+ +
=
n
b a X b a
MSB
i i i i
(2)
| | ( )
n
b a X b a
MSW
i i i i
2
2
+ +
=
(3)
di mana a
i
= data simplo, b
i
= data duplo, X =
rata-rata data simplo dan duplo dan n = jumlah
data. Kriteria uji homogenitas yang digunakan
adalah kriteria 1, yaitu jika F hitung < F tabel
maka sampel dikatakan homogen [9].
Verifikasi metode mengunakan bahan
acuan meliputi parameter presisi dan akurasi.
Akurasi merupakan kesesuaian antara hasil
analisis dengan nilai benar dan dinyatakan
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
170
dalam % recovery (%rec) yang diperoleh
melalui persamaan:
% 100 Re % =
sert
uji
X
X
c
(4)
dimana X
uji
adalah nilai hasil analisis, X
sert
adalah nilai sertifikat [10]. Sedangkan presisi
dinyatakan sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi (%CV) yang dinyatakan
dalam persamaan berikut [11]:
% 100 % =
X
SD
CV
(5)
dimana SD adalah standar deviasi hasil analisis
dan X adalah rata-rata hasil analisis. Kriteria
penerimaan presisi suatu metode ditetapkan
berdasarkan nilai rasio Horwitz (HORRAT).
Rasio Horwitz (untuk ripitabilitas) diperoleh
dari persamaan:
R
r
PRSD
RSD
r HORRAT = ) (
(6)
dimana PRSD
R
adalah standar deviasi relatif
Horwitz (PRSD
R
=
H
= 2
1-0,5 log
C
) dengan C
adalah fraksi konsentrasi dan RSD
r
adalah
simpangan baku relatif ripitabilitas [12,13,14].
Kriteria penerimaan presisi (ripitabilitas) untuk
validasi metode adalah bila nilai HORRAT
berada pada rentang 0,31,3 [13,14].
Sedangkan kriteria keberterimaan akurasi
dijabarkan dalam Tabel 1.
Jaminan mutu analisis meliputi seluruh
tahapan analisis dimulai dari sampling hingga
penerbitan laporan hasil analisis [16,17].
Skema tahapan analisis dan jaminan mutunya
dijabarkan dalam Gambar 1 [17].
Tabel 1. Persyaratan keberterimaan nilai
%recovery untuk pengujian individu [15]
No Concentration
Recovery
Limit
1 100 % 98-101 %
2 10 % 95-102 %
3 1 % 92-105 %
4 0,1 % 90-108 %
5 0,01 % 85-110 %
6 10 g/g (ppm) 80-115 %
7 1 g/g 75-120 %
8 10 g/kg (ppb) 70-125 %
Gambar 1. Skema jaminan mutu dalam tahapan
analisis [17].
Pengendalian mutu merupakan bagian dari
proses jaminan mutu. Pengendalian mutu
analisis terdiri dari dua yaitu pengendalian
mutu internal yang mencakup analisis
menggunakan bahan acuan, replikasi analisis,
analisis blanko dan blind samples, serta grafik
kendali yang bertujuan untuk mengontrol hasil
analisis laboratorium dan untuk mengetahui
bila terjadi penyimpangan hasil, sedang
pengendalian mutu eksternal ditunjukkan
melalui partisipasi dalam uji profisiensi atau uji
banding antar laboratorium [5,17].
3. TATAKERJA
3.1. Bahan dan peralatan
Bahan yang diperlukan bahan acuan
bersertifikat, NIST 1548a Typical Diet, 1567a
Wheat Flour dan 1568a Rice Flour, berbagai
sampel bahan pangan duplicate diet dari
berbagai lokasi di Pulau Jawa, larutan standar,
asam HNO
3
p.a. Sedang peralatan yang
digunakan terdiri atas blender bermata
titanium, freze dryer, microwave digestion,
seperangkat spektrometer gamma dengan
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
171
detektor HPGe, spektrometer serapan atom,
vial polietilen (PE), neraca analitik.
