Presentasi BM 2010
Presentasi BM 2010
SURATNO
Bandung, Tahun 2010
LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang Nomor 13/1985 tentang Bea Meyterai 2. Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 2000 tentang Tarif Bea Meterai 3. Keputusan Menteri Keuangan No. 133/KMK.04/2000 tentang petunjuk pelaksanaan Tarif Bea Meterai berlaku sejak tanggal 1 MEI 2000. Meterai Tempel mulai beredar pada pertengahan bulan Mei 2000. Kertas Meterai mulai beredar pada awal Juni 2000
PENDAHULUAN
1. Salah satu cara mewujudkan peran serta masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara adalah memenuhi kewajiban atas pengenaan Bea Meterai terhadap dokumen-dokumen tertentu, sebagimana dimaksud dalam Undang-undang Bea Meterai Pengertian dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain
2.
3.
2. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, cek dan builyet giro 3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun 4. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain surat kuasa, surat hibah, surat pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yanfg bersifat perdata 5. Akta-akta notaris termasuk salinannya 6. Akta yang dibuat oleh Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya 7. Dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian dimuka pengadilan:
a. Surat-surat dan surat-surat kerumahtanggaan b. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Metera berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain dari maksud semula
CATATAN :
1. Bentuk, ukuran dan warna meterai yang berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Nomor 560/KMK.04/1999 tanggal 15 Desember 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 2001 adalah Materai tempel senilai Rp. 1.000,- dan senilai Rp.2.000,2. Bila mana jumlah uang ataupun harga nominal diatas dinyatakan dalam mata uang asing, maka harus dikalikan terlebih dahulu jumlah uang atau harga nominal dengan nnilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat dokumen tersebut dibuat
2. 3.
4 5.
6. 7.
8. 9.
Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda administrasinya yang terutang menurut Undang-undang Bea Meterai dikategorikan sudah daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat
2.
LAIN-LAIN
1. Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan untuk: a. Membuat salinan. Tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar. b. Melekatkan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan. c. Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterai-nya tidak atau kurang dibayar.
2.
Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diatas dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku.
KESEMPULAN
1. Bea Meterai merupakan salah satu jenis pajak yang dikenakan terhadap dokumen 2. Tarif Bea Meterai yang berlaku saat ini adalah Rp.3.000,- dan Rp.6.000,- sesuai dengan nilai dan penggunaan (manfaat) dokumen tersebut 3. Terutangnya Bea Meterai terhitung mulai dokumen diserahkan atau saat selesainya dokumen dibuat atau dokumen digunakan. 4. Pelunasan Bea Materai dilakukan dengan menggunakan benda meterai (meterai tempel dan kertas meterai) atau cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan 5. Daluwarsa Bea Meterai adalah setelah 5 tahun terhitung sejak tanggal dokumen dibuat. 6. Besarnya denda administsi adalah 200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar, sedangkan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana 7. Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris dan pejabat umum lainnya tidak dibenarkan memanfaatkan dokumen yang tidak atau kurang bermeterai, sebagaimana ditentukan dalam perundangundangan yang berlaku.