Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO I KEJADIAN LUAR BIASA, DBD DI CIAMIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK A5

Clarissa Rayna S.P Elga Puri Indanarta Fernando Feliz C. M. Rama Anshorie Mifta Wiraswesti

(G0010045) (G0010069) (G0010079) (G0010117) (G0010125)

Paramita Stella

(G0010149)

Rachma Dinar Okfiani (G0010157) Siska Dewi Agustina Yohanes Purbanta S. (G0010179) (G0010199)

Yusuf Budi Hermawan (G0010203)

Tutor : Dr. Risya Cilmiati A R, drg, M.Si, Sp.KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dokter sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer akan menjalankan perannya dengan landasan kedokteran klinis dan kedokteran komunitas, sehingga tidak hanya mampu melakukan upaya kuratif pada pasien individu namun juga mampu melakukan upaya komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif pada individu sakit, individu sehat serta anggota komunitas. Penyakit dan masalah di bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat apalagi yang memiliki angka kejadian tinggi di populasi menjadi perhatian untuk dikelola dengan sistem managerial yang terintegrasi dan kerjasama dokter, tenaga kesehatan profesional dan komunitas.

Berikut kasus yang menjadi bahan diskusi tutorial kali ini: Kejadian Luar Biasa, DBD di Ciamis Minggu 19 Mei 2013 | 04.59 WIB CIAMIS, KOMPAS.comDalam lima bulan terakhir sepanjang 2013, kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ciamis, Jawa Barat, meningkat tajam. Menurut catatan Dinas Kesehatan Ciamis, dalam rentang waktu tersebut 141 orang dirawat akibat DBD. Dari ratusan yang terkena DBD dua orang meninggal dunia. Dua orang penderita yang meninggal akibat DBD adalah atas nama Rika (7) dan Agus Ikin (45). Rika warga Desa/Dusun Sindangjaya RT 9/03, Kacamatan Banjarsari yang meninggal di RSU kota Banjar pada Januari lalu. Sedangkan Agung, warga Kawali, meninggal di RSHS Bandung. Menurut Kabid Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Ciamis, H Yoyo, banyaknya kasus DBD selama Januari hingga Mei sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasi P4B Dinkes Ciamis Osep Hernandi mengatakan kasus DBD yang terjadi selama lima bulan terakhir sudah melampaui jumlah kasus sepanjang 2012. Sepanjang 2012 hanya terjadi 138 kasus dengan 3 penderita meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2013 yang baru memasuki bulan kelima, sudah terjadi 141 kasus dengan korban meninggal sudah dua orang. Kondisi ini sudah termasuk kategori KLB, ujar Osep.

Serangan DBD terbanyak, kata Osep, terjadi di Ciamis (27 kasus) dan Banjarsari (13 kasus). Lalu Cisaga, Pangandaran dan Baregbeg (7 kasus). Kasus DBD ini terjadi dan hampir menyebar di 36 kecamatan di Ciamis, kata Yoyo dan Oded. Meningkat tajamnya kasus DBD di Ciamis selama 2013, kataOsep, lantaran cuaca yang tidak menentu, hujan masih sering turun diselingi panas terik. Osep mengatakan kondisi seperti itu memicu perkembangbiakan nyamuk aedes aegipty, penular DBD. Kondisi pancaroba ini diperkirakan akan berlangsung sampai Juli, ujarnya. Sementara itu penyakit Cikhungunya yang sempat menyerang 20 warga di lingkungan Blok Aren di Jalan Stasiun Ciamis, mulai reda. Tidak ada penambahan kasus. Kasus Cikhungunya di Blok Aren mulai reda, ujar Osep. Menurut Osep Dinas Kesehatan sudah menurunkan petugas ke lokasi untuk melakukan penyuluhan dan pendataan warga yang terjangkit Cikhungunya. Fogging belum dilakukan, langkah utama yang dianjurkan adalah pemberantasan sarang nyamuk, ujarnya.

Sumber : Tribunnews Editor : Palupi Annisa Auliani (http://regional.kompas.com/read/2013/05/19/04590153/Kejadian.Luar.Biasa.DBD.di.Ci amis)

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Apa perbedaan wabah dan KLB? Bagaimana kriteria untuk menentukan KLB? Bagaimana langkah penyelidikan KLB? Bagaimana pengelolaan setelah tegak status KLB ? Bagaimana alur epidemiologi KLB DBD ? Bagaimana pencegahan terhadap kejadian KLB?

C. Tujuan penulisan 1. 2. Mampu membedakan kejadian wabah dan KLB Mampu menjelaskan konsep terjadinya penyakit dan faktor-faktor risiko dalam lingkungan dalam mendukung terjadinya penyakit.

3.

Mampu menjelaskan pengaruh behaviour dalam keberhasilan penanggulangan penyakit.

4.

Mampu menjelaskan dan melakukan upaya penyelidikan dan penanggulangan wabah.

5. 6.

Mampu menjelaskan metode pencegahan kejadian KLB Memenuhi tugas kelompok tutorial Laporan Diskusi Tutorial skenario 1 Blok Kedokteran Komunitas.

D. Manfaat penulisan Penulisan laporan ini diharapkan dapat sebagai sarana pembelajaran mahasiswa dalam rangka mempelajari dan memahami ilmu kedokteran komunitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA A. Perbedaan wabah dan KLB 1. Wabah

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Menurut UU RI no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular)

Menurut DEPKES wabah adl suatu penigkatan kejadian kesakitan atau kematian yg telah meluas secara cepat baik dalam jlh kasus maupun daerah terjangkit (depkes dirjen P2M dan PLP, 1981).

Benenson (1985) wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk satu daerah, yang nyat-nyata melebihi jumlah yang biasa

Last (2001) wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, peril;aku yang brehubungan dengankesehatan, atau kejadian lain yg berhubungan dengan kesehatan, yg jum;lahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

Menurut UU no 6 tahun 1962 tentang wabah. Wabah adalah penjalaran suatu penyakit dg cepat di suatu daerah tertentu, sehingga dalam waktu singkat jumlah penderita menjadi banyak, yg harus dibatasi dg isolasi si penderita dari orang-orang lain disekitarnya.

Permenkes no 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan sistem kewaspadan dini KLB. Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakitmenular dalam masyarakat yg jumlah penderitanya menigkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yg lazim pd waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka. 2. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu

Outbreak, biasa disebut juga sebagai wabah ataupun kejadian luar biasa atau epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) / outbreak / wabah / epidemik adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kriteria KLB Dalam buku Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular yang ditulis oleh Prof. Dr. Umar, suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. b. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst) c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun). d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata2 per bulan dalam tahun sebelumnya. f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya. g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya. h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus neonatorum. i. j. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. k. Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan dan keracunan pestisida. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian), dengan tujuan khusus : a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB Tergolong Kejadian luar biasa, jika ada unsur : a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. b. Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu). c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun). d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Jadi perbedaan antara outbreak, KLB, dan wabah adalah adalah lingkup dari luasnya peningkatan suatu kejadian penyakit dimana outbreak lingkupnya lebih kecil dari KLB dan KLB lebih kecil dari Wabah. Yang berhak menyatakan wabah adalah Menkes, KLB dapat dinyatakan oleh pemerintah daerah setempat sedangkan outbreak jika ada peningkatan kasus dua kali lebih besar dalam tiga kurun waktu.

B. Langkah Penyelidikan KLB Setelah ditemukan kejadian KLB, maka seharusnya pelayanan kesehatan melakukan penyelidikan terhadap temuan kasus. Metode penyelidikan yang digunakan umumnya sama untuk daerah-daerah di Indonesia. Menurut Duffy ME dan Jacobsen BS (2001), Penyelidikan Epidemiologi KLB dibagi menjadi beberapa langkah yaitu: Langkah 1. Persiapan investigasi di Lapangan 1. Investigasi : pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat 2. Administrasi : prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan, uang tunai, dan keperluan pribadi lainnya. 3. Konsultasi : peran masing-masing petugas yang turun kelapangan, tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah 2. Menentukan dan memastikan adanya wabah 1. Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan

2. Pembuktian adanya wabah Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau bulan atau periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya. Langkah 3. Memastikan Diagnosis 1. Memastikan bahwa masalah telah benar diadiagnosis dengan bebar, dan sesuai dengan yang dilaporkan 2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. Langkah 4. Tentukan dan Identifikasi Kasus (membuat definisi kasus dan menemukan dan menghitung kasus) 1. Informasi klinis tentang penyakit 2. Karakteristik tentang orang yang rentan 3. Informasi mengenai lokasi atau tempat 4. Spesifikasi waktu selama wabah yang terjadi Penyelidikan kasus didefinisikan dalam tiga kelas sebagai berikut : 1. Kasus pasti (confirmed), harus di sertakan dengan pemeriksaan laboratorium dengan hasil + 2. Kasus mungkin (Probable), harus memenuhi semua cirri klinis penyakit tanpa pemeriksaan laboratorium 3. Kasus meragukan (Possible), biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja. Sumber informasi : 1. Catatan surveilans 2. Catatan keluar RS, statistic kematian, register, dll. 3. Data wilayah di dekatnya atau data rasional. 4. Survey Langkah 5. Melakukan Epidemiologi Deskriptif 1. Gambaran Perjalanan wabah berdasarkan waktu (Kurva epidemik, Perjalanan Wabah, Mencari Periode Pemaparan 2. Gambaran Kejadian wabah berdasarkan orang 3. Gambaran Kejadian wabah berdasarkan tempat Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)

Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat secara kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu, bulan, jam (pada kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran dan cara-cara penyebaran. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu disajikan dalam bentuk kurve epidemik. Ciri-ciri kurva epidemik: 1) Berbentuk histogram 2) Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit 3) Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit 4) Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus 5) Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala) 6) Pilih skala untuk aksis-X 7) Masa pra wabah

Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu 1. Common Source Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok menyeluruh dan terjadinya dalam wakturelatif singkat (sangat mendadak). Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu : a. Point Source Epidemik (kurva epidemik dengan satu puncak) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan tunggal.Contohnya kejadian keracunan dan polusi. b. Intermittent Common Source Epidemik (kurva epidemik denggan beberapa puncak ) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare dan disentri. 2. Propagated atau Progressive Epidemik Adalah suatu bentuk epidemik yang terjadi karena penularan dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui udara, makanan maupun vector. Biasanya kejadian epidemik seperti ini relative lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa intubasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kepadatan dan penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian bertujuan untuk menunjukkan distribusi

kejadian penyakit menurut daerah geografis atau tempat sehingga nantinya dapat ditentukan kemaparan terhadap sumber penyakit atau penyebab terjadinya kejadian dan cara penyebarannya. Data yang dikumpulkan tergantung dari jenis penyakitnya yaitu dapat berupa karakteristik geografis, keadaan sanitasi lingkungan, sumber air bersih, kebiasaan tertentu, dsb. Tergantung dari jenis penyakitnya.

Langkah 6. Kembangkan Hipotesis 1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu: Apa reservoir utama agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan? Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular? 1. Wawancara dengan beberapa penderita 2. mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan. 3. Kunjungan rumah penderita 4. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat 5. Epidemiologi diskriptif Langkah 7. Menilai Hipotesis 1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau 2. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan. Langkah 8. Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan Penelitian Epidemiologi epidemiologi analitik Penelitian Laboratorium dan Lingkungan Pemeriksaan serum Pemeriksaan tempat pembuangan tinja Langkah 9. Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan 1. Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin 2. Upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui 3. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit.

4. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. Langkah 10. Menyampaikan Hasil Penyelidikan Langkah 11. Menindakanjuti Rekomendasi.

C. Penanggulangan KLB di Indonesia Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan meliputi : a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk: Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah Menentukan cara penanggulangan Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti : Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah b. Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk Tindakan Karantina, dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier) c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orangorang yang belum sakit tetapi mempunyai resiko untuk terkena penyakit.

d. Pemusnahan Penyebab Penyakit, dilakukan terhadap : Bibit penyakit/kuman hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab penyakit. Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit. e. Penanganan Jenazah Akibat KLB, dilakukan denganmemperhatikan norma agama atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap jenazah akibat penyakit KLB, perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya yang meliputi : Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan; Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan f. Penyuluhan kepada Masyarakat mengenai upaya penanggulangan KLB dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat. Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai media komunikasi, massa baik pemerintah maupun swasta. Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah, peran serta tersebut dapat dilakukan dengan : Memberikan informasi adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah Kegiatan lainnya g. Upaya Penanggulangan Lainnya, yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masingmasing penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, misalnya penutupan daerah tertentu yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/Daerah atas permintaan Menteri. Penanggulangan KLB dilakukan tidak perlu menunggu ditetapkannya suatu wilayah menjadi Daerah KLB, begitu ada gejala atau tanda terjangkitnya suatu penyakit KLB segera dilaksanakan upaya penanggulangan seperlunya. Tindakan yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan seperlunya adalah sama dengan upaya penanggulangan KLB pada umumnya dan bilamana perlu untuk

