Anda di halaman 1dari 22

PENGADILAN PAJAK

(UNDANG-UNDANG No.14 TAHUN 2002)

FL. SURATNO

DAFTAR ISI
Hal
LATAR BELAKANG BAB I KETENTUAN UMUM 1. 2. 3. 4. Pengertian Kedudukan Tempat Kedudukan Pembinaan 4 5 5 5 5 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 11 12 13

BAB II SUSUNAN PENGADILAN PAJAK 1 2 3 4 5 6 7 8 Susunan Pengadilan Pajak Syarat-syarat Calon Hakim Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pajak Majelis Kehormatan Hakim Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Protokoler dan Tunjangan Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Sekretaris Pengganti Panitera

BAB III KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK 1. 2. Kekuasaan Pengadilan Pajak Alas-alas dalam Pengadilan Pajak

BAB IV HUKUM ACARA 1. 2. 3. 4. Kuala Hukum Banding Gugatan Persiapan Persidangan

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pemeriksaan dengan Acara Biala Pemeriksaan dengan Acara Cepat Pembuktian Putusan Perlaksanaan Putusan Pemeriksaan Peninjauan Kembali

14 16 17 17 20 20 21 21 22 22

BAB V KETENTUAN PERALIHAN 1. Ketentuan Peralihan

BAB VI KETENTUAN PENUTUP 1. Ketentuan Penutup

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

LATAR BELAKANG 1. NKRI adl negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan sejahtera, aman tenteram, dan tertib serta menjamin kedudukan hukum yg sama bagi warga masyarakat 2. Pembangunan nasional dilaksanakan secara berkesinambungan dan

berkelanjutan serta merata memerlukan dana yang memadai terutama dari sumber perpajakan 3. Penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional, memerlukan peningkatan peran aktif masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakan 4. Peningkatan kesadaran, pemahaman dan penghayatan kewajiban

dibidang perpajakan telah menjangkau segenap lapisan masyarakat yang menyebabkan jumlah pembayar pajak terus meningkat 5. Meningkatnya jumlah wajib pajak dan pemahaman akan hak dan

kewajiban perpajakan, akan (tidak dapat dihindari) meningkatnya sengketa pajak yang memerlukan penyelesaian yang adil dengan prosedur dan proses yang cepat, murah dan sederhana 6. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak belum merupakan badan peradilan yg berpuncak di Mahkamah Agung 7. Dengan demikian diperlukan suatu Pengadilan Pajak yang disesuaikan dengan sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia dan mampu menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam penyelesaian sengketa pajak 8. Berdasarkan butir-butir diatas dipandang perlu dibentuk UU tentang Pengadilan Pajak

BAB I KETENTUAN UMUM PENGERTIAN-PENGERTIAN PENTING DALAM PENGADILAN PAJAK ( Pasal 1) 1. Pejabat yang berwenang adalah Dirjen Pajak, Dirjen Bea & Cukai, Gubernur, Bupati/ Walikota atau Pejabat yang ditunjuk 2. 3. 4. 5. Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pem Pusat & Daerah Peraturan perpajakan adalah semua peraturan dibidang perpajakan Keputusan adalah penetapan tertulis oleh pejabat yg berwenang Sengketa pajak adalah sengketa yg menurut peraturan perpajakan dapat diajukan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak 6. 7. 8. Banding adl upaya hukum thd keputusan perpajakan Gugatan adl upaya hukum thd pelaksanaan penagihan / keputusan pajak Surat uraian banding adl berisi alasan banding yg diajukan oleh pemohon kepada Pengadilan Pajak 9. Surat tanggapan adl berisi alasan gugatan yg diajukan oleh penggugat kepada Pengadilan Pajak 10. Surat bantahan adl berisi bantahan atas surat uraian banding atau surat tanggapan kepada Pengadilan Pajak 11. Tanggal t erima, tangggal dikir im , Ket ua, Wakil Ketua, Hakim , Hakim Ketua, Sekretaris, Sekretaris Penggati, Panitera, menteri dsb

KEDUDUKAN (Pasal 2) Pengadilan Pajak adl Badan Peradilan yang melaksanakan kekuasaan

kehakiman bagi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yg mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak

TEMPAT KEDUDUKAN (Pasal 3-4) 1. 2. Pengadilan Pajak berkedudukan di lbukota Negara Sidang Pengadilan Pajak dilakukan ditempat kedudukan atau ditempat

lain yang ditetapkan oleh Ketua

PEMBINAAN (Pasal 5) 1. 2. Pembinaan teknis peradilan dilakukan oleh Mahkamah Agung Pembinaan organisasi, administrasi dan keuangan Pengadilan Pajak dilakukan Dep Keu 3. Pembinaan butir 1 dan 2 diatas tidak boleh mengurangi kekebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak

BAB II SUSUNAN PENGADILAN PAJAK SUSUNAN PENGADILAN PAJAK (Pasal 6 -7) 1. 2. Susunan Pengadilan Pajak terdiri Pimpinan, Hakim, Sekretaris dan Panitera Pimpinan Pengadilan Pajak terdiri dari seorang Ketua dan paling banyak 5 Wakil Ketua

SYARAT-SYARAT CALON HAKIM (Pasal 9) 1. 2. 3. 4. 5. WNI Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang mengkianati NKRI, Pancasila, UUD 1945 atau terlibat organisasi terlarang 6. 7. 8. 9. Mempunyai keahlian dibidang perpajakan dan berijazah SH atau sarjana lain Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela Tidak pernah melakukan tindak pidana perpajakan Sehat jasmani dan rohani

Ketua dapat menunjuk Hakim Ad Hoc sebagai Hakim untuk keahlian khusus,

dengan syarat diatas , kecuali butir 2 dan 6

KETUA, WAKIL KETUA, DAN HAKIM PAJAK (Pasal 8, 10 15) 1. Hakim diangkat oleh Presiden dari daftar calon yg diusulkan oleh Men Keu setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung 2. 3. Ketua, Wakil Ketua diangkat oleh Presiden dari Hakim butir 1 diatas Ketua, Wakil Ketua dan Hakim diangkat masa jabatan 5 tahun dan d a p a t diperpanjang untuk 1 kali masa jabatan, maka lama jabatan maksimal 10 tahun 4. Sebelum memangku jabatan Ketua, Wakil Ketua dan Hakim wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya 5. Ketua dan Wakil Ketua mengucapkan sumpah atau janji dihadapan Ketua Mahkamah Agung, sedangkan Hakim diambil sumpah atau janji oleh Ketua 6. Pembinaan dan pengawasan umum terhadap Hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung 7. Ketua melakukan pembinaan (meningkatkan profesionalisme) dan melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan perilaku Wakil Ketua, Hakim dan Sekretaris / Panitera 8. Ke t u a ( obyektif 9. Ketua dapat memberikan petunjuk, teguran dan peringatan serta menyampaikan usul untuk diambil tindakan 10. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Ketua tidak boleh m e la ku ka n j al an ny a p en ye le sa i an s en gk et a pa ja k d an

m e nj ag a a ga r penyelenggaraannya dilaksanakan dengan seksama dan wajar

mengurangi kekebasan Hakim dalam memerilksa dan memutus sengketa pajak. 11. Hakim tidak boleh merangkap menjadi : pelaksana putusan, wali/pengampu/ pejabat yg berkaitan dengan sengketa pajak, penasihat hukum, konsulat pajak, akuntan publik, pengusaha / tidak berlaku untuk Hakin Ad Hoc. Dan jabatan lain yang tidak boleh ditangkap oleh Hakim diatur dengan Peraturan Pemerintah) 12. Ketua, Wakil Ketua dan Hakim diberhentikan :

a.

Dengan hormat oleh Presiden atas usulan Men Keu setelah persetujuan Mahkamah Agung, karena permintaan sendiri, sakit rohani dan jasmani, berumur 65 tahun dan tidak cakap menjalankan tugas, serta meninggal dunia, atau menjalankan tugas negara lainnya.

b.

Tidak dengan hormat, karena dipidana (penjara sekurang-kurangnya 3 bulan), melakukan perbuatan tercela, mengabaikan kewajiban dalam tugas, melanggar sumpah dan janji, serta melanggar larangan2 yg ditetapkan.

c.

