Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN DAERAH HINTERLAND KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PROPINSI SUMATERA SELATAN IDENTIFY THE

GROWTH CENTER AND HINTERLAND ON OGAN KOMERING ULU REGENCY AT SOUTH SUMATERA PROVINCE Emi Suwarni 1 Email : emisuwarni@ymail.com

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan serta daerah hinterland di Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diterbitkan oleh BPS Sumatera Selatan, BPS Kabupaten Ogan Komering Ulu serta dinasdinas di lingkungan Kabupaten Ogan Komering Ulu. Analisis yang digunakan adalah analisis Scalogram untuk mengidentifikasi pusatpusat pertumbuhan dan analisis gravitasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah hinterland. Hasil analisis scalogram menunjukkan bahwa terdapat 3 kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, yaitu Kecamatan Baturaja Barat, Baturaja Timur dan Lubuk Raja. Setiap pusat pertumbuhan memiliki beberapa daerah hinterland. Kata Kunci: Pusat-pusat pertumbuhan, daerah hinterland, analisis Scalogram, analisis gravitasi Absract This research is conducted to identify the growth center and hinterland on Ogan Komering Ulu Regency at South Sumatra Province. Object of this research are sub-districts on Ogan Komering
1 Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.

91

Ulu Regency. The data obtain from Central Board of Statistics. By using scalogram analysis we find that 3 sub-district identified as growth center, such as West Baturaja district, East Baturaja and Lubuk Raja , each growth center have several hinterland. Keywords: growth center, hinterland, scalogram analysis, gravitacy analysis

PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi suatu daerah adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999:108). Dalam kerangka itu, pembangunan ekonomi juga ditujukan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu daerah adalah pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diperoleh daerah tersebut. Pertumbuhan yang tinggi juga diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang terus meningkat dan dinamis. Adapun ciri daerah yang perekonomiannya terus meningkat adalah industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang berpotensi besar. Selain itu, pertumbuhan juga diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan dibidang lainnya yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ogan Komering Ulu adalah salah satu kabupaten di Sumatera Selatan yang saat ini sedang berupaya untuk meningkatkan pembangunan daerah. Pemerintah daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu selalu berupaya agar pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat dilihat pada Tabel 1. 92

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ogan Komering Ulu menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha 2006 2007 2010 Pertanian 8,12 6,38 8,02 Pertambangan dan 0,16 0,19 -0,73 1,84 0,26 penggalian Industri 3,17 2,92 2,34 2,92 3,34 Listrik, Gas dan Air 1,84 2,88 3,93 5,32 5,51 Minum Bangunan/ konstruksi 2,43 3,54 5,24 5,24 7,08 Perdagangan,Hotel& 3,24 3,62 5,24 6,69 8,13 Restauran Angkutan dan 5,45 5,81 4,99 6,74 8,09 Komunikasi Keuangan dan Jasa 2,28 2,76 4,45 4,77 4,99 Persewaan Jasa-jasa 4,49 3,42 5,32 5,46 5,71 PDRB 4,49 3,42 5,32 5,46 5,13 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu, 2011 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar 1,07 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Demikian pula yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi kabupaten pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,13 persen. Jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada tahun 2009, maka pertumbuhan PDRB tahun 2010 ini cenderung mengalami kenaikan yang tidak signifikan, yaitu 5,46 persen tahun 2009 menjadi 5,13 persen pada tahun 2010. Hal ini terjadi kecenderungan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif pada Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. Adanya peran pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas perekonomian, serta mengembangkan dan mempercepat perekonomian daerah yang ada, membuat pemerintah daerah harus menentukan wilayah-wilayah mana yang secara ekonomi, sosial, dan kultural memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi yang 93 Tahun 2008 2009 6,54 7,78

