien yang mendukung gejala klinis? Penanganan apa yang seharusnya diberikan? Evaluasi Pemeriksaan Fisik KU Mata : cukup, compos mentis, E4V5M6 : CA (-/-), SI (-/-)

Pupil isokor : +/+ Thorax : Pulmo : vesikuler Cor : S1S2 reguler

Abdomen : supel, BU (+) N, timpani, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral dingin (-) pada keempat ekstremitas Edema (-) pada keempat ekstremitas Pemeriksaan Penunjang 1. Foto rontgen sebelum operasi : Foto dada posisi AP, relatif simetris, inspirasi cukup, kondisi foto keras Kesan : Tampak fraktur komplete tulang klavikula dekstra 1/3 pars medialis, posisi kurang baik

Pulmo dalam batas normal Besar cor dalam batas normal

2. Foto rontgen sesudah operasi : Foto regio klavikula dekstra, posisi AP, kondisi cukup Kesan : Tampak fraktur tulang klavikula dekstra pars tertia media. Dalam fiksasi internal screw, posisi relative baik Tak tampak dislokasi caput humerus dekstra Tampak pengait tali fiksasi

Analisa Pasien datang dengan keadaan post kecelakaan lalu lintas yang menandakan kemungkinan besar mengalami trauma. Pasien mengeluh bahu kanan nyeri dan sulit untuk digerakkan. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tampak tanda-tanda bengkak, nyeri, deformitas, limitasi gerak (+), gerakan aktif dan pasif terhambat. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, keluhan dari pasien mengarah ke gejala klinis fraktur. Menurut Asosiasi Nyeri Internasional, nyeri merupakan sensasi subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial yang dirasakan dalam suatu kejadian dmana terjadi kerusakan. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kurang memastikan penyebab keluhan pada pasien sehinga dilakukan foto dada posisi AP untuk membantu menegakkan diagnosis pasien. Hasil foto dada menunjukkan kesan fraktur complete klavikula dekstra 1/3 pars medialis dengan posisi kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab gangguan pada pasien diakibatkan oleh fraktur klavikula dekstra. Bengkak pada pasien menunjukkan lokasi fraktur, dimana terjadi tanda-tanda inflamasi. Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan akibat rudapaksa. Fraktur dapat disebabkan oleh peristiwa trauma, peristiwa kelelahan atau tekanan (stress fraktur), dan fraktur patologik. Klasifikasi fraktur klavikula : 1. Fraktur mid klavikula (fraktur 1.3 tengah klavikula). Fraktur terjadi di daerah medial ligamen korako-klavikula (antara medial dan 1/3 lateral). Mekanisme terjadinya fraktur dapat berupa trauma langsung atau tak langsung. 2. Fraktur 1/3 lateral klavikula. Fraktur terjadi pada daerah klavikula lateral dan ligament korako-klavikula, yang terdiri atas:

a. Tipe 1 : undisplaced jika ligament intak b. Tipe 2 : displaced jika ligament korako-klavikula rupture c. Tipe 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis Pasien pada kasus ini mengalami fraktur klavikula 1/3 tengah dimana otot sternokleidomastoideus akan menarik fragmen medial ke atas, sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral ke bawah. Hal ini seperti ditunjukkan pada gambaran foto dada pasien dalam kasus ini. Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, imobilisasi, reposisi, dan pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Rekognisi yaitu mengenali cirri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras. Imobilisasi pada pasien fraktur dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan eksternal. Macam-macam fiksasi internal : 1. Kawat (wire) digunakan sebagai jahitan atau benang guna untuk menjahit tulang kembali bergabung bersama. Kawat digunakan untuk mengembalikan fragmen tulang kecil di region metaphyseal dan epiphyseal, terutama pada fraktur di distal kaki, siku dan tangan. Biasanya digunakan untuk terapi definitive dan sementara. Biasa diberikan pada keadaan tidak ada kehilangan posisi fragmen tulang yang mana berfungsi menstabilkan fragmen tulang panjang. Tension band wiring merupakan teknik pemakaian wire pada sisi tension atau sisi yang mengalami gaya eccentric dari suatu fraktur dengan tujuan untuk mengubah tensile force menjadi compression force. Penerapan penggunaan tension band wiring pada fraktur yang melibatkan sendi, tarikan otot selama pergerakan cenderung untuk memisahkan fragmen tulang. Penggunaan tension band akan menetralisir gaya tersebut dan bahkan mengubah gaya distraksi menjadi gaya kompresi saat sendi dalam keadaan fleksi. Syarat tension band wiring : - Tulang atau bentuk fraktur mampu untuk bertahan terhadap gaya kompresi - Korteks pada daerah yang akan dipasang tension band intak - Bahan untuk tension band : screw, wire atau benang harus mampu menahan kekuatan gaya tensile. Indikasi tension band wiring : - Fraktur pada patella