Usul pemberhentian butir a dan b diatas diajukan setelah yg bersangkutan diberi kesempatan membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim (MKH)

MAJELIS KEHORMATAN HAKIM (MKH) Pasal 16 1. Pembentukan, susunan, dan tata kerja MKH ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Mahkamah Agung dan Men Keu. 2. MKH bertugas : a. Meneliti dan meminta keterangan Ketua, Wakil Ketua dan Hakim yang diusulkan untuk diberhentikan dengan hormat maupun dengan tidak hormat b. Mengusulkan pemberhentian sementara, bila diusulkan pemberhentian tidak dengan hormat

PEMBERHENTIAN KETUA,WAKIL KETUA dan HAKIM (Pasal 17-21) 1. Seorang Hakim yang diberhentikan, tidak dengan sendirinya diberhentikan dari statusnya sebagai pegawai negeri 2. Apabila Ketua, Wakil Ketua dan Hakim ditangkap dengan penahanan, dituntut dimuka pengadilan dalam perkara pidana tanpa ditahan, dapat dibebastugaskan oleh Men Keu. Dan selanjutnya bila tidak terbukti dikembalikan ke jabatan semula. 3. Ketua, Wakil Ketua dan Hakim dapat ditangkap / ditahan hanya atas perintah Jaksa Agung, kecuali tidak pidana kejahatan diancam hukuman mati atau mengganggu keamanan negara, yang selambat-lambatnya 2 kali 24 jam

harus dilaporkan kpd Ketua Mahkamah Agung 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cars pembebastugasan,

pemberhentian serta hak-hak Ketua, Wakil Ketua dan Hakim diatur dengan PP

PROTOKOLER DAN TUNJANGAN (Pasal 22) Kedudukan Protokoler Ketua, Wakil ketua, Hakim diatur dengan PP, serta tunjangan dan ketentuan lain (termasuk Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Sekretaris Penggati) diatur dengan keputusan Men Keu

SEKRETARIS, WAKIL SEKRETARIS DAN SEKRETARIS PENGGANTI ( Pasal 22 28 ) 1. Sekretaris memimpin sekretariat yang bertugas dibidang administrasi penyelesaian sengketa pajak dan administrasi umum dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris 2. Sekretaris dibantu oleh satu atau lebih Sekretaris Penggati dalam tugas dibidang administrasi penyelesaian sengketa pajak dan dapat merangkap tugas kepaniteraan 3. Sebelum memangku jabatan, Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Sekretaris Penganti, wajib diambil sumpah atau janji oleh Ketua 4. Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Sekretaris Penggati dan Sekretariatan Pengadilan Pajak adalah pegawai negeri sipil lingkungan Dep Keu, dengan syarat-syarat a. b. c. d. e. 5. WNI Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 Sehat jasmani dan rohani Ahli pajak dan berijazah SH atau sarjana lain dan tanggung jawab serta susunan organisasi sekretaris

Tugas

Pengadilan Pajak ditetapkan dengan Keputusan Presiders, sedangkan

tata kerjanya ditetapkan oleh keputusan Men Keu, serta tata tertib ditetapkan oleh Ketua

PANITERA ( Pasal 29 30) 1. Pada pengadilan pajak ditetapkan adanya kepaniteraan yg dipimpin seorang Panitera 2. 3. Panitera dibantu seorang Wakil Panitera dan beberapa orang Panitera Penggati Kecuali ditentukan lain dengan UU, Panitera, Wakil Panitera dan Panitera Penggati tidak boleh merangkap menjadi : pelaksana putusan, wali/pengampu/ pejabat yg berkaitan dengan sengketa pajak, penasihat hukum, konsulat pajak, akuntan publik, dan pengusaha 4. Panitera, Wakil Panitera dan Panitera Penggati diangkat dan diberhentikan oleh Men Keu 5. 6. Pembinaan teknis Panitera dulakukan oleh Mahkamah Agung Sebelum memangku jabatan Panitera, Wakil Panitera dan Panitera Penggati harus diambil sumpah atau janji.

BAB III KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK KEKUASAAN PENGADILAN PAJAK (Pasal 31 - 33) 1. 2. Mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus sengketa pajak Tugas dan wewenang diatas berada diluar tugas dan wewenang Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara 3. Mengawasi kuasa hukum yang memberi bantuan hukum kepada pihakpihak yang bersengketa dalam perpajakan, yang diatur dengan keputusan Ketua 4. Pengadilan Pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutus sengketa pajak 5. Dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitan dengan sengketa pajak dari pihak ketiga.