dikembangkan adalah yang secara alami maupun disebabkan adanya pembangunan. Hal ini penting, agar pemerintah dapat lebih dapat menempatkan pembangunan infrastruktur dan fasilitas-fasilitas lainnya pada lokasi yang dapat memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi. Model pembangunan daerah yang dapat diterapkan pada kawasan-kawasan pengembangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan di Indonesia. Pengembangan wilayah ini dapat merangsang kegiatan ekonomi yang pada akhirnya turut berdampak terhadap pengembangan kegiatan pembangunan wilayah. Adanya pengembangan tersebut akan diikuti dengan pembangunan infrastruktur, transportasi, komunikasi dan kelembagaan sosial yang secara alami dapat meningkatkan daya tarik investasi. Implikasinya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah hasil produksi dari pusat pertumbuhan tersebut, dipakai oleh kegiatan ekonomi yang berada daerah sekitar (hinterland), sedangkan sisi lainnya adalah produksi hasil daerah hinterland tersebut juga dipakai untuk kegiatan ekonomi yang ada di pusat pertumbuhan. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil di pusat pertumbuhan tersebut merupakan generator untuk kegiatan ekonomi daerah sekitar. Kutub-kutub pertumbuhan tersebut dapat diaplikasikan untuk menjembatani perbedaan peluangpeluang kegiatan ekonomi yang ada. Perumusan Masalah 1. Kecamatan-kecamatan manakah yang menjadi pusat/kutubkutub pertumbuhan pada Kabupaten Ogan Komering Ulu di Propinsi Sumatera Selatan? 2. Kecamatan-kecamatan manakah yang menjadi hinterland bagi kecamatan lain pada Kabupaten Ogan Komering Ulu di Propinsi Sumatera Selatan? Tujuan Penelitian 1. Mengindentifikasikan kecamatan-kecamatan yang dapat dikembangkan sebagai pusat / kutub-kutub pertumbuhan pada Kabupaten Ogan Komering Ulu di Propinsi Sumatera Selatan.

94

2. Mengetahui kecamatan-kecamatan yang yang menjadi hinterland bagi kecamatan lain pada Kabupaten Ogan Komering Ulu di Propinsi Sumatera Selatan.

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pusat Pertumbuhan Perkembangan modern konsep pusat pertumbuhan (growth point concept) terutama berasal dari teori kutub pertumbuhan pertamakali diperkenalkan oleh ekonom Perancis yaitu Francis Perroux dengan teorinya pole croisanse atau pole de development. Pemikiran dasar teori ini adalah kegiatan ekonomi di dalam suatu daerah cenderung terpusat pada satu titik lokal (pusat). Kegiatan ekonomi tersebut akan semakin berkurang pengaruhnya jika semakin menjauh dari pusat pertumbuhan tersebut. Akhirnya, pusat tersebut dapat dikatakan sebagai titik pertumbuhan sedangkan daerah sekitarnya yang masih terpengaruh adalah daerah pengaruhnya. Menurut Sihotang (2001:97), semakin kuat ciri-ciri nodal dari daerah yang bersangkutan, akan semakin tinggi tingkat pertumbuhannya dan perkembangan ekonomi sosialnya. Dengan demikian, kebijakan regional yang diterapkan akan berhasil jika kebijakan tersebut mendukung ciri-ciri nodal alami yang sudah terbentuk pada daerah tersebut. Selain itu, pusat-pusat penduduk yang besar mempunyai potensi pasar yang tinggi dan secara kultural dan sosial lebih menarik untuk dikembangkan. Dengan demikian, titik pertumbuhan biasanya terjadi secara alami dan kemudian dikembangkan sehingga peningkatan ekonomi pada pusat pertumbuhan tersebut amat tergantung dari penggunaan sumber daya yang digunakan pada titik dan daerah pengaruhnya. Teori Kutub Pertumbuhan Teori kutub pertumbuhan yang diperkenalkan oleh ekonom Perancis Francis Perroux dalam Arsyad (1999:147) dengan teorinya pole croisanse atau pole de development dimana telah mendefinisikan kutub pertumbuhan regional sebagai seperangkat industri-industri sedang mengalami perkembangan, dan berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan lanjut dari kegiatan eknomi 95

