Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi masih tetap dipertahankan juga perlu untuk membina peraaan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. (Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen, 1998) Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup ini tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu, individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan. Kepuasan hubungan mudah dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatakan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbale balik yang sinkron (Stuart dan Sundeen, 1995). Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependent) dan mandiri (independent), artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negative. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain).

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum: Menganalisa proses asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial: menarik diri 1.2.2 Tujuan Khusus: 1. Menjelaskan definisi gangguan hubungan sosial: menarik diri 2. Menguraikan prevalensi gangguan hubungan sosial: menarik diri 3. Menjelaskan etiologi gangguann hubungan sosial: menarik diri 4. Menganalisa manifestasi klinis dari gangguan hubungan sosial: menarik diri 5. Menjelaskan penatalaksanaan dari gangguan hubungan sosial: menarik diri 6. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial: menarik diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Utama Isolasi sosial : menarik diri B. Definisi Menurut Balitbang (2007) menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi atau suatu hubungan dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikandengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Fitria, 2011). Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadianyang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Menurut Rawlins (1993), kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1999). C. Tanda dan Gejala Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial menurut Fitria (2011): a. Kurang spontan, kontak mata kurang b. Apatis (acuh terhadap lingkungan) c. Ekspresi wajah kurang berseri atau tampak sedih d. Afek tumpul atau datar e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri f. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal g. Klien memutuskan percakapan atau pergi bila diajak bercakap-cakap h. Mengisolasi diri (berdiam diri di dalam kamar) i. Menolak berinteraksi dengan orang lain j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar k. Asupan makanan dan minuman terganggu l. Retensi urine dan feses m. Aktifitas menurun n. Kurang energi (tenaga) o. Rendah diri p. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur) D. Mekanisme Koping dan Rentang Respon 3

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi. Represi merupakan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sebagainya yang menimbulkan kecemasan. Regresi merupakan respon umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, menghadapi tekanan saat masih berusia muda. Reaksi ini merupakan respon yang umum untuk mengambil sikap. Biasanya respon itu disertai dengan depresi dan sikap apatis. Rentang respon Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Otonomi Bekerja sama Interdependen

Kesepian Menarik diri Ketergantungan Gambar 2.1 Rentang Respon Isolasi Sosial Sumber : Townsend (1998) dalam Fitria (2011)

Manipulasi Impulsif Narkisisme Curiga

Berikut ini penjelasan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial: 1. Respon adaptif Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk dalam respon adaptif: a. Menyendir, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain d. Interdependen, saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal 2. Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini merupakan perilaku yang termasuk respon maladaptif: a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain 4

b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain E. Etiologi 1. Faktor predisposisi a. Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugastugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah (Stuart and Sundeen, 1995). b. Faktor komunikasi dalam keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) adalah seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. c. Faktor sosial budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya. d. Faktor biologis Orang tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, missalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak, seperti atrofi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal. 2. Faktor presipitasi Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stresor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Faktor eksternal 5

Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya, seperti keluarga. b. Faktor internal Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres yang terjadi akibat ansietas berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu. F. Perawatan 1. Peran serta keluarga dalam merawat klien Keluarga penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan klien. Keluarga pemberi perawatan utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi klien. Tujuan perawatan adalah meningkatkan kemandirian klien, pengoptimalan klien dalam masyarakat, meningkatkan kemampuan klien dalam pemecahan masalah: a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari klien Bantu dan perhatikan pemenuhan kebutuhan makan, minum, kebersihan diri, dan penampilan klien serta latih dan libatkan klien dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari di rumah, seperti merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, menyapu, dan aktifitas lainnya yang tidak membahayakan bagi klien. b. Bantu komunikasi dengan teratur 1. Bicara jelas dan singkat 2. Kontak komunikasi atau bicara secara teratur 3. Pertahankan kontak mata 4. Lakukan sentuhan dengan akrab 5. Sabar, lembut, tidak terburu-buru 6. Hindari kecemasan pada klien 2. Libatkan dalam kelompok a. Beri kesempatan klien untuk menonton tv, mendengarkan musik, membaca buku b. Sediakan peralatan pribadi, seperti tempat tidur, lemari c. Beri kesempatan klien bergabung dengan beberapa perkumpulan seusianya d. Adakan pertemuan keluarga secara teratur