penanggulangan seperlunya dapat dibentuk Tim Gerak Cepat. Masalah KLB dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan nasional yang berkaitan dengan sektor non kesehatan.

D. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa oleh WHO Secara general, WHO sudah mengeluarkan beberapa langkah penanggulangan KLB yang dapat digunakan sebagai acuan penyelidikan dan penanggulangan KLB di seluruh dunia. Langkah-langkah tersebut yaitu : 1. Preparedness Dalam setiap situasi darurat, lembaga utama untuk kesehatan bertanggung jawab untuk persiapan untuk dan respon terhadap peningkatan yang tajam dalam jumlah kasus penyakit. Health coordination meetings. Surveillance system : laporan mingguan kepada Departemen Kesehatan dan WHO (selama terjadi outbreak kemungkinan laporan harian daripada mingguan) Rencana respon outbreak pada setiap penyakit : sources, skills and activities yang dibutuhkan Persediaan : alat untuk sampling laboratorium, antimikroba yang sesuai, cairan iv, vaksin Rencana untuk bangsal isolasi di rumah sakit Laboratorium support Ada sejumlah penyakit dengan potensi epidemi yang menimbulkan besar ancaman bagi kesehatan penduduk, penyakit tersebut adalah Kolera, Meningoccocal disease, Measles, Shigellosis Pada beberapa daerah, penyakit yang mempunyai potensi epidemi adalah : Malaria, Louse-borne typhus, Yellow fever, Trypanosomiasis, Visceral or cutaneous leishmaniasis, Viral haemorrhagic fevers, Relapsing fever, Typhoid, Hepatitis A dan E 2. Detection

Untuk memastikan deteksi dini KLB dalam situasi darurat, sebuah dasar sistem surveilans dengan mekanisme peringatan dini yang disepakati oleh semua operasional lembaga sangat penting. Pelaporan bentuk, definisi kasus dan pelaporan mekanisme harus dikembangkan oleh badan kesehatan utama pada awal situasi darurat dan konsensus dicapai dengan semua instansi. Pekerja klinik di tingkat perawatan primer dan sekunder adalah komponen kunci dari awal sistem peringatan. Mereka harus dilatih untuk melaporkan segera setiap kasus yang dicurigai penyakit dengan potensi epidemi ke koordinator kesehatan. Untuk memastikan deteksi cepat KLB dalam situasi darurat, maka perlu: untuk mendirikan sebuah sistem peringatan dini dalam sistem surveilans, dengan pelaporan penyakit dengan potensi epidemi; untuk melatih pekerja klinis untuk mengenali penyakit prioritas / sindrom; untuk melatih pekerja klinis untuk melaporkan kasus penyakit prioritas / sindrom segera ke koordinator kesehatan; untuk koordinator kesehatan untuk melaporkan kepada badan kesehatan yang memimpin; untuk mengatur pengawasan selama periode berisiko tinggi dan dalam daerah yang mempunyai resiko tinggi Sistem surveilans idealnya akan mendeteksi KLB pada tahap awal. Setelah KLB terjadi, investigasi akan diperlukan untuk: mengkonfirmasi KLB, mengidentifikasi semua kasus dan kontak,

mendeteksi pola penyebaran epidemi, estimasi potensi untuk menyebar lebih lanjut, menentukan apakah langkah-langkah kontrol bekerja secara efektif Ambang batas waspada digunakan untuk: (a) peringatan dini dan meluncurkan penyelidikan pada awal KLB (b) memeriksa epidemic preparedness (c) memulai

kampanye vaksinasi jika ada KLB di negara tetangga (d) memprioritaskan daerah untuk kampanye vaksinasi dalam outbreak. Ambang epidemi digunakan untuk mengkonfirmasi munculnya KLB untuk meningkatkan langkah-langkah kontrol, seperti vaksinasi massal, manajemen kasus yang sesuai, mendistribusikan pengobatan ke layanan-layanan kesehatan, melakukan perawatan sesuai dengan epidemic protocol, menginformasikan kepada public. OCT (Outbreak Control Team): a health coordinator a clinical worker a laboratory technician a water/sanitation specialist a vector control specialist a representative of the local health authority health educators community leaders

