Anda di halaman 1dari 2

Krim secara etimologis berasal dari bahasa yunani, cremores.

Dalam kajian farmasetika, krim merupakan suatu sediaan setengah padat atau semisolid yang terdiri dari fase hidrofob dan fase hidrofil. Menurut Bristish Pharmacope 2007, sediaan krim diformulasikan untuk sediaan yang dapat terlarut bersamaan dengan sekresi kulit, yang digunakan pada kulit dan membran mukus tertentu untuk tujuan protektif, terapi, atau profilaksis, khususnya ketika efek oklusif tidak dibutuhkan. Secara sederhana, USP edisi ke28 menyebutkan bahwa krim merupakan emulsi semisolid dari tipe minyak dalam air atau air dalam minyak, yang biasa digunakan untuk tujuan pengobatan eksternal (topikal). Mengacu pada standar acuan nasional, yakni Farmakope Indonesia edisi III, krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Menyerupai FI III, Formularium Nasional juga mendefinisikan krim sebagai sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara khusus, tujuan formulasi krim sebagai sediaan obat (medicated) mencakup pengeringan bagian yang terluka secepat mungkin; pencegahan iritasi, inflamasi, dan pertumbuhan mikroba pada kulit; pencegahan infeksi di beberapa organ sensitif; perpanjangan aksi pada bagian terluka; serta pencegahan kerusakan kulit. Dari sisi tempat kerja obat, medicated cream dapat bekerja secara lokal maupun sistemik.

Gambar. Rangkuman dari Proses dan Bagian Kulit yang Diaplikasikan (tempat pengolesan obat). (Sumber: A.Walters,Kenneth, Dermatological and Transdermal Formulation vol 119, henry Kimpton Publisher: London.) Kulit menjadi tempat yang potensial sebagai tempat penghantar obat secara sistemik. Formulasi obat dalam hal ini merupakan hal yang sangat penting agar obat dapat berpenetrasi dengan baik melalui kulit melewati pori-pori keringat (1), stratum korneum (2), Rambut (3), untuk menuju ke lapisan sel target pengobatan baik secara sistemik (jalur transdermal), maupun lokal.

Anda mungkin juga menyukai