Cinta 1 Malam : AKu dan Layar 14 inci Entah sampai kapan kehidupan ini akan berlanjut.

Menikmati aroma malam dan berujung pada pagi yang terbawa kantuk. Semua bukan tanpa sebab, lagi-lagi kepuasan menjadi tameng pembelaan yang paling mujarab. Raga renta, entah bagaimana kondisi jiwa, sepertinya sudah tak lagi muda. Tapi bisa saja jiwa ini pun meronta, bukan karena tak suka namun mungkin saja bahagia menikmati setiap aroma malam. Sudah lama kehidupan seperti ini aku jalani. Awalnya memang hanya sebatas duduk malam sambil menunggu pagi, namun makin lama ternyata malam menyuguhkan nuansa romatisme yang gemulai. Deru mesin memang selalu saja ada, namun tak seperti siang, aroma malam tetap saja memberikan kedamaian. Mata boleh saja terkantuk hebat, tapi jemari seolah enggan berhenti menari. Otak pun ikut melompat kegirangan, ikhlas dan terus berputar memproduksi setiap kalimat yang mendatangkan puing-puing rupiah. Orang boleh saja mencibir, tapi bagi mereka yang merasa tertolong, justru raga ini adalah dewa. Mereka tak mau tahu apakah raga ini sudah rapuh atau belum, yang ingin didengar adalah kabar baik bahwa urusan mereka mampu terselesaikan dalam semalam. Inillah cinta satu malam, begitu populer dalam kehidupan ku. Bercumbu dengan layar 14 inci, bercinta dengan papan ketik yang merintih keras. Selalu setiap malam dengan aroma ketenangan. Jika mereka tak peduli dengan raga rapuh ini, aku sebnarnya lebih tak peduli siapa mereka. Ini adalah bagian dari roda hidup yang mesti berputar, tidak boleh berhenti karena sekalinya berhenti maka tidak ada lagi kata hidup. Semua akan mati, dan sia-sia. Biarkan mereka menggerus semua tenaga ini, membobol pikiran yang masih bisa berputar. Selama ada sisa-sisa tenaga dan pikiran, aku masih siap menjalani ini semua. Ini bukan semata-mata hal pragmatis, tapi semua berlanjut karena kepuasan. Itulah malam, kedamaian dan kepuasan selalu di suguhkan. Cumbu dan pelukan hangat boleh saja tak ada, tapi cinta mengalir begitu deras. Aku semakin mencintai malam, semakin mencintai layar 14 inci. Denganya saya bisa memaksa otak menambah kapasitasnya.

Akhirnya, malam telah berlanjut sampai pagi. Mungkin ada baiknya, aku menunggu malam berikutnya. Bercumbu kembali dan meihat jemari menari dengan gemulai lagi