melalui daerah pengaruhnya. Pemikiran dasar dari teori ini adalah kegiatan ekonomi didalam suatu daerah cenderung terpusat pada satu titik lokal (pusat). Menurut Arsyad (1999:148) inti teori yang dikemukakan oleh Perroux tersebut adalah : a) Dalam proses pembangunan akan muncul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Sehingga, pengembangan terhadap industri unggulan akan mempengaruhi industri lainnya yang berhubungan erat dengan industri unggulan tersebut. b) Pemusatan industri pada suatu daearah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Menurut Richadson dalam Sitohang (2001:98) faktor utama ekspansi regional adalah interaksi antara industri-industri inti (industri penggerak) yang merupakan pusat nadi dari kutub perkembangan. Konsep titik pertumbuhan (growth point concept) adalah merupakan mata rantai antara struktur daerah-daerah nodal yang berkembang dengan sendirinya dan perencanaan fisik dan regional. Sebagaimana telah diketahui, keuntungan-keuntungan aglomerasi menyebabkan konsentrasi produksi lebih efisien dari pada yang terpencar-pencar, sedangkan keseimbangan antara keuntungankeuntungan skala dalam penyediaan pelayanan-pelayanan sentral dan keinginan akan kemudahan hubungan telah mengakibatkan konsentrasi penduduk yang tersusun dalam suatu hirarki difokuskannya pusat-pusat sub-regional bagi pertumbuhan telah membantu menjembatani celah antara teori lokasi dan teori ekonomi regional. la juga memasukkan unsur kesatuan dan pengarahan ke dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan regional seperti: pembuatan prasarana pada titik-titik pertumbuhan, lokasi perumahan baru, dan penggairahan migrasi intra-regional dan perjalanan ke tempat kerja ke pusat-pusat yang direncanakan. Pemikiran dasar dari titik pertumbuhan adalah bahwa kegiatan ekonomi di dalam suatu wilayah cenderung beraglomerasi di sekitar sejumlah titik-titik tokal. Di dalam suatu wilayah, arus polarisasi akan bergravitasi ke arah titik-titik tokal ini, walaupun kepadatan dari arus tersebut akan berkurang karena jarak. Di sekitar titik tokal (pusat dominan) kita dapat menentukan garis perbatasan dimana kepadatan arus turun sampai suatu tingkat kritis minimum, pusat tersebut dapat 96

dinamakan sebagai titik pertumbuhan, sedangkan wilayah di dalam garis perbatasan merupakan wilayah pengaruhnya (wilayah pertumbuhan). Berdasarkan penafsiran di atas, distribusi penduduk secara spasial tersusun dalam sistem pusat hirarki dan kaitan-kaitan tungsional. Semakin kuat ciri-ciri nodal dari wilayah- wilayah yang bersangkutan semakin tinggi tingkat pertumbuhannya dan demikian juga halnya dengan tingkat perkembangan ekonomi dan sosialnya. Dengan demikian rencana pengembangan wilayah akan lebih berhasil jika rencana tersebut diarahkan untuk memperkuat ciri-ciri titik pertumbuhan alamiah yang terdapat di masing-masing wilayah. Strategi titik pertumbuhan dapat ditafsirkan sebagai upaya mengkombinasikan ciri-ciri tempat sentral yang mempunyai orde tinggi dan lokasi potensial yang akan memberikan keuntungankeuntungan aglomerasi. Jadi jelaslah konsep titik pertumbuhan itu merupakan mata rantai penghubung antara struktur wilayah-wilayah nodal yang berkembang dengan sendirinya dengan perencanaan fisik dan wilayah. Teori Tempat Sentral Menurut teori ini bahwa fungsi pokok suatu pusat kota adalah sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah belakangnya yang mengemban fungsi sosial-ekonomi bertindak untuk melayani daerah hinterlandnya (desa atau kota lainnya yang mempunyai pengaruh hubungan yang kuat). Kota yang mampu melayani masyarakat kota sering disebut fungsi kota, yang selalu dikaitkan dengan sosial ekonomi utama suatu kota. Fungsi kota dicerminkan oleh kelengkapan dan kualitas fasilitas pelayanan perkotaan yang dimilikinya, disamping itu kota ditinjau dari segi aksesibilitasnya ke kota-kota lain atau wilayah belakangnya. Pola ideal yang diharapkan terbentuk, asumsi homogin dalam hal bentuk medan, kualitas tanah dan tingkat ekonomi penduduk serta budayanya, Christaller menyajikan bentuk pola pelayanan seperti jejaring segi enam (hexagonal). Bentuk pola pelayanan hexagonal ini secara teoritis mampu memperoleh optimasi dalam hal efisiensi transportasi, pemasaran dan administrasi (Haggett, 2001). Kota sebagai pusat pelayanan juga, diharapkan memiliki fasilitas pelayanan seperti; (1) pusat dan pertokoan sebagai fokus 97

point dari suatu kota, (2) sarana dan prasarana transportasi, (3) tempat rekreasi dan oleh raga, dan (4) sarana pendidikan, kesehatan dan obyek wisata. Dengan demikian kota menyediakan segala fasilitas bagi kehidupan baik sosial maupun ekonomi, sehingga baik tempat tinggal maupun bekerja dan berkreasi dapat dilakukan dalam kota (Jayadinata,1992:104). Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan penduduk. Semakin lengkap penyediaan fasilitas-fasilitas di suatu tempat berarti semakin kuat daya tarik mengundang penduduk dan kegiatan-kegiatan produktif untuk datang ke tempat tersebut. Dalam meningkatkan pembangunan wilayah harus diupayakan untuk memanfaatkan peran kota-kota sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan. Ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan peran pusat-pusat dan hirarki dari masing-masing pusat. Pusat-pusat pelayanan yang lebih kecil adalah penghubung antara pusat-pusat pelayanan yang lebih besar dengan daerah pedesaan.

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah identifikasi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta interaksi kecamatan-kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan lainnya sebagai pendukungnya (hinterland). Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data yang dikumpulkan merupakan data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga atau dinas di lingkungan pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh antara lain dari : Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan, Balai Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ogan Komering Ulu serta kantor-kantor dinas di lingkungan pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Tekhnik Analisis 98

Teknik analisis yang akan digunakan adalah deskriptif analisis yang dapat memberikan gambaran dan sebaran geografis tiap kecamatan yang kemudian dilakukan perhitungan secara kuantitatif. Adapun alat analisis yang digunakan adalah : a) Metode Scalogram Salah satu indikator suatu daerah dikategorikan sebagai pusat kegiatan ekonomi adalah memiliki keuntungan konsentrasi perkotaan yang meliputi diantaranya fasilitas-fasilitas komersial, perbankan dan finansial, transportasi, komunikasi, adanya fasilitas-fasilitas sosial, hiburan dan keuntungan skala dalam pelayanan umum oleh pemerintah (Sitohang, 2001:65) Tujuan digunakanya analisis Scalogram adalah untuk mengidentifikasikan kecamatan, sehingga dapat dikelompokan menjadi pusat-pusat petumbuhan berdasarkan pada fasilitas perkotaan yang dimiliki. Karena, mampu tidaknya suatu kecamatan dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan dilihat dari fasilitas perkotaan yang dimilikinya (Blakely, 1994:94-99) Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasikan peranan suatu kota berdasarkan pada kemampuan kota tersebut memberikan pelayanan kepada masyarakat. Semakin lengkap pelayanan yang diberikan, menunjukan bahwa kota tersebut mempunyai tingkatan yang tinggi dan dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan. b) Konsep Interaksi / Gravitasi Konsep dasar dari analisis ini adalah membahas mengenai ukuran dan jarak antara dua tempat, yaitu pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya, sampai seberapa jauh suatu daerah pusat mempengaruhi dan berinteraksi dengan daerah sekelilingnya. Analisis ini masih berkaitan dengan analissis Scalogram, dimana setelah diketahui daerah pertumbuhan maka akan dihitung indeks gravitasi dari pusat pertumbuhan tersebut yang mengambarkan interaksi antara daerah pusat dengan daerah sekitarnya, dengan menggunakan modifikasi rumus Carrothers yang mengikuti hukum gravitasi Newton sebagai berikut :
I = P1.P 2 J2

dimana : 99

I = P1 = P2 = J2 =

Besarnya indeks gravitasi antara wilayah 1 dengan Wilayah 2 Jumlah penduduk di wilayah 1 Jumlah penduduk di wilayah 2 Jarak dari wilayah 1 dengan 2 (dalam kilometer) Posisi sebagai hinterland dari suatu daerah akan ditentukan berdasarkan besarnya nilai indeks gravitasi yang dihitung. Jika Indeks Gravitasi suatu wilayah hinterland (A) dengan pusat pertumbuhan X lebih besar dibandingkan dengan indeks gravitasi wilayah A dengan pusat pertumbuhan Y, maka wilayah tersebut akan dikategorikan sebagi wilayah hinterlandnya pusat pertumbuhan X. Analisis Model Gravitasi bertujuan untuk mengetahui hubungan kedekatan antara dua daerah, dalam hal ini daerah dianggap massa yang mempunyai daya gravitasi yang saling tarik-menarik, hubungan ini diidentifikasikan sebagai interaksi ekonomi anatara pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya, hubungan antara kedua daerah tersebut dicerminkan dalam nilai indeks gravitasi yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Scalogram Analisis Scalogram dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan suatu wilayah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat berdasarkan kualitas dan kuantitas fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan yang tersedia di masing-masing wilayah yang dalam hal ini kecamatan. Kemampuan memberikan pelayanan tersebut ditunjukkan dengan kualitas dan kuantitas atas ketersediaan fasilitas perkotaan. Semakin bervariasinya fasilitas perkotaan suatu daerah, memunjukkan bahwa daerah tersebut memberikan palayanan yang lebih lengkap kepada masyarakat dibandingkan dengan daerah lainnya. Kondisi inilah yang mengakibatkan suatu daerah mampu berperan sebagai suatu pusat pertumbuhan bagi wilayahwilayah sekitarnya.

100

Tabel 2. Nilai Analisis Scalogram mengenai Fasilitas Perkotaan/Kabupaten OKU di Propinsi Sumatera Selatan Ketersediaan Fasilitas Perkotaan Nilai Sosial Ekonomi Pemerintahan Total 213 57 22 292 1 Lengkiti 162 26 26 214 2 Sosoh Buay Rayap 157 11 42 210 3 Pengandonan 229 51 24 304 4 Semidang Aji 139 5 22 166 5 Ulu Ogan 274 55 45 374 6 Peninjauan 218 56 30 304 7 Lubuk Batang 159 44 29 232 8 Sinar Peninjauan 741 1628 249 2618 9 Baturaja Timur 220 141 50 411 10 Lubuk Raja 340 189 92 621 11 Baturaja Barat Sumber : BPS Kabupaten OKU 2011 (data diolah) No Kecamatan Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan analisis scalogram atas ketersediaan fasilitas sosial pada tiap-tiap kecamatan pada Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pada Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa nilai scalogram tertinggi diperoleh 3 kecamatan, yaitu kecamatan Baturaja Timur dengan nilai 741, Kecamatan Baturaja Barat dengan nilai 340 dan Kecamatan Peninjauan dengan nilai 274. Ketersediaan fasilitas sosial ini menunjukkan bahwa banyaknya ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan . Pada hasil perhitungan atas ketersediaan fasilitas ekonomi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi diperoleh 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baturaja Timur dengan nilai 1628, Kecamatan Baturaja Barat dengan nilai 189 dan Kecamatan Lubuk Raja dengan nilai 141. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga kecamatan tersebut perputaran kegiatan ekonominya lebih baik sehingga penduduk di sekitar tiga kecamatan tersebut memiliki ketertarikan untuk bertransaksi ekonomi. Ketersediaan fasilitas ekonomi ini akan mendorong para wirausaha untuk membuka usaha di sana. 101

Nilai ketersediaan fasilitas pemerintahan menunjukkan Kecamatan Baturaja Timur sebagai pusat pemerintahan daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 249. Nilai ini memiliki selisih yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain. Hal ini disebabkan Kecamatan Baturaja Timur merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ulu, sehingga berbagai fasilitas pemerintahan terpusat di kecamatan ini. Bila dilihat dari total ketersediaan fasilitas perkotaan yang meliputi fasilitas sosial, fasilitas ekonomi dan fasilitas pemerintahan, maka diperoleh 3 kecamatan yang memiliki nilai tertinggi. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Baturaja Timur dengan total nilai 2618, Kecamatan Baturaja Barat dengan total nilai 621 dan Kecamatan Lubuk Batang dengan total nilai 411. Kecamatan Baturaja memiliki total nilai tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Baturaja Timur adalah kecamatan yang merupakan pusat pertumbuhan utama di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Hal ini terlihat dari fasilitas-fasilitas perkotaan, baik fasilitas sosial, fasilitas ekonomi dan fasilitas pemerintah banyak tersedia di kecamatan ini. Selain Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Baturaja Barat juga teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Kecamatan Baturaja Barat memiliki ketersediaan fasilitas sosial berupa fasilitas tenaga medis dan kesehatan dengan nilai yang tinggi. Selain itu di kecamatan ini terdapat persebaran unit usaha baik industri logam mesin, industri agro dan hasil hutan serta industri kimia. Kecamatan Lubuk Batang juga teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Berdasarkan data Dinas Perdagangan dan Koperasi PKM Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kecamatan Lubuk Batang ini memiliki ketersediaan fasilitas ekonomi yaitu, persebaran perusahaan dagang yang termasuk kategori perusahaan kecil. Selain ketersediaan fasilitas kesehatan juga terdapat beberapa pertokoan yang merupakan ketersediaan fasilitas ekonomi di kecamatan ini. Analisis Model Gravitasi Analisis Model Gravitasi bertujuan untuk mengetahui hubungan kedekatan antara dua daerah, dalam hal ini daerah dianggap massa 102

yang mempunyai daya gravitasi yang saling tarik-menarik. Hubungan ini diidentifikasikan sebagai interaksi ekonomi antara pusat pertumbuhan dengan daerah kecamatan sekitarnya. Hubungan antara kedua daerah tersebut dicerminkan dalam nilai indeks gravitasi yang terbesar. Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis gravitasi dapat dilihat pada Tabel 3 pada halaman berikut ini: Hasil perhitungan analisis gravitasi pada Tabel 3. menunjukkan bahwa pada pusat pertumbuhan Kecamatan Baturaja Timur terdapat 3 kecamatan yang memiliki nilai gravitasi yang tinggi. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Baturaja Barat dengan nilai gravitasi 159412596,00, Kecamatan Lubuk Raja dengan nilai gravitasi 13335733,11 dan Kecamatan Lubuk Batang.dengan nilai gravitasi 8517737,92. Pada pusat pertumbuhan Kecamatan Lubuk Raja terdapat 3 kecamatan yang memiliki nilai gravitasi yang tinggi. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Baturaja Timur dengan nilai gravitasi 13335733,11, Kecamatan Baturaja Barat dengan nilai gravitasi 1635402,25 dan Kecamatan Sosoh Buay Rayap dengan nilai gravitasi 945136,20. Tabel 3. Hasil Analisis Gravitasi
Kecamatan