10

ASAS-ASAS DALAM PENGADILAN PAJAK 1. 2. 3. 4. 5. 6. Asas Perwakilan Asas Saksi wajib didengar keterangannya Asas Rahasia Asas Beban pembuktian Asas Sidang terbuka untuk umum Asas Putusan terbuka untuk umum

BAB IV HUKUM ACARA KUASA HUKUM (Pasal 34) 1. Pihak yang bersengketa dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan surat kuasa khusus 2. Untuk menjadi kuasa hukum harus memenuhi syarat-syarat a. b. c. 3. WNI Ahli di bidang perpajakan Dan persyaratan lain yang ditetapkan oleh Men Keu

Dalam hal yang didampingi atau diwakili pemohon banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda dengan derajat kedua, pengurus, pegawai atau pengampu, persyaratan butir diatas tidak diperlukan.

BANDING (Pasal 35 - 43) 1. 2. Diajukan dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak Diajukan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan, dan dalam hal tidak diatur banding diajukan jangka waktu 3 bulan sejak tgl keputusan, tetapi tidak mengikat bila menurut Pengadilan Pajak kendala waktu dimaksud diluar kekuasaan pemohon banding 3. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding dengan alasan yang jelas

11

dan

mencantumkan

tgl

diterima

surat

keputusan

serta

melampirkan

copy/salinannya 4. Banding hanya dapat diajukan, apabila jumlah pajak yang terutang telah dibayar 50% 5. Banding diajukan sendiri oleh pembayar pajak, ahli waris, pengurus atau kuasa hukumnya. 6. Apabila selama proses banding pemohon meningglal dunia dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya atau pengampunya dalam hal banding pailit. 7. Begitu juga bila selama proses banding terjadi penggabungan, peleburan, pemecahan atau pernekaran usaha, atau likwidasi dapat dilanjutkan juga oleh pihak yang menerima pertanggungjawaban perubahan tersebut 8. Dapat diajukan surat pernyataan pencabutan banding kepada Pengadilan Pajak, dan dapat dihapus dari daftar sengketa pajak dengan a. b. Penetapan Ketua bila diajukan sebelum persidangan. Melalui pemeriksaan cepat, bilamana pencabutan diajukan pada saat sidang, dan dengan persetujuan terbanding.

GUGATAN (Pasal 40 - 43) 1. Gugatan Pelaksanaan penagihan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 14 hari sejak tgl pelaksanaan penagihan, sedangkan selain gugatan pelaksanaan penagihan adalah 30 hari sejak tanggal diterima keputusan, tetapi tidak mengikat bila menurut Pengadilan Pajak kendala waktu dimaksud diluar kekuasaan (force majeur) pemohon banding ( 14 hari sejak berakhirnya diluar kekuasaan tersebut) 2. Terhadap satu keputusan diajukan satu surat gugatan dengan alasan yang jelas dan mencantumkan tgl diterima surat keputusan serta dilampiri dokumen yang pelaksanaannya digugat (adalah surat paksa,sita, atau lelang) 3. Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli waris, pengurus, kuasa hukum, dan penanggungjawan adanya perubahan bentuk usaha (pemekaran, peleburan penggabungan dsb), dengan alasan yang jelas.

12

4.

Dapat diajukan surat pernyataan pencabutan gugatan kepada Pengadilan Pajak, dan dapat dihapus dari daftar sengketa pajak dengan a. b. Penetapan Ketua bila diajukan sebelum persidangan. Melalui pemeriksaan cepat, bilamana pencabutan diajukan pada saat sidang, dan dengan persetujuan terbanding.

5. 6.

Gugatan yang telah dicabut tidak dapat diajukan kembali Gugatan tidak menunda atau menhalangi dilaksanakannya penagihan pajak / kewajiban pajak, tetapi penggugat dapat mengajukan permohonan penundaan selama pemeriksaan sedang berjalan, s/d ada putusan Pengadilan Pajak.Penundaaan dimaksud dapat dikabulkan bilamana sangat merugikan penggugat

PERSIAPAN PERSIDANGAN (Pasal 44- 48) 1. Pengadilan Pajak meminta surat uraian banding atau gugatan kepada terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tgl diterima surat banding atau gugatan. Tetapi bila mans ada surat susulan dihitung 14 hari sejak tgl surat susulan 2. Terbanding atau tergugat surat uraian atau tanggapan kepada

Pengadilan Pajak dalam waktu 3 bulan sejak tgl dikirim butir 1 diatas, dan 1 bulan sejak tgl dikirim permintaan Surat Tanggapan 3. Salinan butir 2 diatas oleh Pengadilan Pajak dikirim kepada pemohon banding atau penggugat dalam jangka waktu 14 hari sejak tgl diterima 4. Pemohon banding atau penggugat dapat menyerahkan surat bantahan kepada Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 hari, dan dan salinannya dikirim kepada terbanding atau tergugat dalam jangka waktu 14 hari , sejak tgl diterima salinan butir 3 diatas 5. Apabila terbanding atau tergugat, atau pemohon banding atau

penggugat tidak memmenuhi ketentuan butir 1 atau butir 3 diatas, Pengadilan Pajak tetap melanjutkan pemeriksaan banding atau gugatan. 6. Pemohon banding atau penggugat dapat memberitahukan kepada Ketua

13

untuk hadir dalam persidangan guns memberikan keterangan lisan 7. Ketua menunjuk Majelis terdiri dari 3 orang Hakim dan seorang sebagai Ketua Sidang atau Hakim Tunggal untuk memeriksa dan memutus sengketa pajak 8. Bilamana terdapat lebih satu sengketa pajak untuk tahun pajak yang sama oleh pemohon maka Ketua menunjuk Majelis atau Hakim Tunggal yang sama 9. Majelis atau Hakim Tunggal memberitahukan hari sidang kepada yang bersengketa 10. Majelis atau Hakim Tunggal sudah mulai bersidang dalam jangka waktu 6 bulan sejak tgl diterima salinan butir 3 diatas, sedangkan untuk atau gugatan sudah memulai sidang dalam jangka waktu 3 bulan sejak tgl diterima gugatan.

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA (Pasal 49 64) 1. 2. 3. Pemeriksaan dilakukan oleh Majelis Ketua Sidang membuka sidang dan terbuka untuk umum Majelis melakukan pemeriksaan kelengkapan dan atau kejelasan banding atau gugatan, dan apabila tidak lengkap atau tidak jelas dapat disampaikan dalam persidangan 4. Seorang Hakim Ketua, Hakim Anggota atau Panitera wajib mengundurkan diri bila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau bekas suami atau isteri dengan salah seorang Hakim atau Panitera. Begitu jugs dengan pemohon banding atau penggugat atau kuasa hukum. Hal tersebut untuk menghindari tidak sahnya putusan sidang. Apabila hal ini terjadi maka putusan yang belum satu tahun harus dilakukan sidang kembali dalam jangka waktu 3 bulan sejak diketahuinya ada hubungan dimaksud 5. Hakim Ketua, Hakim Anggota, Panitera, Wakil Panitera atau Panitera Pengganti wajib mengundurkan diri bila is berkepentingan langsung (mempunyai saham melebihi 25%) atau tidak langsung (anaknya memiliki saham melebihi 25%) atas sengketa yang ditangani

14

6.

Pengunduran diri butir 5 diatas dilakukan atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, karena keputusan sidang menjadi tidak sah, dan harus disidangkan kembali dengan Majelis atau Sekretaris yang berbeda dalam jangka waktu 3 bulan terhitung sejak diketahuinya kepentingan dimaksud, kecuali putusan telah melampaui satu tahun (melebihi 1 tahun putusan tetap sah).

7.

Hakim Ketua memanggil terbanding atau tergugat serta memanggil pemohon banding atau penggugat untuk memberikan keterangan lisan, serta memberitahukan tanggal dan hari akan dilaksanakan persidangan

8.

Hakim Ketua menjelaskan masalah yang dipersengketakan, dan menanyakan kepada pihak yang bersengketa yang dapat memberikan keterangan tambahan .

9.

Ketua Sidang dapat memerintahkan saksi untuk didengan keterangannya dalam persidangan, dan Saksi dimaksud wajib datang sendiri di persidangan. Apabila saksi tidak datang, maka Majelis dapat mengambil putusan tanpa mendengarkan keterangan Saksi, atau Majelis dapat meminta bantuan polisi untuk membawa Saksi dalam persidangan.

10.

Saksi dipanggil ke persidangan seorang demi seorang dan menanyakan identitas diri, derajat hubungan keluarga, hubungan kerja dgn pihak yg bersengketa serta mengucapkan sumpah atau janji

11.

Yang tidak boleh sebagai saksi adalah keluarga sedarah / semenda garis lurus ketas atau kebawah sampai derajat ketiga, isteri / suami meskipun sudah cerai, anak belum umur 17 tahun, dan sakit ingatan. Akan tetapi Hakim Ketua dapat meminta keterangan apabila dipandang perlu, namun demikian saksi dimaksud dapat menolak permintaan Hakim Ketua.

12.

Untuk keperluan sidang kewajiban merahasiakan karena jabatan / pekerjaannya ditiadakan

13.

Semua pertanyaan kepada Saksi diajukan melalui Hakim Ketua, dan bisa ditolak bila tidak relevan

14.

Bila Pihak yang bersengketa dan Saksi tidak paham bahasa Indonesia, atau bisu dan atau tuli serta tidak dapat menulis Hakim Ketua dapat menunjuk ahli bahasa/isyarat , yang sebelumnya harus diambil sumpah atau janji.

15.

Saksi diambil sumpah / janji dan didengar keterangannya dihadiri oleh terbanding

15

atau tergugat, namun bila tergugat / terbanding tidak hadir tanpa alasan yang jelas, Majelis dapat melanjutkan keterangan saksi, dan terlebih dahulu diambil sumpah / janji. 16. Bila sengketa pajak tidak dapat diselesaiakn pada suatu hari

persidangan, pemeriksaan dilanjutkan pada hari persidangan berikutnya yg ditetapkan dengan memberitaukan kepada pihak yang bersengketa 17. Persidangan akan dilanjutkan walaupun tidak dihadiri semua pihak-pihak yang bersengketa , tanpa alasan yang jelas. 18. Saksi yang tidak bertempat tinggal didaerah hukum Pengadilan Pajak, dapat memberikan kesaksian melalui Pengadilan Pajak dimana Saksi bertempat tinggal.

PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT (Pasal 65 68) 1. 2. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh Majelis atau Hakim Tunggal Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap : a. b. c. Sengketa pajak tertentu Putusannya melebihi 6 bulan sejak banding atau gugatan diterima Tidak memenuhi persyaratan persidangan atau kesalahan hitung atau tulis dalam putusan Pengadilan Pajak dan tanpa surat uraian banding / surat tanggapan, dan tanpa surat bantahan d. e. Adanya surat pernyataan pencabutan banding atau pencabutan gugatan Sengketa bukan wewenang Pengadilan Pajak (sita atas pengakuan hak milik pihak ketiga) dan tanpa ada surat bantahan 3. Sengketa pajak tertentu adalah sengketa pajak yang tidak memenuhi jangka waktu yang ditetapkan 4. Semua ketentuan pemeriksaan dengan acara biasa belaku jugs untuk pemeriksaan dengan acara cepat

16

PEMBUKTIAN. (Pasal 68-75) 1. Alat bukti dapat berupa surat atau tulisan (ini yg utama), pengakuan, keterangan saksi, keterangan ahli, pengetahuan Hakim 2. Keadaan yang telah diketahui oleh umum (mis akte otentik, SIP, KTP) tidak perlu dibuktikan 3. Surat atau tulisan terdiri dari akte autentik, surat keputusan / ketetapan pejabat yang berwenang, akte dibawah tangan,dan surat-surat lain atau tulisan yang ada kaitannya dengan banding atau gugatan 4. 5. Keterangan pars pihak tidak dapat ditarik kembali, kecuali diterima oleh Hakim Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenaan dengan hal yg dialami, dilihat atau didengar oleh saksi 6. Keterangan ahli harus dibawah sumpah / janji dan tidak mempunyai hubungan darah, dan kepentingan balk langsung / tidak langsung 7. 8. 9. Pihak yang bersengketa, Ketua Sidang / Hakim Tunggal dapat menunjuk saksi ahli Pengetahuan Hakim adalah hal yg olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya Hakim Sidang menentukan apa yang harus dibuktikan dan sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti

PUTUSAN (Pasal 77 85) 1. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan bersifat tetap dan bukan merupakan keputusan Tata Usaha Negara 2. Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan musyawarah yg dipimpin oleh Ketua Sidang, dan apabila tidak dapat dicapai dengan musyawarah , maka putusan diambil dengan suara terbanyak. 3. Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa menolak, mengabulkan

sebagian atau s e l u r u h n y a , m e n a m b a h p a j a k y g h a r u s d i b a y a r , t i d a k d a p a t d i t e r i m a, d a n membetulkan kesalahan tulis dan / atau kesalahan hitung 4. Pengadilan Pajak dapat menyeluarkan putusan seta, dan pihak-pihak yg bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan

17

Pengadilan Pajak ke Makamah Agung. 5. Put usan Pengad ilan Pajak dapat ber upa m enolak, m engabulkan sebagian / seluruhnya, menambah pajak, tidak dapat diterima, membetulkan kesalahan / kekeliruan atau membatalkan. Dan putusan dimaksud tidak dapat lagi diajukan Gugatan, Banding atau Kasasi 6. Putusan pemeriksaan acara biasa atas Banding diambil dalam jangka waktu 12 bulan sejak banding, dan untuk hal khusus dapat diperpanjang paling lama 3 bulan 7. Putusan pemeriksaan acara biasa atas Gugatan diambil dalam jangka waktu 6 bulan sejak banding, dan untuk hal khusus dapat diperpanjang paling lama 3 bulan 8. Dalam gugatan (selain pelaksanaan penagihan pajak), dan apabila melebihi butir 7 diatas, maka dilakukan pemeriksaan acara cepat dalam jangka waktu 1 bulan, sejak jangka waktu 6 bulan dimaksud dilampaui 9. Hakim Sidang yang lalai tidak mengambil putusan dalam 15 bulan diatas ( 12 bulan + 3 bulan)yang mengakibatkan banding atau gugatan seluruhnya dikabulkan, dapat dikenakan sanksi pemberhentihan dari jabatan 10. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa tertentu, yang berupa tidak dapat diterima harus diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak batas waktu pengajuan banding / gugatan dilampaui. Dan apabila batas waktu 30 hari tersebut belum ada keputusan berarti banding atau gugatan tidak dapat diterima 11. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap kesalahan tulis / hitung, diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak kekeliruan atau permohonan salah satu pihak diterima. Dan apabila dalam waktu 30 hari belum ada keputusan maka berarti dapat membetulkan kesalahan tulis / hitung 12. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa bukan wewenang Pengadilan Pajak , diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak surat pencabutan banding / gugatan diterima. Dan apabila batas waktu 30 hari tersebut belum ada keputusan berarti banding atau gugatan tidak dapat diterima 13. Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap pencabutan banding / gugatan, diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak surat banding / gugatan

18

diterima. Dan dalam hal ini penggugat dapat mengajukan kepada pengadilan yang berwenang 14. Putusan Pengadilan Pajak harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, dan apabila tidak dilakukan demikian, maka putusan Pengadilan Pajak tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan hukum 15. Putusan Pengadilan Pajak harus memuat : a. Kepala putusan berbunyi " DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA" b. Nama, tempat tinggal atau tempat kediaman atau identitas lainnya(mis NPWP, NPPKP, KTP, Paspor) dari pemohon banding atau penggugat c. d. e. Nama jabatan dan alamat banding dan gugatan Hari, tanggal diterima banding atau gugatan Ringkasan banding / gugatan , ringkasan surat banding / surat tanggapan atau surat bantahan yang jelas f. g. h. i. Pertimbangan dan penilaian surat bukti yang diajukan Alasan hukum tentang sengketa Amar putusan tentang sengketa Hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera dan keterangan hadir dan tidaknya pars pihak yang bersengketa 16. Putusan Pengadilan Pajak harus ditandatangani oleh Hakim dan Panitera. Dan bila Hakim Ketua, Hakim Anggota atau Hakim Tunggal berhalangan hadir maka keputusan ditandatangani oleh Hakim yang menghadiri atau cukup oleh Ketua Sidang, dengan menyatakan berhalangannya Ketua Sidang atau Hakim Tunggal atau Hakim dimaksud 17. Pada setiap pemeriksaan, Panitera harus membuat Berita Acara Sidang yang memuat sesuatu yg terjadi dalam persidangan, dan ditandatangani oleh Hakim Ketua / Hakim Tunggal dan Panitera, serta apabila berhalangan harus dinyatakan dalam Berita Acara Sidang.