3.2. Preparasi sampel pangan
Sampel bahan pangan ditimbang dan
dihaluskan dengan menggunakan blender
bermata titan. Air suling ditambahkan secara
kuantitatif bila diperlukan. Sampel yang telah
halus kemudian dimasukkan ke dalam labu
bundar berukuran 250 mL dan dikondisikan
pada suhu -40C selama satu malam di dalam
freezer. Sampel kemudian dipasangkan pada
alat freeze dryer. Pengeringan beku dilakukan
pada suhu -55C selama kurang lebih 2x24 jam
sampai diperoleh bobot konstan. Sampel yang
telah kering digerus menggunakan lumpang
dan alu berbahan teflon di dalam ruang laminar
air flow, kemudian dihaluskan dengan mortar
agate hingga berukuran 200 mesh. Sampel
yang telah halus dimasukkan ke dalam wadah
polietilen dan dikocok selama 5-10 menit
hingga homogen. Kemudian sampel diberi
label dan disimpan dalam ruang bersih.
3.3. Preparasi standar, sampel dan bahan
acuan untuk iradiasi
Larutan standar Co, Cl, Fe, Mg, Mn, K,
Na, Se dan Zn diteteskan ke dalam vial PE
berukuran 0,273 mL sebanyak 100L dengan
konsentrasi masing-masing sebesar: 2, 20, 40,
200, 2, 250, 0,2, 1 dan 40 g/mL sehingga
diperoleh konsentrasi akhir masing-masing
unsur dalam vial sebesar 0,2; 2; 4; 20; 0,2; 25;
0,02; 0,1 dan 4 g. Standar yang sudah
diteteskan kemudian dikeringkan pada suhu
60C dalam rak pengering. Sampel yang telah
kering dan homogen ditimbang sebanyak 25
mg dan dimasukkan ke dalam vial PE. Vial PE
kemudian disegel dengan cara dipanaskan.
SRM ditimbang sebanyak 25 mg dan
dimasukkan ke dalam vial PE. Vial PE
kemudian disegel dengan cara dipanaskan. Vial
yang berisi sampel, standar dan bahan acuan
kemudian dibungkus aluminium foil dan
dimasukkan ke dalam kapsul iradiasi.
3.4. Iradiasi dan pencacahan
Iradiasi dilakukan di reaktor serbaguna G.A
Siwabessy, Serpong. Iradiasi pendek dilakukan
selama 1-2 menit, iradiasi menengah dilakukan
selama 10-15 menit sedang untuk iradiasi
panjang dilakukan selama 1-2 jam pada fluks
neutron sekitar 10
13
n.cm
-2
.s
-1
. Untuk sampel
dengan waktu paruh pendek dicacah selama
200-300 detik menggunakan detektor HPGe
efisiensi tinggi. Untuk waktu paruh menengah,
sampel dicacah selama 500-1000 detik sedang
untuk sampel dengan waktu paruh panjang,
pencacahan dilakukan selama 55000 detik.
Analisis spektrum dilakukan menggunakan
software Genie 2000.
