Pembahasan
Pembahasan
Pernah
mempunyai
luka
terbuka,
Port de entry dari bakteri Clostridium tetanii dapat berupa luka terbuka. Trias gejala dari tetanus berupa trismus, disfagia, opistotonus
dengan dasar jaringan lunak berukuran 8 x 8 cm di jahit. Dan sekarang memiliki luka terbuka berukuran 3x4 cm. Luka berwarna putih dan teraba panas. Krepitasi (-) Tidak bisa membuka mulut Susah menelan Kekakuan pada punggung Jangka waktu dari terjadinya luka (14 Agustus 2013) sampai dengan
Tetanus Umum
ketidakmampuan membuka mulut kekakuan leher sulit menelan rigiditas abdomen (perut terasa keras) peningkatan temperatur wajah penderita tampak menyeringai tubuh penderita membentuk
munculnya gejala kekakuan otot mulut (29 Agustus 2013) kurang lebih sekitar 14 hari. Demam sepuluh hari Rasa sakit pada tungkai kanan bawah Sulit bernapas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit Riwayat vaksin tidak diketahui, saat perawatan di Puskesmas tidak diberikan vaksin TT dan TIG sebelumnya luka pertama kali
dengan rangsangan
sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik. nyeri dan kelelahan serta kecemasan
Masa inkubasi dari infeksi Clostridium tetanii adalah 5-14 hari, akan tetapi bisa lebih pendek (1 hari) atau lebih lama (3 atau beberapa minggu)
pernapasan,
Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), - trismus pupil isokor (+) 3mm/3mm, refleks - hipertonisitas otot-otot cahaya +/+, sianosis(-), trismus 3 cm - refleks tendon dalam yang meningkat (+), risus sardonicus (-)
-
kesadaran yang tidak terganggu - demam derajat rendah sistem saraf sensoris yang normal riwayat luka dalam 2 minggu terakhir
a. tetanus local spasme dan peningkatan tonus otot terbatas pada otot-otot di sekitar tempat infeksi tanpa tanda-tanda sistemik. Leher : Deviasi trachea (-), b. tetanus general Trismus disertai gejala kekakuan leher, sulit menelan, rigiditas abdomen dan peningkatan temperatur 2-4oC di atas suhu normal, risus sardonicus, kejang
pembesaran kelenjar getah bening (-), kakukuduk (-) Thoraks : Inspeksi: Bentuk normal, pergerakan
simetris Palpasi : Fremitus vokal teraba kiri=kanan Perkusi: Sonor kiri=kanan Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), whezzing (-/-), S1 S2 tunggal, reguler.
otot
akut,
paroksismal,
tidak
terkoordinasi dan menyeluruh c. tetanus sefalik trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. d. tetanus neonatorum ketidakmampuan untuk menghisap 3-10 hari setelah lahir, irritabilitas , dan risus
Abdomen Inspeksi: flat, distensi (-), opistotonus (-) Palpasi : Soefl, Nyeri tekan (-), organomegali (-), massa(-), rigiditas abdomen (-), defansmuskuler (-) Perkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus (+), metalicsound (-).
menangis
terus
menerus
Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-/-), CRT < 2 detik Status Lokalis Luka terbuka pada tungkai bawah kanan, berukuran 8x8 cm, dengan dasar luka berupa jaringan otot,
disekeliling luka terdapat jaringan mati dan teraba panas, serta tidak ditemukan krepitasi.
Teori
Leukosit HB Hct Platelet GDS Albumin Ureum Kreatinin Natrium Kalium Klorin Troponin CKMB
Pada
kasus
tertentu
apabila
terdapat
Skor Phillips:
Nilai 1 (>14 hari) 2 (Ekstremitas bawah)
Status Imunisasi 4 (> 10 tahun yang lalu) Faktor Pemberat Total 1 (ASA derajat I) 8
Diet Bubur Saring 6 x 200cc Debridemant luka Dizepam infus 0,4cc/jam (syringe pump)
Dasar a. Memutuskan invasi toksin dengan antibiotik dan tindakan bedah. b. Antibiotik
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Metronidazole 3 x 1 Ranitidin 2 x 50mg IV Natrium Diclofenak 2 x 50 mg tab Paracetamol 3 x 500mg tab IVFD RL 20 tpm HTIG 3000 IU
- parenteral Peniciline 1,2 juta unit / hari selama 10 hari, IM. Apabila terdapat Peniciline
intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. - metronidazole awal secara loading dose 15 mg/kgBB dalam 1 jam dilanjutkan 7,5
mg/kgBB selama 1 jam perinfus setiap 6 jam. c. Perawatan luka b. Netralisasi toksin 1. Anti tetanus serum Dosis anti tetanus serum yang digunakan adalah 20.000 iu, setengah dosis diberikan secara IM dan setengahnya lagi diberikan secara IV, 2. Human Tetanus immunoglobulin (HTIG) Human tetanus imunoglobulin merupakan
pengobatan utama pada tetanus dengan dosis 30006000 unit secara IM c. menekan efek toksin pada SSP 1.Benzodiazepin Diazepam dosis 5-20 mg 3 kali sehari 2. Barbiturat 3. Fenotiazin Klorpromazin diberikan dengan dosis 50 mg IM 4 kali sehari (dewasa), Umum - Ruangan yang tenang dengan stimulasi minimal - Pemberian cairan dan elektrolit - Pemberian oksigen melalui kateter hidung dan isap lendir dari hidung dan mulut Berdasarkan tingkat penyakit tetanus 1. Tetanus ringan antibiotik, HTIG/anti toksin, diazepam,
Sama
seperti
diatas, dan
ditambah pemasangan
intubasi selang
atau trakeostomi
nasogastrik dan pemberian cairan parenteral. 3. Tetanus berat Perawatan pada ruang intensif, trakeostomi atau intubasi dan pemakaian ventilator serta
pemberikan cairan. Bila spasme sangat hebat dapat diberikan pankuronium bromid 0,02 mg/kgBB IV diikuti 0,05 mg/kg/dosis diberikan setiap 2-3 jam. Bila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan dapat diberikan beta bloker seperti propanolo atau alfa dan beta bloker labetolol.
I.
Prognosis
Teori
Berdasarkan Philips Score : Parameter Masa Inkubasi Lokasi Infeksi Status Imunisasi Faktor Pemberat Total 1 (>14 hari) 2 (Ekstremitas bawah) Nilai
Sistem skoring menurut Phillips dikembangkan pada tahun 1967 dan didasarkan pada empat parameter, yaitu masa inkubasi, lokasi infeksi, status imunisasi, dan faktor pemberat. Skor dari keempat parameter tersebut dijumlahkan dan interpretasinya sebagai skor < 9 tetanus ringan, (b) skor 9-18
tetanus sedang, dan (c) skor > 18 tetanus berat. Selain berdasarkan score, pronosis juga diperngaruhi oleh hal hal berikut :
1. Masa inkubasi Makin panjang masa inkubasinya makin ringan penyakitnya, sebaliknya makin
pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi < 7 hari tergolong berat. 2. Umur Makin muda umur penderita seperti pada neonatus atau pada orang tua maka
3. Period of onset Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya trismus sampai terjadinya kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosanya jelek. 4. Panas Pada tetanus tidak selalu ada febris. Adanya hiperpireksia prognosanya jelek. 5. Pengobatan Pengobatan yang terlambat prognosanya jelek. 6. Ada tidaknya komplikasi 7. Frekusensi kejang Semakin sering prognosanya makin jelek.
II.
Pencegahan
Fakta Teori
Setelah terjadi luka terbuka pada tungkai bawah kanan, pasien langsung berobat ke puskesmas terdekat (pembersihan dan penjahitan luka). Namun tidak pernah kontrol.
Ada dua cara mencegah tetanus, yaitu perawatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif dan pasif. Merawat dan membersihkan luka sebaikluka,
Pemberian imunisasi tetanus toksoid benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 maupun TIG tidak pernah diberikan Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikkan toksoid tetanus dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi. Manfaat imunisasi aktif ini sudah hanyak dibuktikan. Imunisasi pasif diperoleh dengan memberikan antitoksin serum heterolog yang (ATS) sudah atau
mengandung antitoksin
homolog
(imunoglobulin
antitetanus).
Berdasarkan riwayat imunitas dan jenis luka, baru ditentukan pemberian antitetanus serum atau toksoid.