Anda di halaman 1dari 1

Abstrak Penelitian tentang Pemberdayaan Pengelolaan Wakaf di Semarang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pemberdayaan dalam pengelolaan wakaf

di Kota Semarang. Penelitian difokuskan pada pengelolaan wakaf bondo Masjid Agung Semarang yang dilaksanakan oleh Badan Kesejahteraan Masjid Kota Semarang sebagai nadzir. Penelitian dilakukan dengan mengimplementasikan tahap-tahap dalam penelitian deskripitif-analitik. Pengumpulan data dilakukan antara melalui studi dokumen, wawancara mendalam dan Fosuc Group Discussion (FGD). Dari eksplorasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan wakaf oleh BKM lebih berfokus pada persoalan pengamanan harta wakaf Bondo Masjid Agung Semarang. Hal demikian berimplikasi pada terbatasnya upaya pemberdayaannya. Banyak faktor yang nmenyebabkan kondisi demikian. Salah faktor utamanya adalah kenyataan tipologi tanah wakaf Bondo Masjid Agung sebagian besar adalah lahan tidak produktif. Sebenarnya banyak gagasan inovatif yang digagas ataupun dianjurkan kepada BKM selaku nadzir terkait upaya pemberdayaan lahan-lahan tersebut. Akan tetapi hal tersebut sulit dilaksanakan karena terkendala oleh faktor seperti faktor modal, ketiadaan investor dan keterbatasan SDM Pengelola. Meskipun kondisi pengelolaan wakaf oleh BKM Kota Semarang sedemikian rupa, namun terdapat kondisi umum yang membuka peluang untuk memberdayakan wakaf ke arah lebih produktif. Situasi kondusif tersebut antara lain adanya pemikiran fiqh yang lebih fleksibel sebagai landasan filosofis, terdapat payung hukum berupa undang-undang wakaf lebih pro-pemberdayaan yang membarikan jaminan keamanan dan kepastian hukum, adanya kecenderungan berkembanganya institusiusi-institusi ekonomi berbasis syariah serta semakin berkembangnya tenaga-tenaga profesional dalam bidang manajemen syariah dengan ragam-ragamnya. Berdasarkan beberapa fakta tersebut, maka terkait upaya pemberdayaan tersebut adala sejumlah gagasan sebagai refleks. Pertama, terkait dengan persoalan kerawanan kehilangan tanah wakaf Bondo Masjid Agung Semarang tersebut, sesungguhnya pengamanan yang paling baik adalah dengan memberdayakannya. Kedua, komposisi BKM sebagaimana yang ada sekarang memang relatif save untuk pengamanan harta wakaf akan tetapi kurang produktif, kreatif dan inovatif untuk menunjang gagasan pemberdayaan. Oleh karena itu membutuhkan sentuhan enterpreneur. Ketiga, dipandang perlu melakukan berbagai ekspose dalam rangka publikasi dan sosialisasi harta wakaf. Dengan demikian publik turut serta mengontrol dan berpartisipasi dalam pemberdayaannya. Oleh karena itu, secapatnya pengelolaan BKM ini menggunakan prinsip Clean-Good-Governance yang antara lain dengan mengimplementasikan prinsip partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif, orientasi kesepakatan, keadilan, efektifitas dan efesiensi dan akuntabilitas. Penerapan prinsip-prinsip ini akan menumbuhkan keperacayaan publik terhadap BKM dan selanjutnya terhadap perwakaan secara umum. Keempat, memperluas cakupan dan memperkuat jaringan dengan stake-holder wakaf. Misalnya dengan melibatkan berbagai jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki keselarasan missi, perkumpulan dan organisasi profesi yang memiliki visi dan missi yang sama, serta dengan dunia usaha.

Anda mungkin juga menyukai