3.5. Komparasi metode analisis dengan
metode Spektrometri Serapan Atom
Sejumlah 500 mg sampel pangan
ditimbang dan dimasukkan ke dalam vesel
microwave digestion. Ke dalamnya
ditambahkan 7,5 mL HNO
3
suprapure dan 2,5
mL aquades. Sampel kemudian dilarutkan
dalam microwave pada suhu 200C selama 20
menit. Setelah larut, sampel dikisatkan dan
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
takar 25 mL dan ditanda bataskan dengan
aquades. Dibuat larutan standar seri Zn dengan
konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 dan 1,2
mg/L, larutan standar Fe dengan konsentrasi
0,1; 0,2; 0,4 dan 0,6 mg/L serta larutan standar
Mn dengan konsentrasi 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8, 1
dan 2 mg/L yang dibuat melalui pengenceran
bertahap dari masing-masing larutan standar
stok 4000mg/L. Standar dan sampel kemudian
diukur menggunakan spektrometer serapan
atom pada panjang gelombang 248,3 nm untuk
Fe, 213,8 nm untuk Zn dan 279,5 nm untuk
Mn. Selanjutnya hasil analisis sampel pangan
menggunakan SSA dibandingkan terhadap hasil
analisis sampel pangan yang sama
menggunakan AAN.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis pangan, tahapan preparasi
sampel merupakan faktor yang menentukan
hasil analisis. Preparasi bertujuan menyiapkan
sampel, yang harus bersifat mewakili
(representatif) keseluruhan sampel yang akan
dianalisis dan homogen, hingga siap dianalisis
menggunakan metode yang telah dipilih
sehingga hasil analisis dapat dipertanggung
jawabkan [18]. Untuk itu perlu dilakukan uji
homogenitas sampel. Data yang digunakan
untuk uji homogenitas pada kegiatan ini berasal
dari analisis sampel pangan yang dilakukan
secara duplo. Uji homogenitas untuk sampel
bahan pangan telah dilakukan dan dibahas lebih
terinci oleh Woro, 2008 [18], dengan hasil
seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Pada
Tabel 2, dapat dilihat bahwa untuk semua unsur
yang dianalisis memiliki nilai F
hitung
< F
tabel
,
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
172
yang berarti bahwa sampel pangan yang
dianalisis sudah homogen. Hal ini juga
menunjukkan bahwa metode preparasi sampel
pangan yang digunakan sudah memenuhi
kriteria sampel siap analisis.
Dalam hal menjamin hasil analisis yang
akurat dan dapat dipercaya, metode analisis
yang digunakan harus merupakan metode yang
sudah tervalidasi.
Tabel 2. Hasil uji F unsur K, Cu, Mg, Fe, Ca, Mn
dan Zn dalam sampel pangan untuk uji
homogenitas sampel [18]
No Unsur
Uji F Keterangan
F
hitung
F
tabel
95%
1 K 0,539 3,025 F
hit
< F
tabel
2 Cu 0,549 3,025 F
hit
< F
tabel
3 Mg 1,488 3,500 F
hit
< F
tabel
4 Fe 1,794 3,500 F
hit
< F
tabel
5 Ca 1,226 3,500 F
hit
< F
tabel
6 Mn 3,216 3,833 F
hit
< F
tabel
7 Zn 1,829 3,833 F
hit
< F
tabel
Validasi metode dilakukan cukup satu kali,
namun untuk mengetahui unjuk kerja metode
analisis yang digunakan masih sesuai dengan
tujuan (fit for purpose), maka perlu dilakukan
verifikasi metode. Verifikasi metode
merupakan salah satu bentuk pengendalian
mutu terhadap hasil analisis. Verifikasi metode
dilakukan menggunakan bahan acuan. Analisis
menggunakan bahan acuan juga dapat
digunakan sebagai bentuk pemantauan terhadap
keakuratan data hasil analisis. Bahan acuan
memegang peranan penting dalam jaminan
mutu dari suatu pengujian kimia. Bahan acuan
yang baik dipilih berdasarkan kedekatannya
dengan konsentrasi unsur-unsur dalam
sampel/bahan yang hendak dianalisis [19].
Bahan acuan yang digunakan pada kegiatan ini
berupa matriks pangan dengan matriks yang
cukup kompleks yaitu bahan acuan bersertifikat
(SRM) NIST 1548a Typical Diet dan matriks
yang lebih sederhana seperti NIST 1567a
Wheat Flour dan NST 1568a Rice Flour. Hasil
verifikasi metode menggunakan ketiga SRM
tersebut ditampilkan pada Tabel 3. Hasil
verifikasi menunjukkan bahwa analisis unsur
Co, Cl, Fe, Mg, Mn, K, Na, Se dan Zn
menggunakan metode AAN memiliki nilai
akurasi, yang dinyatakan dengan %recovery,
berada pada rentang 89,5 109,1%, dan
presisi, dinyatakan dengan % CV, berada
pada rentang 2,89 16,6%, seperti yang tertera
pada Tabel 3. Tabel 4 menunjukkan
perbandingan nilai %recovery dan %CV
dengan kriteria keberterimaan akurasi dan
presisi (CV Horwitz) sesuai dengan pedoman
dari AOAC (The Association of Official
Analytical Chemists) [15]. Kriteria
keberterimaan presisi dihitung dengan
menggunakan Persamaan (6). Dari Tabel 4
dapat dilihat bahwa nilai %recovery dan %CV
yang diperoleh masuk dalam kriteria
keberterimaan akurasi dan presisi sesuai
dengan pedoman AOAC [15]. Hal ini
menunjukkan bahwa metode AAN untuk
analisis unsur Co, Cl, Mg, Mn, Fe, K, Na, Se
dan Zn dalam analisis pangan memiliki unjuk
kerja yang baik.
Tabel 3. Hasil Verifikasi Metode Analisis Unsur
dalam SRM NIST 1548a Typical Diet, 1567a
Wheat Flour dan 1568a Rice Flour menggunakan
teknik Analisis Aktivasi Neutron
Unsur
Hasil Analisis
(mg/kg)
Nilai Sert.
(mg/kg)
%Rec %CV
NIST 1548a Typical Diet
Co 0,27 0,28 96,4 -
Fe 35,4 1,75 35,3 3,77 100,4 4,93
Mn 5,78 0,35 5,75 0,20 100,4 6,06
K 6949 375 6970 125 99,7 5,40
Na 8083 234 8132 942 99,4 2,89
Se 0,24 0,02 0,245 0,028 98,4 7,62
Zn 24,4 1,91 24,6 1,79 99,3 7,84
NIST 1567a Wheat Flour
Fe 13,1 1,43 14,1 0,5 93,2 10,9
Mn 8,92 1,81 9,4 0,9 94,9 9,03
Na 6,6 0,9 6,1 0,8 108,6 13,4
Se 0,98 0,05 1,1 0,2 89,5 4,57
Zn 11,9 0,5 35,4 1,75 103,0 4,09
NIST 1568a Rice Flour
Co 0,017 0,003 0,018 0,003 96,6 15,2
Cl 327 27,2 300 10,1 109,1 8,3
Mg 563 42 560 20 100,5 7,5
Mn 19,6 0,9 20,0 1,6 97,9 4,45
K 1292 33 1300 8 99,4 2,56
Na 6,1 0,6 6,6 0,8 92,1 9,83
Se 0,38 0,06 0,38 0,04 100,2 16,6
Zn 19,4 1,4 19,4 0,5 100,1 7,41
Selain analisis menggunakan bahan acuan,
pengendalian mutu internal mencakup replikasi
analisis yang umumnya dilakukan
menggunakan sampel QC (Quality Control)
yang bertujuan untuk memonitor kinerja
analisis dari hari ke hari atau dari batch ke
batch. Sampel QC merupakan sejenis sampel
yang stabil dan tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak untuk dapat dianalisis dalam
jangka waktu yang cukup lama [20]. Pada
umumnya, hasil monitoring sampel QC
dinyatakan dalam grafik kendali. Selama nilai
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
173
dari sampel QC masuk kedalam rentang yang
diterima, maka hasil analisis dari sampel pada
batch yang sama dengan sampel QC dianggap
sebagai data yang reliabel [20].
Tabel 4. Perbandingan nilai %recoverydan %CV
yang diperoleh dengan kriteria keberterimaan
akurasi dan presisi
Unsur
Hasil analisis
Kriteria
keberterimaan
%Rec %CV
Akurasi
(%)
Presisi
(%)
1
5
4
8
a
T
y
p
i
c
a
l
D
i
e
t
Co 96,4 - 75-120 5,85-25,3
Fe 100,4 4,93 80-115 2,81-12,2
Mn 100,4 6,06 75-120 3,69-16,0
K 99,7 5,40 90-108 1,27-5,49
Na 99,4 2,89 90-108 1,24-5,37
Se 98,4 7,62 75-120 5,95-25,8
Zn 99,3 7,84 80-115 2,97-12,9
1
5
6
7
a
W
h
e
a
t
F
l
o
u
r
Fe 93,2 10,9 80-115 3,26-14,1
Mn 94,9 9,03 80-115 3,45-15,0
Na 108,6 13,4 80-115 3,61-15,7
Se 89,5 4,57 75-120 4,81-20,9
Zn 103,0 4,09 80-115 3,30-14,3
1
5
6
8
a
R
i
c
e
F
l
o
u
r
Co 96,6 15,2 70-125 8,86-38,4
Cl 109,1 8,3 85-110 2,01-8,7
Mg 100,5 7,5 90-108 1,85-8,0
Mn 97,9 4,45 80-115 3,07-13,3
K 99,4 2,56 90-108 1,63-7,1
Na 92,1 9,83 80-115 3,66-15,8
Se 100,2 16,6 75-120 5,55-24,1
Zn 100,1 7,41 80-115 3,07-13,3
Pada kegiatan ini, laboratorium PTNBR
melakukan replikasi analisis menggunakan
bahan acuan, yang disertakan pada setiap batch
analisis. Bahan acuan bersertifikat merupakan
sampel QC yang ideal dimana ia dapat
dipergunakan untuk tujuan ketertelusuran hasil
analisis [21]. Hasil replikasi analisis di sajikan
dalam bentuk grafik kendali. Grafik kendali
merupakan suatu alat bantu untuk pemantauan
mutu analisis. Grafik kendali replikasi analisis
dalam suatu batch analisis dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui adanya error atau kesalahan
atau terjadinya drift [20]. Gambar 2
menampilkan grafik kendali replikasi per-batch
analisis untuk unsur Zn, Fe, Se, Na dan Mn.
Replikasi analisis untuk unsur Zn, Fe, Se dan
Na menggunakan bahan acuan NIST 1548a
Typical Diet sedangkan untuk unsur Mn
menggunakan bahan acuan NIST 1568a Rice
Flour.
Gambar 2. Grafik kendali replikasi analisis unsur
(a) Fe, (b) Zn, (c) Se, (d) Na dan (e) Mn.
Grafik kendali replikasi analisis
menunjukkan hasil yang baik dan tidak terjadi
kesalahan sistemik dimana hasil analisis setiap
replika terdistribusi secara acak dalam rentang
nilai yang yang dapat diterima (mean-
2s<x<mean+2s).
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
174
Replikasi analisis terhadap sampel pangan
juga dilakukan dengan menggunakan metode
yang berbeda. Sejumlah sampel pangan yang
sama dianalisis menggunakan metode AAN
dan juga SSA metode nyala. Hasil analisis dari
kedua metode tersebut kemudian dibandingkan
untuk diketahui kesesuaiannya. SSA
merupakan metode analisis yang sudah
establish dan memiliki keakurasian yang cukup
tinggi sehingga dalam perbandingan ini,
metode SSA berlaku sebagai metode acuan.
Komparasi kedua metode tersebut dilakukan
untuk analisis unsur Fe, Zn dan Mn dalam
berbagai sampel pangan. Hasil komparasi
metode dipaparkan dalam Gambar 3.
Komparasi metode AAN terhadap SSA untuk
analisis unsur Fe, Zn dan Mn dalam sampel
pangan memiliki kesesuaian yang cukup baik,
ditunjukkan dengan nilai r
2
mendekati 1, yaitu
0,88 untuk unsur Zn, 0,96 untuk unsur Fe dan
0,90 untuk unsur Mn, seperti yang tertera
dalam Gambar 3. Pada unsur Zn memiliki nilai
regresi linear yang lebih kecil dibandingkan
dengan kedua unsur lainnya. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya
gangguan spektrum pada analisis menggunakan
AAN. Unsur Zn, diamati pada energi 1115,5
keV, terkadang memiliki interferensi yang
disebabkan oleh unsur Eu pada energi 1112
keV dan unsur Sc pada energi 1120 keV.
Optimalisasi waktu dan kondisi pencacahan
diperlukan untuk meminimalisir gangguan
spektrum tersebut.
Secara umum, hasil komparasi metode ini
menunjukkan bahwa hasil analisis
menggunakan metode AAN merupakan hasil
analisis yang reliabel dan metode AAN dapat
bersifat komplementer dengan metode SSA.
Metode AAN memiliki keunggulan
dibandingkan dengan metode SSA untuk
analisis unsur dalam sampel pangan,
diantaranya metode AAN tidak melibatkan
tahapan preparasi yang kompleks seperti pada
metode SSA, dalam analisisnya tidak terlalu
dipengaruhi oleh matriks sampel, memiliki
akurasi yang baik hingga pada kadar unsur
yang renik sehingga metode AAN sangat baik
untuk penentuan kadar unsur yang sangat
rendah, serta simultan atau multi unsur.
Pengendalian mutu eksternal dilakukan
melalui partisipasi dalam uji banding
laboratorium. Uji banding laboratorium untuk
matriks sampel pangan menggunakan teknik
AAN telah diikuti oleh lab. PTNBR pada tahun
2009 dan 2010. Hasil uji banding laboratorium
pada tahun 2009 dicantumkan pada Tabel 5
untuk sampel pangan 1 dan Tabel 6 untuk
sampel pangan 2. Hasil uji banding
menunjukkan bahwa lab. PTNBR memiliki
unjuk kerja yang baik pada penentuan unsur
dalam sampel matriks pangan dengan hasil
lulus kriteria akurasi dan presisi untuk semua
parameter elemen yang diajukan, seperti yang
tertera pada Tabel 5 dan 6. Tingkat
keberhasilan lab. PTNBR (kode: Lab. 03)
dalam mengikuti uji banding tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4. Dari Gambar 4
dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan Lab.
PTNBR mencapai 90%.
Gambar 3. Hasil komparasi metode AAN dengan
SSA untuk analisis unsur (a) Zn, (b) Fe dan (c)
Mn dalam sampel pangan.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
175
20
80
90
73
13
27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Lab 01 Lab 02 Lab 03 Lab 04 Lab 05 Lab 06
P elaporan (%)
K eberterimaan (%)
T K eberhas ilan (%)
Gambar 4. Presentase tingkat keberhasilan
Laboratorium dalam Uji Banding III-2009.
Hal ini menunjukkan bahwa Lab. PTNBR
memiliki unjuk kerja yang baik dan metode
AAN merupakan metode yang reprodusibel
untuk analisis unsur dalam bahan pangan.
Serangkaian kegiatan pengendalian mutu
telah dilakukan di lab. PTNBR merupakan
suatu usaha untuk meningkatkan mutu hasil
analisis unsur dalam sampel pangan, terutama
dengan menggunakan metode analisis aktivasi
neutron. Dari serangkaian hasil-hasil kegiatan
pengendalian mutu tersebut, dapat dikatakan
bahwa data hasil analisis unsur dalam sampel
pangan menggunakan teknik AAN merupakan
data yang memiliki kualitas tinggi, akurat, dan
dapat dipercaya.
5. KESIMPULAN
Pengendalian mutu analisis unsur dalam
bahan pangan yang dilakukan oleh Lab.
PTNBR secara keseluruhan menunjukkan hasil
yang baik dan data analisis unsur yang
diperoleh menggunakan metode AAN dapat
dianggap sebagai data yang akurat, dapat
dipercaya dan memiliki kualitas yang baik.
Analisis menggunakan bahan acuan
menunjukkan unjuk kerja metode yang cukup
baik dengan perolehan akurasi (%rec) ,berada
pada rentang 89,5 109,1%, dan presisi (%CV)
,berada pada rentang 2,89 16,6% , masih
terdapat pada rentang kriteria keberterimaan
akurasi dan presisi yang ditetapkan. Replikasi
analisis menggunakan bahan acuan ditunjukkan
melalui grafik kendali dan memberikan hasil
yang baik. Komparasi metode AAN dengan
SSA menunjukkan kesesuaian yang cukup baik
dengan nilai r
2
berada pada rentang 0,88-0,96.
Pengendalian mutu eksternal melalui uji
banding antar laboratorium untuk penentuan
unsur dalam sampel matriks pangan
memberikan nilai yang baik, dimana lab.