- Fraktur olecranon - Fraktur distal fibula - Fraktur medial maleolus - Fraktur pelvis - Fraktur trochanter mayor femur Aplikasi tension band wiring : Metode 1 - Fragmen fraktur direduksi dan difiksasi dengan 2 buah K-wire - Dibuat lubang pada humerus, distal dari garis fraktur - Masukkan wire loop pada lubang tersebut, kemudian dibentuk figure of eight dan dilingkarkan pada kedua K-wire tersebut. Metode 2 - Dipasang cortex screw 3.5 mm, kemudian wire loop dipasang berbentuk figure of eight melingkari kortek screw dan bagian bawah dari m.supraspinnatus

Kesimpulan Hasil pemeriksaan foto dada menunjukkan tampak fraktur komplete tulang klavikula dekstra 1/3 pars medialis dengan posisi kurang baik. Hal ini sesuai dengan gejala yang dikeluhkan pasien serta dari pemeriksaan fisik yang mengarah ke fraktur. Penanganan reposisi fraktur yang digunakan pada pasien ini yaitu fiksasi internal berupa sekrup (screw ) dan fiksasi eksternal berupa pembebatan. Daftar Pustaka Carter, M.A. 2005. Fraktur dan Dislokasi dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Jakarta: EGC Rasjad, C. et al. 2010. Sistem Muskuloskeletas dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Brosur Orthopedi dan Traumatologi (II) diungguh daru http : fiksasi internal fraktur//alitspracticalorthopaedic.blogspot.com/2013/03/brosur-orthopedi-traumatologi-ii.html? q=fiksasi, pada tanggal 23 agustus 2013

http://www.scribd.com/doc/16606740/Tension-Band-Wiring http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf

2. Sekrup (screw) merupakan fiksasi yang paling sering digunakan. Indikasi screw : Fraktur terbuka grade II dan grade III Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis Fraktur yang miskin jaringan ikat Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes melitus

Kawat (wire) digunakan untuk Plate dan screw digunakan pada patah tulang metaphyseal tulang panjang dan patah tulang diaphyseal tulang radius dan ulna. Screw dibedakan menjadi dua yaitu screw kortikal dan kanselus. Screw kortikal berbentuk berulir dan biasanya memiliki diameter benang yang lebih kecil. Screw kortikal dirancang untuk digunakan dalam diaphysis. Sedangkan sekrup kanselus dimaksudkan untuk menyeberangi segmen panjang tulang kanselus yang terdapat pada epifisis. Sekrup kanselus memiliki diameter benang yang lebih besar dan sebagian bentuknya berulir. Indikasi kawat (wire) : - Fraktur komminutiva Tension band : Tension band statis : tension band yang menghasilkan gaya kompresi pada saat pemasangan, seperti pada tulang medial maleolus.

Tension band dinamis : tension band yang menghasilkan gaya kompresi yang meningkat pada saat bergerak. Misal fraktur patella, fraktur olecranon

Sumber : http://www.scribd.com/doc/16606740/Tension-Band-Wiring http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai