Anda di halaman 1dari 29

Oleh :

Ernani Lubis Bagian Kepelabuhanan Perikanan dan Kebijakan Pengelolaan (KPP)

DEFINISI PELABUHAN
1) C. VERLAQUE, 1975 Pelabuhan laut adalah suatu tempat berlangsungnya kontak penting antara transportasi melalui laut dengan transportasi melalui darat (baik dengan menggunakan mobil maupun dengan kereta api).

2) A. VIGARIE, 1979
Pelabuhan adalah suatu wilayah yang merupakan terjadinya kontak antara dua bidang sirkulasi transpor berbeda yaitu sirkulasi transpor darat dan sirkulasi transpor maritim dimana peranan pelabuhan adalah untuk menjamin kelanjutan dari skema transpor yang berhubungan dengan dua bidang tersebut.

3) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN, 1983 Pelabuhan adalah suatu daerah tempat berlabuh dan atau bertambatnya kapal laut serta kendaraan lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang-barang yang semuanya adalah merupakan daerah lingkungan kerja aktivitas ekonomi dimana secara juridis terdapat hak-hak dan kewajibankewajiban yang harus dilakukan untuk kegiatankegiatan di pelabuhan tersebut.

MENGAPA ADA PELABUHAN


Pelabuhan ada karena adanya transportasi laut. Pelabuhan sebagai elemen transportasi laut memainkan peranan yang sangat penting dalam menunjang dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan regional. Hal ini disebabkan + 90% dari perdagangan internasional dilakukan melalui laut, Pelabuhan juga berfungsi sebagai pintu gerbang wilayah, terminal point distribusi barang dan simpul transportasi inter dan antar moda dan perdagangan.

Transportasi

laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia sangat membutuhkan transportasi laut.

MENGINGAT PELABUHAN ADALAH TEMPAT PENDARATAN KAPAL-KAPAL, BAGAIMANA KONDISI KAPAL DI INDONESIA ?
Indonesia ternyata belum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya. Data tahun 2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap angkutan luar negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6 persen. Adapun share armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai 170 juta ton hanya mencapai 56,4 persen. Kondisi semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas.

BAGAIMANA DENGAN PENGANGKUTAN BARANG-BARANG ? Saat ini kapal asing masih mendominasi pengangkutan ekspor/impor, yakni menguasai muatan sebanyak 92,5 persen (322,5 juta M/T). Adapun muatan dalam negeri, kapal asing menguasai 50 persen dari seluruh angkutan total barang (89,8 juta M/T). Hal ini berarti perusahaan pelayaran nasional kebanyakan hanya menjadi agen dari kapalkapal pelayaran asing.

MENGAPA INDONESIA PERLU PELABUHAN ? Indonesia disebut benua maritim (maritime continent). Hal ini karena jumlah pulau dan proporsi perairan yang begitu luas dalam kawasannya, ada sekitar 17.508 pulau dan baru 1.200 pulau (6 %) yang telah dihuni. Indonesia juga mempunyai pantai terpanjang yi 55.000 km. Indonesia terletak dekat dengan dan dilalui jalur pelayaran internasional timur-barat dan utaraselatan.

Hal tersebut membawa konsekuensi perlu dipenuhinya jumlah pelabuhan untuk kebutuhan transportasi dan mendukung kegiatan ekonomi.

BAGAIMANA KONDISI PELABUHAN INDONESIA ?


Jumlah pelabuhan di Indonesia 1.889 pelabuhan yang terdiri dari 112 lokasi pelabuhan kawasan yang diselenggarakan BUMN PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I s/d IV 544 lokasi yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan 1.233 lokasi yang diselenggarakan oleh Pelabuhan Khusus dan Dermaga Kepentingan Sendiri (DUKS).

BAGAIMANA PERBANDINGAN DENGAN NEGARA LAIN ?

Dibandingkan dengan negara kepulauan di dunia seperti Jepang dan Philipina, jumlah pelabuhan di Indonesia masih relatif kecil. Rasio pelabuhan Indonesia terhadap luas wilayah Indonesia adalah 2,93 km2/pelabuhan, sedangkan Jepang 0,34 km2/pelabuhan dan Philipina 0,46 km2/pelabuhan. Berdasarkan jumlah penduduknya, maka rasio pelabuhan di Indonesia 0,3 juta orang/pelabuhan, di Jepang 0,11 juta orang/pelabuhan dan Philipina 0,11 juta orang/pelabuhan.

PENGERTIAN PELABUHAN PERIKANAN

1) Pelabuhan Perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus. Pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk aktivitas perindustrian, pertambangan atau pertanian dalam arti yang luas dimana pembangunan & pengoperasiannya dilakukan oleh instansi yang bersangkutan, contoh bongkar muat barang-barang (bahan baku/hasil produksi/hasil ekploitasi) yang tidak dapat ditampung oleh pelabuhan umum.
Pelabuhan Khusus : Pel. Perikanan, Pel. Mineral, Pel. Kayu

2) Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai dengan ikan didistribusikan (Dephub, 1983). 3) Pelabuhan Perikanan adalah suatu kawasan perairan yang tertutup atau terlindung dan cukup aman dari pengaruh angin dan gelombang laut, diperlengkapi dengan berbagai fasilitas logistik, bahan bakar, perbengkelan dan pengangkutan barang-barang. (Alonze de F. Quin dalam W.J. Guckian, 1970).

Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan Permen No. 16/Men/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan Perikanan Samudera


melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT; panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 3 m; mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus; ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; terdapat industri perikanan.

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

Sumber : http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan.html?idplb=030301 08 Oktober 2008

Pelabuhan Perikanan Nusantara


melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 30 GT; panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 3 m; mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; terdapat industri perikanan.

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

Pelabuhan Perikanan Pantai


melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT; panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 2 m; mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekali

PPP Karangantu Banten

Gambar 1. Kapal nelayan yang sedang bersandar di dermaga PPP Karangantu

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT; panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m; mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.

PPI Muara Angke Jakarta

KONDISI PEL. PERIKANAN DI INDONESIA


Sejak Pelita II hingga tahun 2001, pemerintah pusat telah membangun Pelabuhan Perikanan (PP) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang penyebarannya disajikan pada Tabel berikut : Jumlah PP dan PPI di Indonesia
Pulau Kawasan Barat

PP 27 11 9 5 9 3

PPI 120 55 49 16 47 26 147 66 58 21 56 29

Jumlah 73,5 % 31,7 % 28,7 % 11,9 % 26,5 % 14,4 %

Jawa + Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi

Kawasan Timur

Nusa Tenggara & Timor-timur


Maluku & Irian Jaya Jumlah

2
3 33

7
14 169

9
17 202

4,5 %
8,8 % 100 %

Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga telah membangun PPI yang sampai th. 2001 jumlahnya sekitar 393 buah. Dengan demikian, secara keseluruhan jumlah prasarana pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan yang telah dibangun sampai tahun 2001 adalah sebanyak 595 buah. Dari data tersebut terlihat bahwa pembangunan PP/PPI belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 73,5 % atau 147 buah PP/PPI berada di kawasan Indonesia Barat.

Data terbaru, tahun 2006 di Indonesia terdapat 666 PP dan PPI (5 PPS, 12 PPN, 51 PPP dan 598 PPI).

Terkait dengan pembangunan perikanan tangkap di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa P. Jawa dan Laut Jawa merupakan wilayah aktivitas perikanan tangkap terpenting di Indonesia ditinjau dari jumlah armada penangkapan, jumlah nelayan, jumlah industri pengolahan perikanan serta potensi pasar berikut prasarananya. Sampai tahun 2004, terdapat sekitar 321 PP dan PPI di P. Jawa atau 45,6 % dari total 704 unit PP dan PPI di Indonesia, atau terdapat 2 PPS atau 40% darp 5 PPS yang ada di Indonesia, 5 PPN atau 45,5% dari total 11 PPN di Indonesia. 23 PPP atau 57,5% dari 40 PPP di seluruh Indonesia dan 291 PPI atau 43,3% dari 672 PPI di Indonesia. Pada tahun 2002 sebanyak 24 PPI telah ditingkatkan statusnya menjadi PPP, 20 diantaranya berada di P. Jawa (Ditjen. Perikanan, 2005).

Pembangunan dan pengembangan PP/PPI yang akan datang kiranya perlu di kawasan Indonesia Timur.
Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa : 1) Beberapa perairan di kawasan Indonesia Barat telah over fishing seperti perairan Laut Jawa, Selat Malaka dll. 2) Potensi perikanan di Indonesia bagian Timur cukup besar 3) Pembangunan PP/PPI di kawasan Timur berpeluang untuk membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru (New Growth Center) yang akan merangsang percepatan pembangunan di kawasan ini.

4) PP/PPI dapat berfungsi sebagai kantong-kantong pengaman wilayah perairan Indonesia dari upaya-upaya pencurian SDI oleh nelayan-nelayan negara asing yang memang sering terjadi di wilayah ini

Penyebaran Pelabuhan Perikanan menurut tipenya.

1) PP Samudera (Tipe A) : Jakarta, Kendari, Cilacap, Belawan dan Bungus. 2) PP Nusantara (Tipe B) : Pekalongan, Palabuhanratu, Cilacap, Sibolga, Brondong, Ternate, Prigi, Tanjung Pandan. 3) PP Pantai (Tipe C) : Sungai Liat, Karangantu, Karimunjawa, Bawean, Teluk Batang, Hantipan, Banjarmasin, Lampulo, Tarempa, Dagho, Pulau Tello, Sikakap, Lab. Lombok, Pemangkat dan mulai Februari ditambah 20 PPI yang statusnya berubah menjadi PP tipe C.

Anda mungkin juga menyukai