PTNBR lulus kriteria akurasi dan presisi untuk
semua parameter unsur yang diajukan.
Tabel 5. Evaluasi keberterimaan hasil uji banding Lab. PTNBR untuk sampel 1
Tabel 6. Evaluasi keberterimaan hasil uji banding Lab. PTNBR untuk sampel 2
No Unsur
KRITERIA AKURASI KRITERIA PRESISI
STATUS AKHIR
A B Status C D Status
1 Al 1,20 1,96 lulus 22,9 26,4 lulus DITERIMA
2 K 0,003 0,006 lulus 2,4 10,9 lulus DITERIMA
3 Mg 0,001 0,007 lulus 6,5 12,8 lulus DITERIMA
4 Mn 0,400 3,174 lulus 8,1 12,9 lulus DITERIMA
5 Na 0,030 1,591 lulus 12,4 17,1 lulus DITERIMA
6 Ca 0,0003 0,0016 lulus 7,0 16,3 lulus DITERIMA
7 Se 0,07 0,10 lulus 14,3 21,8 lulus DITERIMA
8 Zn 0,20 1,27 lulus 3,4 10,6 lulus DITERIMA
No Unsur
KRITERIA AKURASI KRITERIA PRESISI
STATUS AKHIR
A B Status C D Status
1 Al 0,6 2,56 lulus 23,0 25,8 lulus DITERIMA
2 K 0,001 0,008 lulus 3,2 11,1 lulus DITERIMA
3 Mg 0,0005 0,0056 lulus 7,2 13,9 lulus DITERIMA
4 Mn 0,00 1,85 lulus 10,1 14,9 lulus DITERIMA
5 Na 0,70 1,61 lulus 13,4 17,8 lulus DITERIMA
6 Ca 0,0003 0,0017 lulus 4,4 14,6 lulus DITERIMA
7 Fe 1,7 2,5 lulus 10,1 11,5 lulus DITERIMA
8 Se 0,00 0,39 lulus 18,4 24,1 lulus DITERIMA
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
176
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr.
Muhayatun atas bimbingannya dan kepada
rekan-rekan di kelompok TAR atas bantuan dan
kerjasamanya dalam kegiatan ini.
7. DAFTAR PUSTAKA
1. EARNSHAW, A., SMITH, R.A. and
OWEN, L., How proficiency testing can
improve the quality of analytical data using
vitamin analysis as an example, Food
Chemistry 113(2009)781-783.
2. SZTEKE, B. (2007). Criteria of evaluation
of food elements analysis data. Available:
www.crcnetbase.com, diakses pada 8 April
2011.
3. BROWN, R.J.C., MILTON, M.J.T.,,
Analytical techniques for trace element
analysis: An overview, Trends in Analytical
Chemistry 24(3)(2005) 266-274.
4. BSN, ISO/IEC 17025:2005 Persyaratan
Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian
dan Laboratorium Kalibrasi.
5. RIYONO, Pengendalian mutu laboratorium
kimia klinik dilihat dari aspek mutu hasil
analisis laboratorium, Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan 7 (2)(2007)172-187.
6. SUTISNA., HANDAYANI, Y. T., Prinsip
analisis aktivasi neutron, Pusdiklat-BATAN,
Pasar Jumat, Jakarta (2006).
7. WEIZHI, T., Reactor Neutron Activation
Analysis (NAA) of Airborne Particulate
Matter (APM), IAEA, Vienna (2000).
8. ANONYMOUS. (2008, Oct 7), 1(1). Uji F
analisis variansi. Available: http://www.
aal.ac.id/%7Ebambang_suharjo/uploads/File
/statistika%20bagian%202.doc.
9. YOHANES, S., Pengolahan data hasil
validasi metode dan estimasi ketidakpastian
pada AAS, Pusat Penelitian Kimia LIPI,
Bandung (2008).
10. SHAKHASHIRO, A., MABIT, L., Results
of an IAEA inter-comparison exercise to
assess
137
Cs and total
210
Pb analytical
performance in soil, Applied Radiation and
Isotopes 67 (2009) 139-146.