G. Akibat

Perilaku menarik diri ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak segera dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori: halusinasi dan risiko tinggi mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktifitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan melakukan perawatan secara mandiri serta gangguan proses pikir : waham. H. Pohon Masalah
Gangguan pemeliharaan kesehatan Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik Isolasi sosial : Menarik Diri Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

Intoleransi aktifitas

Ketidakefektifan koping keluarga ; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

Gangguan konsep diri : harga diri rendah Ketidakefektifan koping individu

Gambar 2.2 Pohon Masalah isolasi Sosial Sumber : Anna budi Keliat (2005) I. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Isolasi diri : menarik diri 2. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi 3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 4. Ketidakefektifan koping individu 5. Ketidakefektifan koping keluarga ; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah 6. Intoleransi aktifitas 7. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias 8. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik 9. Gangguan pemeliharaan kesehatan J. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri 7

NO DIAGNOSA 1 Isolasi Sosial

TUJUAN Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Isolasi Sosial

Klien dapat berkenalan dengan 2 orang atau lebih

KRITERIA HASIL Setelah 4 x interaksi klien dapat: mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain berkenalan dengan satu orang memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Setelah 2 x interaksi klien dapat: memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya berkenalan dengan dua orang atau lebih memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

INTERVENSI SP 1 P 1. identifikasi penyebab isolasi sosial klien 2. identifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. identifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. latih klien berkenalan dengan satu orang 5. Bimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Isolasi Sosial

Klien dapat berinteraksi dalam kelompok

Isolasi Sosial

Keluarga dapat menjelaskan tentang isolasi sosial

SP II P 1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Latih klien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Bimbing klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Setelah 2 x interaksi klien SP III P dapat: 1. Validasi masalah dan memvalidasi masalah latihan sebelumnya dan latihan sebelumnya 2. Latih klien berinteraksi dalam berinteraksi dalam kelompok kelompok memasukkan dalam 3. Bimbing klien jadwal kegiatan harian memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Setelah 2 x interaksi SP I K keluarga klien dapat: 1. Diskusikan masalah mendiskusikan masalah yang dirasakan yang dirasakan keluarga dalam keluarga dalam merawat klien merawat klien 2. Jelaskan pengertian, menjelaskan tanda dan gejala pengertian, tanda dan isolasi sosial yang gejala isolasi sosial dialami klien serta yang dialami klien serta proses terjadinya proses terjadinya 3. Jelaskan cara merawat menjelaskan cara klien isolasi sosial merawat klien isolasi sosial 8

Isolasi Sosial

Keluarga Setelah 2 x interaksi dapat merawat keluarga klien dapat: klien dengan mempraktekkan cara isolasi sosial merawat klien dengan isolasi sosial melakukan cara merawat langsung pada klien Keluarga dapat menjelaskan follow up klien Setelah 2 x interaksi klien dapat: membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat menjelaskan follow up klien setelah pulang

Isolasi Sosial

SP II K 1. Latih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan isolasi sosial 2. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien SP III K 1. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat 2. Jelaskan follow up klien setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, nita 2011, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Keliat, Anna Budi 1999, Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Keliat, Anna Budi 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2, EGC, Jakarta Stuart dan Sundeen 1995, Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC, Jakarta Townsend 1998, Nursing Diagnostic In Psychiatric : A Pocket Cairde For Care Plan Contruction, EGC, Jakarta Yosep, Iyus 2011, keperawatan Jiwa Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung

10

Anda mungkin juga menyukai