19

PELAKSANAAN PUTUSAN (Pasal 86 88) 1. Put usan Pengadil an Pajak langsung dapat dilaksan akan, kecuali per at ur an perundang-undangan mengatur lain.(mis Kelebihan pembayaran) 2. Kalau putusan Pengadilan Pajak mengakabulkan , kelebihan

p e m b a y a r a n dikembalikan ditambah bungs 2% sebulan, dan maksimak 24 bulan atau 48% 3. Salinan putusan dikirim kepada pars pihak oleh Sekretaris dalam jangka waktu 30 hari sejak tgl putusan diucapkan, atau 7 hari sejak putusan seta diucapkan 4. Putusan harus dilaksanakan oleh pihak yg berwenang dalam jangka waktu 30 hari sejak tgl diterima putusan, dan tidak melaksanakan putusan ini dikenakan sanksi sesuai ketentuan yg berlaku

PEMERIKSAAN PENINJAUAN KEMBALI (PASAL 89 93) 1. Permohonan peninjauan kembali: a. b. Dapat diajukan 1 kali kepada Mahkamah agung melalui Pengadilan Pajak Tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak c. Dapat dicabut kembali, namun tidak boleh mengajukan peninjauan kembali lagi 2. Hukum acara yang berlaku pada peninjauan kembali adalah h u k u m a c a r a pemeriksaan peninjauan kembali yaitu UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali diatur lain dalam UU ini 3. Alasan-alasan peninjauan kembali adalah a. Terjadi kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan, atau adanya bukti palsu dan diketahui setelah ada putusan. Hal ini diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan tersebut b. Adanya bukti tertulis baru, yang bersifat siqnifikan. Hal ini diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak diketahuinya bukti baru tersebut

20

c.

Telah dikabulkannya yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut. Dalam hal ini dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim.

d.

Bagian yang diputus belum dipertimbangkan sebab-sebabya. Dalam hal ini dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim.

e.

Terdapat putusan yang nyata-nyata bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal ini dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim.

4.

Mahkamah Agung memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali dengan ketentuan : a. Dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan diterima oleh Mahkamah Agung harus mengambil keputusan untuk putusan pemeriksaan acara biasa b. Dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan diterima oleh Mahkamah Agung harus mengambil keputusan untuk putusan pemeriksaan acara cepat

5.

Putusan mahkamah agung harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

BAB V KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 94 95) 1. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 1997, menjadi Pengadilan Pajak yang merupakan kelanjutan dari BPSP. Oleh karena itu Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPSP, menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada Pengadilan Pajak. Sedangkan Sekretaris Sidang menjadi Panitera Pengadilan Pajak 2. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPSP dapat menyelesaikan tugas sampai akhir masa jabatannya 3. Dalam waktu paling lama 2 tahun setelah berlakunya UU ini, maka harus dilakukan penyesuaian terhadap susunan organisasi, tugas, dan wewenang yang

21

disesuaikan dengan UU ini 4. Banding atau Gugatan yang belum diputus oleh BPSP,yaitu a. Tenggang waktu pengajuan Banding / Gugatan telah berakhir sebelum berlakunya UU ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Pajak. Dalam hal ini dapat diajukan peninjauan kembali berdasarkan UU ini b. Tenggang waktu pengajuan Banding / Gugatan belum berakhir sebelum berlakunya UU ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Pajak

BAB VI KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP (Pasal 92-94) 1. 2. 3. UU Nomor 17 Tahun 1997 tentang BPSP dinyatakan tidak berlaku UU ini dinamakan UU Pengadilan Pajak UU ini mulai berlaku tgl 12 April 2002

22

Anda mungkin juga menyukai