Data Tunggal
Misalkan diberikan variabel X dengan harga-harga X 1 , X 2 , X 3 , ,X N dengan r = 0,1,2, maka : Moment ke r dari X didefinisikan :
r r X r1 + X 2 + ... + X N Xr = = N
X
j =0
r j
X
N
r j
Jika r = 1 maka menjadi Mean Aritmatika Contoh : Tentukan moment pertama, kedua, ketiga dan kempat dari 2, 3, 7, 8, 10 ! PENYELESAIAN: a. moment pertama:
X1 = 2 + 3 + 7 + 8 + 10 =6 5
b. moment kedua:
X2= 2 2 + 3 2 + 7 2 + 8 2 + 10 2 226 = = 45,2 5 5
c. moment ketiga:
X3 = 2 3 + 33 + 7 3 + 8 3 + 10 3 1890 = = 378 5 5
d. moment kempat:
X4 = 2 4 + 3 4 + 7 4 + 8 4 + 10 4 16.594 = = 3318,8 5 5
X
2 3 7 8 10 30
1 j
2 j
3 j
4 j
2 3 7 8 10 Jumlah
X1 = X2 = 30 =6 5
4 9 49 64 100 226
226 = 45,2 5
X4 =
mr =
( X
N j =0
X ) r =
( X
=(X j X ) r
m =s
2
Contoh : Tentukan moment pertama, kedua, ketiga dan kempat disekitar rata-rata dari 2, 3, 7, 8, 10 !
X= 2 + 3 + 7 + 8 + 10 30 = =6 5 5
j
(X
X)
(X
X)
2
(X
X )
3
(X
X )
4
2 3 7 8 10 Jumlah
-4 -3 1 2 4 0
16 9 1 4 16 46
0 =0 5
46 = 9,2 5
610 = 122 5
mr =
'
( X
N j =0
A) r
(X =
(X
j
A ) r = ( X j A) N
j
(X
4)
4)
2
(X
4)
3
(X
4)
4
2 3 7 8 10 Jumlah
-2 -1 3 4 6 10
4 1 9 16 36 76
-8 -1 27 64 216 298
' = 10 = 2 m1 5
m'
' = 76 = 13,2 m2 5
m'
1650 = = 330 4 5
2.
f
f1 X
r 1
=tanda
kelas interval
r N
X =
r
+ f 2 X + ... + f N X N
r 2
f
j =0
Xr j
f =
Xr
Tabel 2.1 Tinggi 100 siswa SMA XYZ f X1 X2 X3 fjX1 j j j j 5 18 42 27 8 10 0 61 64 67 70 73 3721 4096 4489 4900 5329 226981 262144 300763 343000 389017 305 1152 2814 1890 584 6745
fjX 2 j
fjX3 j
X1 =
X2 =
X3 =
mr =
f (X
N j =0 j
X ) r =
f (X
j
= f j(X j X ) r
Contoh : Moment pertama, kedua dan ketiga disekitar X berikut adalah Tabel 2.1 Tinggi 100 siswa SMA XYZ
Tinggi badan
f 5 18 42 27 8 10 0
( X j X )
( X j X ) 2 ( X j X )3
f j ( X j X ) f 2 ( X j X ) 2 f j ( X j X )3
61 64 67 70 73 X =.
m1 =
m2 =
m3 =
m'r =
f (X
N j =0 j
A) r =
f (X
j
A ) r
= f j ( X j A)
f 5 18 42 27 8 100
( X j A) ( X j A) 2
( X j A) 3
f j ( X j A)
f 2 ( X j A) 2
f j ( X j A) 3
61 64 67 70 73 -
16 1 4 25 64 -
Metode Koding
mr = d
' r
( fc ) ) (
r
c -2 -1 0 1 2 -
c2 4 1 0 1 4 -
c3 -8 -1 0 1 8 -
fc1
fc 2
fc 3
m'1
60 - 62 5 6365 18 6668 42 6971 27 7274 8 JUMLAH 100 1 15 = 0,45 =3 100 97 32 = 8,73 100
3
-10 -18 0 27 16 15
20 18 0 27 32 97
-40 -18 0 27 64 33
m' 2 =
m '3 = 3
33 = 8,91 100
' Dari mr harga-harga mr untuk beberapa harga r dapat ditentukan berdasarkan hubungan :
8,73 0,45 2 = .