Lengkiti 653688.52 987851.20 Sosoh Buay Rayap 945136.20 4067266.56 Pengandonan 176107.57 526288.38 Semidang Aji 374449.57 6576444.69 Ulu Ogan 69273.72 320601.31 Peninjauan 213295.08 1856624.18 Lubuk Batang 758609.13 31597836.48 Sinar Peninjauan 288575.16 719777.22 Baturaja Timur 13335733.11 159412596.00 Lubuk Raja 13335733.11 1635402.25 Baturaja Barat 159412596.00 1635402.25 Sumber: Data diolah dari BPS Kabupaten OKU, 2011 103

Baturaja Timur 3190779.41 5838823.76 817171.47 1575977.05 345694.29 930653.63 8517737.92 470791.24

Lubuk Raja

Baturaja Barat

Pada pusat pertumbuhan Kecamatan Baturaja Barat juga terdapat 3 kecamatan yang memiliki nilai gravitasi tertinggi. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Baturaja Timur dengan nilai gravitasi 159412596,00, Kecamatan Lubuk Batang dengan nilai gravitasi 31597836,48 dan Kecamatan Semidang Aji dengan nilai gravitasi 6576444,69. Hasil analisis nilai gravitasi tertinggi pada pusat-pusat pertumbuhan ini, dapat diidentifikasikan bahwa daerah tersebut merupakan daerah hinterland. Dalam hal ini dapat diidentifikasikan bahwa: 1. Pusat pertumbuhan Baturaja Timur memiliki daerah-daerah hinterland, yaitu Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Lubuk Raja dan Kecamatan Lubuk batang. 2. Pusat Pertumbuhan Baturaja Barat memiliki daerah-daerah hinterland, yaitu Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Lubuk Batang dan Kecamatan Semidang Aji. 3. Pusat pertumbuhan Lubuk Raja memiliki daerah-daerah hinterland, yaitu Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Baturaja Barat dan Kecamatan Sosoh Buay Rayap.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil analisis scalogram menunjukkan bahwa terdapat tiga kecamatan yang teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Baturaja Barat dan Kecamatan Lubuk Raja. 2. Hasil analisis gravitasi, memperlihatkan bahwa masingmasing pusat pertumbuhan tersebut memiliki daerah hinterland. Pusat pertumbuhan Kecamatan Baturaja Timur memiliki daerah hinterland yaitu Kecamatan Baturaja Barat, Kecamatan Lubuk Raja dan Kecamatan Lubuk Batang. Pusat pertumbuhan Kecamatan Lubuk Raja memiliki daerah hinterland yaitu Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Baturaja Barat dan Kecamatan Sosoh Buay Rayap. Pusat pertumbuhan Baturaja Barat memiliki daerah hinterland, yaitu Kecamatan Baturaja Timur, Kecamatan Lubuk Batang dan Kecamatan Semidang Aji. 104

Saran 1.

2.

Daerah yang diidentifikasikan sebagai pusat pertumbuhan, agar dikembangkan sebagai daerah pusat pertumbuhan di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pengembangan wilayah pada pusat-pusat pertumbuhan dengan investasi padat modal akan merangsang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya merangsang kegiatan pembangunan wilayah. Kebijakan pemerintah dengan industri padat modal diikuti dengan pembangunan infrastruktur, transportasi, komunikasi dan kelembagaan sosial yang secara alami dapat meningkatkan daya tarik investasi.

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta,STE YKPN. BPS, 2011. Ogan Komering Ulu Dalam Angka. BPS, Sumatera Selatan Dalam Angka, beberapa terbitan. Blakeley, Edward J. 1994. Planning Local Economic Development, Theory and Practice, USA, Second edition, : SAGE Publication Inc. Haggett, 2001. Geography. A Global Synthesis, New York, Pearson Education Ltd, Prentice Hall. Jayadinata, J.T, 1992. Tata guna tanah dalam Perencanaan Pedesan Perkotaan dan Wilayah Bandung. Bandung, Penerbit ITB. Sitohang, Paul. 2001. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Edisi Revisi, Jakarta, Penerbit FE-UI.

105

Anda mungkin juga menyukai