3. Confirmation

4. Response a. Investigasi Tentukan definisi kasus KLB. Hitung jumlah kasus dan menentukan ukuran populasi (untuk menghitung attack rate). Mengumpulkan / menganalisa data deskriptif untuk tanggal (misalnya waktu / tanggal onset, tempat / lokasi kasus dan individu karakteristik seperti umur / seks) Tentukan populasi berisiko Merumuskan hipotesis untuk patogen / source / transmisi. Menindaklanjuti kasus dan kontak Melakukan penyelidikan lebih lanjut / studi epidemiologi (misalnya untuk memperjelas modus transmisi, carrier, dosis yang dibutuhkan, definisi yang lebih baik dari faktor risiko untuk penyakit dan pada kelompok berisiko Menulis sebuah laporan investigasi (investigasi hasil dan rekomendasi untuk tindakan) b. Kontrol Melaksanakan pengendalian dan tindakan pencegahan khusus untuk penyakit Mencegah paparan (isolasi misalnya kasus KLB kolera) Mencegah infeksi (misalnya vaksinasi KLB campak)

Mencegah penyakit (high risk group diberikan chemoprophylaxis) Mencegah kematian Perlakukan kasus dengan pengobatan yang dianjurkan seperti dalam pedoman WHO / nasional OCT harus: Bertemu setiap hari untuk update perkembangan KLB meninjau sumber daya manusia, logistik dan keuangan yang tersedia untuk mengelola KLB mengawasi investigasi kasus yang dilaporkan untuk mengetahui patogen, sumber infeksi dan transmisi memastikan bahwa para pekerja klinis melaporkan kasus-kasus yang diduga tim dengan segera memastikan bahwa para pekerja menggunakan standard treatment protocols memastikan bahwa kasus-kasus diukur oleh waktu dan tempat menghasilkan peta spot dan kurva epidemi mengawasi pelaksanaan tindakan pengendalian Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk response outbreak adalah

5. Evaluation

Setelah sebuah KLB, tim pengendalian KLB harus melakukan evaluasi secara menyeluruh, sebagai berikut : penyebab KLB surveilans dan deteksi KLB kesiapan untuk KLB manajemen KLB kontrol tindakan Isu-isu spesifik yang harus dievaluasi meliputi: ketepatan waktu deteksi dan respon efektivitas biaya kesempatan yang hilang kebijakan yang baru / direvisi Temuan dari evaluasi ini harus didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis berisi rekomendasi yang jelas tentang: karakteristik epidemiologi epidemi surveilans kesiapan tindakan pengendalian dilakukan

E. Pencegahan KLB Upaya penanggulangan wabah meliputi: a. Penyelidikan epidemiologis; Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah Menentukan factor penyebab timbulnya wabah Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah Menentukan cara penanggulangan wabah Kegiatan : Mengumpulkan data morbiditas dan mortalitas penduduk Pemeriksaanklinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan, terhadap makhluk hidup dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina, tujuannya adalah : Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier) c. Pencegahan dan pengebalan; tindakan-tindakan yang dilakukan untuk member perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit. d. Pemusnahan penyebab penyakit, terutama pemusnahan terhadap bibit

penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang mengandung bibit penyakit. e. Penanganan jenazah akibat wabah; penanganan jenazah yang kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia. Penanganan secara khusus itu meliputi pemeriksaan jenazah oleh petugas kesehatan dan perlakuan terhadap jenazah

serta sterelisisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan. f. Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat persuasive edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menanggulangi wabah.

PEMBAHASAN

Pada skenario ini, didapatkan data pada lima bulan terakhir sepanjang 2013, 141 orang dirawat akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ciamis, Jawa Barat. Selain itu, dari ratusan orang yang terkena DBD, dua orang diantaranya meninggal dunia. Adapun kriteria suatu penyakit disebut sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) antara lain: a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui. b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst) c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun). d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata2 per bulan dalam tahun sebelumnya. f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya. g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.

h.

Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus neonatorum.

i. j.

Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu sebelumnya daerah tersebut bersangkutan. dinyatakan bebas dari penyakit yang

k.

Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan makanan dan keracunan pestisida.

Kejadian luar biasa terjadi akibat adanya trias epidemiologi yang tidak seimbang. Trias epidemiologi terdiri atas agent, host dan lingkungan. Perubahan keseimbangan itu terjadi karena kenaikan jumlah atau virulensi agent, adanya agent baru yang sebelumnya tidak ada, keadaan yang mempermudah penularan penyakit dan perubahan imunitas penduduk terhadap agent yang pathogen, lingkungan dan kebiasaan penduduk. a. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai penyelidikan KLB antara lain: b. Persiapan penelitian lapangan yang mencakup lokasi, gambaran penyakit, keadaan geografis dan transportasi, pembuatan rencana kerja dan perizinan terhadap pejabat setempat. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB (dilihat dari kriteria KLB) Memastikan diagnosis etiologis Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan Mendeskripsikan kasus berdasarkan populasi, waktu dan tempat Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB Merencanakan penelitian lain yang sistematis Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi

m. Melaporkan hasil penyelidikan ke instansi kesehatan setempat dan sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Dalam menanggulangi kejadian luar biasa, tidak perlu menunggu suatu daerah diputuskan menjadi daerah KLB. Jika ada satu gejala yang mengarah kepada KLB, sebaiknya segera diberikan penanggulangan sepenuhnya. Langkah-langkah

penanggulangan KLB antara lain dengan penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, pencegahan dan pengebalan untuk masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat KLB, penyuluhan kepada masyarakat dan lain-lain. Program penanggulangan KLB adalah adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pokok program penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman KLB secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota; upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan KLB; penyelenggaraan SKD-KLB, kesiapsiagaan menghadapi

kemungkinan adanya KLB dan tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. Menurut Marguerite (2009), demam dengue adalah demam akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam kulit, yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue (DBD)/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Demam dengue dan DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini memiliki 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Dengue adalah penyakit yang terdapat di seluruh dunia, dan sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini paling sering terjadi di Asia Tenggara, tetapi menjadi lebih sering terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Marguerite, 2009). Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang. Pencegahan dilakukan dengan langkah 3M : 1. menguras bak air 2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk 3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang

membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu (Depkes RI, 2003) Di tempat yang sudah terjangkit DBD dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging. Tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang dipakai. Selain itu, partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa (Depkes RI, 2003) Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat anti nyamuk yang dioleskan (Depkes RI, 2003)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 1. Berdasarkan pembahasan dan diskusi dalam tutorial kasus DBD di Ciamis termasuk Kejadian Luar Biasa yang ditentukan berdasarkan perbandingan dengan keadaan pada tahun sebelumnya. 2. Terdapat perbedaan antara outbreak, KLB, dan wabah. Perbedaan yang paling dapat dilihat adalah jumlah/frekuensi kejadian dan luas wilayah yang terkena dampak. 3. Penyelidikan epidemiologi pada kejadian KLB harus menggunakan tahapantahapan yang telah diatur oleh Undang-Undang dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah yang terkena agar dapat menanggulangi kejadian KLB secara tepat dan tuntas . B. Saran 1. Perlu penyamaan persepsi mengenai istilah-istilah dalam epidemiologi agar tidak terjadi kerancuan dan perbedaan makna dari istilah-istilah di kedokteran dan masyarakat 2. Buku panduan tutorial seharusnya sudah diterima mahasiswa sebelum mengadakan tutorial pertama agar diskusi lebih terarah ke tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

3.

4. 5.

http://www.who.int/infectious-disease- news/IDdocs/who cds200527/whocds200527 chapters/4 Outbreak_control.pdf Depkes RI (2003). Pencegahan Dan Penanggulangan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Lingkungan; 2003.Duffy ME dan Jacobsen BS (2001). Univariate descriptive statistics. In: Barbara Hazard Munro (ed.): Statistical methods for health care research. Philadelpia, PA: Lippicott Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc. Marguerite A (2009). Dengue Fever. Merck Manual Home Health Handbook

Anda mungkin juga menyukai