X = ( A0 + d ) = A0 + m '1
X 2 = ( A0 + d ) = A0 + 2 A0 d + d 2 = A0 + 2 A0 m '1 + m ' 2
2 2 2
B. SKEWNESS
Skewness adalah ukuran ketidaksimetrisan (kemencengan) distribusi. Yang dapat menentukan atau dapat dijadikan ukuran tentang simetris atau tidak simetris dari sebuah distribusi ialah letak dari nilai Mean, Median, dan Modus. Makin tinggi tingkat (derajat) ketidak simetrisan suatu distribusi frekuensi akan semakin besar pula perbedaan antara nilai ketiga ukuran tendensi pusat tersebut. Pada diagram yang simetris besarnya mean = median = modus. Pada distribusi yang tidak simetris besarnya mean median modus. Pada distribusi semacam ini apabila datanya cukup banyak berlaku ketentuan sbb: Modus Median = 2 (median - mean) Modus = 3 (median) - 2(mean) Untuk mengukur tingkat kecondongan atau simetris atau tidaknya suatu distribusi dapat kita gunakan Koefisien Kecondongan atau Coefficient of Skewness.
1. METODE PEARSON Koefisien Skewness dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
Sk =
Keterangan :
- Mo (Rumus I) s
Sk
X
Mo
Contoh
Tabel 2.4 Distribusi nilai matematika 80 siswa SMA XYZ Rentang nilai 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 frekuensi 1 2 11 10 12 21 6 9 4
95-99
4 80
f j .c j X = A0 + d . f j
Mo = 74.5 + 5
9 = 76,375 9 +15
s=
Sk =
f (A
N j =1 j
X )
N 1
Dengan menggunakan hub antara mean, median, modus rumus diatas dapat diubah menjadi
Sk = 3 X Me s
)
Rumus ke-2
Contoh : Tabel 2.4 Distribusi nilai matematika 80 siswa SMA XYZ Rentang nilai 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 frekuensi 1 2 11 10 12 21 6 9 4 4 80
X =
A
j =1 N j =1
.fj =
j
6030 = 75,375 80
N F Me =L1 +d 2 f Median
74,5 + 5
s=
Sk =
f (A
N j =1 j
X )
N 1
2.METODE BOWLEY Dalam menentukan koefisien skewness , bowley mendasarkan pada nilai-nilai Quartil
Diperoleh:
Jika : 1. Q3 - Q2 = Q2 Q1 2. Q3 - Q2 Q2 Q1 3. Q3 - Q2 maka hasilnya akan 0. maka hasilnya akan skewness positif. maka hasilnya akan skewness negatif.
Q2 Q1
3. METODE PERCENTIL
10 90 persentil Sk-nya dinyatakan dengan:
Sk =
Setelah kita ketahui besarnya koefisien skewness maka untuk menentukan gambar dari distribusi itu condong ke kiri,ke kanan atau simetris didasarkan atas ketentuan berikut : a. Bila koefisien skewness itu positif berarti mean > median dan mode ,maka kurva condong ke kiri atau ekornya disebelah kanan. b. Bila koefisien skewness itu negatif berarti mean < median dan mode ,maka kurva itu condong ke kanan atau ekornya di sebelah kiri. c. Bila koefisien skewnes itu besarnya sama dengan nol berarti mean=median=modus, maka kurva itu simetris.
Distribusi Simetrik
Untuk data tunggal komputasi skewness melalui Ms. Excel adalah insert function- select category : statistical skew
C. KURTOSIS
Kurtosis adalah ukuran mengenai keruncingan dari kurva suatu distribusi frekuensi. Kurtosis ada 3 macam : 1. Leptokurtik Ialah distribusi frekuensi yang kalau digambarkan kurvanya merupakan kurva yang agak sempit pada bagian puncaknya atau mendekati runcing.
2. Platikurtik Ialah distribusi frekuensi yang digambarkan kurvanya agak mendatar (tumpul) pada puncaknya.
3. Mesokurtik Ialah distribusi frekuensi yang kurvanya normal yakni bukan leptokurtik dan plaktikurtik.
Dalam perhitungan untuk mengetahui runcingan kurva dapat mendasarkan pada moment keempat. Momen keempat ialah rata-rata dari kuatnya penyimpangan keempat dari nilai mean dalam suatu distribusi frekuensi. Kurtosis dalam suatu distribusi frekuensi diukur atas dasar momen keempat tersebut dan ukuran ini diberik symbol a4
m4 m4 = = 4 s ( m2 ) 2
( X X )
N ( m2 ) 2
a4 =
Distribusi frekuensi yang normal (Mesokurtik) nilai a 4 = 3 Distribusi yang lebih mendatar (Platikurtik) Nilai a 4 < 3 Distribusi yang lebih runcing (Leptokurtik) nilai a 4 > 3 Contoh :
(X
X)
(X
X)
2
(X
X )
4
2 -4 3 -3 7 1 8 2 10 4 Jumlah 0 46 m2 = 5 = 9,2
16 9 1 4 16 46
m
a4 = m4 122 = 2 ( m2 ) 9,22 =1,44
= 4
610 = 122 5
2. Hitunglah Kurtosis dari data berikut ! Tabel 2.1 Tinggi 100 siswa SMA XYZ
Tinggi badan
(X j X )
( X j X )2
( X j X )4
f 2 ( X j X )2
f j ( X j X )4
5 61 18 64 42 67 27 70 8 73 10 0 =67,45
m2 = m4 = a4 =
Momen coefficient of kurtosis dan alpha empat, ukuran keruncingan tersebut dapat juga dicari dengan menggunakan nilai kuartil dan persentil. Ukuran yang demikian dinamakan quartile coefficient of kurtosis dan dinyatakan dengn rumus ;
1 (Q 3 Q1 ) K= 2 P90 P10
Dari hasil koefisiensi kurtosis di atas, ada tiga kriteria untuk mengetahui model distribusi dari sekumpulan data, yaitu:
1. Jika koefisien kurtosisnya < 0,263, maka distribusinya adalah platikurtik. 2. Jika koefisien kurtosisnya = 0,263, maka distribusinya adalah mesokurtik. 3. Jika koefisien kurtosisnya > 0,263, maka distribusinya adalah leptokurtik. Tabel 2.1 Tinggi 100 siswa SMA XYZ Tinggi badan (in) frekuensi 60 - 62 5 63 65 18 66 68 42 69 71 27 72 74 8 100
jxn F Qj = L +d 4 fQ j
P 90
1 (Q 3 Q1 ) K= 2 = P90 P10
Untuk data tunggal komputasi kurtosis melalui Ms. Excel adalah insert function- select category : statistical kurt
TUGAS
DATA TINGGI 40 MAHASISWA LAKI-LAKI UNMUH PONOROGO Tinggi (cm) Frekuensi
121 130 131 140 141 150 151 160 161 170 171 180 Jumlah Hitunglah : a.
X , X 2, X 3, X
4
3 5 9 14 5 4 40
b. m1 , m 2 , m3 , m 4 c. m '1 , m ' 2 , m ' 3 , m ' 4 dengan A = 150 d. Koefisien Skewness dengan Metode Pearson I dan II Kemudian simpulkan ! e. Kurtosis ( melalui m4 dan kuartil ) kemudian simpulkan !