11. HARMITA, Review artikel: Petunjuk
pelaksanaan validasi metode dan cara
perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian
1 (3) (2004) 117-135.
12. ANONYMOUS, The Amazing Horwitz
Function, THOMPSON, M., Ed., AMC
Technical Brief 17 (2004 July). Royal
Society of Chemistry ( 2004).
13. ANONYMOUS, Definitions and
Calculations of HORRAT Values from
Intralaboratory Data. Available: www.
aoac.org/dietsupp6/dietary-supplement-web-
site/horrat for slv.doC, diakses 18-3-2009.
14. MASSART, D.L., SMEYERS-VERBEKE,
J. and HEYDEN, Y.V., (2005, October 1),
Benchmarking for Analytical Methods: The
Horwitz Curve. Available: http://
chromatographyonline. findanalytichem.
com, diakses tanggal 18 Maret 2009.
15. ANONYMOUS, AOAC Guidelined for
single laboratory validation of chemical
methods for dietary supplements and
botanicals. Available: www.aoac.org, diakses
16-8-2010.
16. GREENFIELD, H., SOUTHGATE,
D.A.T., Food Composition Data;
Production, Management and Use, FAO,
Rome (2003).
17. EMONS, H., HELD, A. and ULBERTH,
F., Reference materials as crucial tools for
quality assurance and control in food
analysis, Pure Appl.Chem., 78(1)(2006)135-
143.
18. SYAHFITRI, W.Y.N., ADVENTINI, N.
dan DAMASTUTI, E., Validasi metode
baku untuk preparasi cuplikan makanan,
(Prosiding Seminar Nasional AAN,
Bandung, 22 Oktober 2008), PTNBR-
BATAN, Bandung (2008) 273-278.
19. ALMEIDA, S.M., REIS, M.A., FREITAS,
M.C. and PIO, C.A., Quality assurance in
elemental analysis of airborne particles,
Nuclear Instruments and Methods in Physics
Research, 207(2003)434-446.
20. CITAC, EURACHEM, Guide to Quality in
Analytical Chemistry, an Aid to
Accreditation (2002).
21. THOMPSON, M., WOOD, R., IUPAC:
harmonized guidelines for internal quality
control in analytical chemistry laboratories,
Pure & Appl. Chem., 67(4) (1995)649-666.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR BATAN Bandung, 22 Juni 2011
Tema : Peran Sains dan Teknologi Nuklir di Bidang
Kesehatan, Lingkungan, Industri dan Pendidikan dalam
Mendukung Pembangunan Nasional
177
8. DISKUSI
Lilik Hasanah:
Pada dasarnya, hasil dari pengendalian mutu adalah Good Quality. Apakah hasil dari penelitian ini
sampai menghasilkan itu?
Endah Damastuti:
Ya, karena penelitian merupakan pemantauan bahwa hasil analisis baik, oleh karena itu digunakan SRM
untuk membuktikan hasil analisis baik dan valid.
Siti Prita:
Penelitian ini menggunakan AAN untuk menganalisis unsur dalam bahan pangan, tetapi mengapa masih
menggunakan SRM? Apa tujuan dilakukannya homogenitas sampel?
Endah Damastuti:
SRM dengan matriks yang sesuai digunakan untuk meyakinkan validitas hasil analisis, sedangkan
tujuan dilakukannya homogenitas sampel adalah untuk menghomogenkan sampel dan untuk
meyakinkannya dilakukan dengan uji homogenitas.
Vera:
Apakah sampel berbentuk cairan dapat diuji dengan menggunakan AAN? Bagaimana cara menguji
sampel berbentuk cairan dengan menggunakan AAN?
Endah Damastuti:
Sampel berbentuk cairan dapat dianalisis dengan menggunakan AAN, cara terbaik untuk
menganalisisnya adalah sampel dikonsentratkan/dikeringkan terlebih dahulu, hal ini dilakukan karena
air bersifat memperlambat neutron.
DAFTAR ISI