Anda di halaman 1dari 30

By : Mahdiah, DCN, M.Kes.

PATOFISIOLOGI Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.

ETIOLOGI Kekurangan Fe dapat terjadi bila : makanan tidak cukup mengandung Fe komposisi makanan tidak baik untuk penyerapan Fe (banyak sayuran, kurang daging) gangguan penyerapan Fe (penyakit usus, reseksi usus) kebutuhan Fe meningkat (pertumbuhan yang cepat, pada bayi dan adolesensi, kehamilan) perdarahan kronik atau berulang (epistaksis, hematemesis, ankilostomiasis).

DIAGNOSIS I. Anamnesis 1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi : Kebutuhan meningkat secara fisiologis masa pertumbuhan yang cepat menstruasi infeksi kronis Kurangnya besi yang diserap asupan besi dari makanan tidak adekuat malabsorpsi besi Perdarahan Perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa)

Penyebab Anemia : Perdarahan hebat Akut (mendadak) Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik

Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

Pemeriksaan penunjang Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat

Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%.

Metabolisme Besi Selain pembentukan heme, besi juga berperan dalam pembentukan elemen penting lain seperti mioglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase, dan katalase. Setelah diabsorpsi, besi bergabung dengan beta globulin membentuk transferin, sedangkan dalam sitoplasma membentuk feritin. Besi cadangan disimpan dalam bentuk feritin di hepatosit dan sedikit di retikuloendotelial sumsum tulang (Guyton and Hall, 2007).

Besi, Vitamin B12, dan Asam Folat Besi terdapat dalam kadar tinggi (>5 mg/100g) dalam hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan, dan buahbuahan kering tertentu. Kadar sedang (1-5 mg/100g) dalam daging, unggas, sayuran hijau dan biji-bijian.

Sedangkan dalam kadar rendah terdapat dalam susu atau produknya dan sayuran yang kurang hijau. Vitamin B12 sebenarnya terdapat dalam satu-satunya sumber asli, yaitu mikroorganisme. Makanan yang kaya akan B12 adalah hati, ginjal, jantung, dan kerang.

Sedangkan B12 dalam jumlah sedang terdapat dalam kuning telur, susu kering bebas lemak, dan makanan laut (Dewoto dan Wardhini BP, 2007). Asam folat disintesis pada berbagai macam tanaman dan bakteri. Buah-buahan dan sayur merupakan sumber diet utama dari vitamin. Keperluan minimal asam folat setiap hari secara normal kurang lebih 50 g, tetapi dapat meningkat pada keadaan tertentu seperti kehamilan (Soenarto, 2006).

Etiologi dan Klasifikasi Anemia Pada dasarnya anemia disebabkan karena 1) gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2) kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan); dan 3) proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi, yang dibagi menjadi 3: 1) anemia hipokromik mikrositer, 2) anemia normokromik normositer, dan 3) anemia makrositer.

Patogenesis dan Patofisiologi Anemia Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropiesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia. Kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim kemudian menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.

Di samping pada hemoglobin, besi juga menjadi komponen penting dari mioglobin dan berbagai enzim yang dibutuhkan dalam penyediaan energi dan transport elektron. al, 2006).

Oleh karena itu, defisiensi besi di samping menimbulkan anemia, juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif, misalnya pada

sistem neuromuskular yang mengakibatkan gangguan kapasitas kerja,

gangguan terhadap proses mental dan kecerdasan, gangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksi, dan gangguan terhadap ibu hamil dan janin. Gangguan ini dapat timbul pada anemia ringan atau bahkan sebelum anemia manifes

Syarat Diet Penderita Anemia Diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama protein hewani. Makanlah makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti sayuran berwarna hijau, tahu, daging merah, kacang-kacangan, dan sereal atau roti yang sudah ditambahkan zat besi. Konsumsilah makanan atau minuman yang banyak mengandung vitamin C. Vitamin C: diberikan 31000 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Konsumsi sayuran hijau Hindari minum kopi atau teh saat makan, karena dapat menggangu penyerapan zat besi dalam usus. Tambahkan suplemen vitamin B12 dan asam folat bila perlu.

Zat Besi ( Fe ) Hati, daging sapi, kuning telur, sayursayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll. ). Asam Folat Hati, jamur, pisang, apel

Makanan sumber zat besi

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Dietetic Association menemukan bahwa perempuan penderita anemia kekurangan konsumsi protein, sayuran, vitamin B12, zat besi, vitamin C, dan daging merah. Meminum multivitamin atau suplemen mineral tidak mampu membantunya.

Peneliti utama studi tersebut, Cynthia A Thomson PhD RD seorang profesor ilmu gizi di University of Arizona di Tucson mengatakan bahwa mengidentifikasi anemia pada perempuan menopause merupakan hal penting. Thomson menyarankan penilaian pola makan harus disertakan setiap kali pendiagnosisan anemia. Karena, perubahan dalam gizi dimungkinkan merupakan solusi terbaik bagi penderita anemia.

Untuk meningkatkan hemoglobin : harus menyertakan makanan seperti daging merah (sapi, domba, babi) kaya zat besi yang mudah diserap. Semakin gelap warna daging semakin banyak zat besi. Daging unggas dan ikan juga mengandung zat besi. Makan juga sayuran berdaun hijau, seperti kangkung, bayam dan kangkung, biji-bijian, terutama gandum, kacang polong. biji wijen, biji bunga matahari, pistachio, dan almon.

Jangan minum minuman teh, kopi, atau soda saat makan. Kafein menghambat penyerapan zat besi dari makanan

Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging. Padahal, daging merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi. Selain besi, daging juga mengandung zat gizi lain, misalnya asam folat. Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang terkandung dalam daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun yang paling dominan adalah akibat dari defisiensi besi.

Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi anemia defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu tidak dapat menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi.

DAFTAR PUSTAKA Bakta, I Made. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Bakta, I Made, dkk. Anemia Defisiensi Besi dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Baldy, Catherine M. Gangguan Sel Darah Merah dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC. Dewoto, Hedi R. Wardhini BP, S. Antianemia Defisiensi dan Eritropoeitin dalam Gunawan, Sulistia Gan, et.al. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. Soenarto. Anemia Megaloblastik dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai